30-date

79 28 11
                                    

Aku menatap dari atas sini.
Menanti seseorang untuk mengisi hari.
Berharap ada yang datang dengan setangkai mawar putih.

Bolehkah aku mulai berharap?
Berharap untuk memiliki seorang pujaan hati.
Hingga suatu hari,
Kau datang mewarnai hati.

Untuk itu, mulai sekarang, aku akan membuka hati.







Untukmu, yang selalu kusemogakan.

----

Aku duduk dikamarku dengan sedikit gelisah. Sudah lewat sekitar 6 bulan setelah kami melakukan 'kencan' pertama kali itu.

Dan sekarang,

Adalah kencan ke-30.

Ya, aneh sekali aku menghitung sudah berapa kali aku dan Brian pergi berdua.

Kami sudah bertambah akrab setelah kencan pertama itu.

Ngomong-ngomong, aku dan Brian akan pergi jalan, dan kami akan mengajak Della. Lumayan sering Della kuajak ikut kami jalan, karena aku merasa tidak enak karena sangat banyak waktuku tersita untuk Brian.

Aku bingung harus menggunakan baju apa. Mungkin pakai kaos dengan outer kemeja bermotif boleh juga.

Setelah berpakaian, aku segera turun kebawah, dan menemukan Brian sedang duduk di sofa ruang tamu.

Saat aku melihatnya, dia yang semula memperhatikan lukisan di dinding langsung menoleh padaku, menatapku sebentar, dan tersenyum.

"Sudah siap Tuan Putri?" Katanya dengan tersenyum manis.


Oh Tuhan, entah kenapa dari pertama kali aku dan Brian bertemu, tak pernah sekalipun dia gagal membuatku meleleh melihat senyumnya.

Aku mengangguk.

Kami berniat pergi ke mall, Della dan aku sudah berjanji untuk bertemu disana.





"Lisa!"

"Ah, itu dia! Ayo, Brian," ajakku. Brian mengikutiku sambil menggandeng tanganku.

Aku sempat melihat kebawah untuk memastikan apakah ini benar-benar terjadi.

jantungku berdebar-debar.

"Hai!" Sapaku pada Della dengan tersenyum.

"Akhirnya kita pergi bersama! Sudah lama sekali kita tidak pergi bersama, bukankah begitu Lisa?" Kata Della sambil tertawa.

"Yah, begitulah," kataku sambil tersenyum.

"Oh, hai Brian! Apa kabar?" Tanya Della sambil mengajaknya bersalaman.

sepersekian detik, Brian diam untuk berpikir apakah dia akan tetap menggenggam tanganku dan menolak jabatan tangan Della, atau sebaliknya.

Dia mengangkat bahu, lalu melepaskan genggamannya, dan menjabat tangan Della.

"Baik," katanya sambil tersenyum.

Della sempat memperhatikan wajah Brian, kemudian dia menoleh kepadaku.

"Baiklah, bagaimana jika kita nonton film dulu?" Tawar Della.

Aku mengangguk saja. Lagipula, selain mengikuti Della, aku tidak tau akan berbuat apa di tempat sebesar ini.


Jendela SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang