Beberapa hari setelah kejadian itu, aku pun menceritakannya kepada sahabatku.
"Hey, Della. Beberapa hari yang lalu, aku tidak sengaja menjatuhkan kartu perpustakaanku saat aku ditabrak seorang laki-laki," ceritaku.
"Benarkah? Lalu apakah kau meminta kartumu kembali?"
"Tidak,"
"Ha? Kenapa?"
"Aku baru sadar kertas yang dilambaikannya padaku adalah kartuku ketika dia sudah menghilang,"
"Wah, sayang. Apakah kau tau namanya?"
"Tidak, dia tidak menggunakan badge nama,"
"Hmm.. Kalau begitu, apakah kau ingat bagaimana wajahnya?"
Aku terdiam. "Ya, bisa jadi. Aku lebih memperhatikan kedua matanya,"
"Apakah dia sepantaran dengan kita?"
Belum juga aku menjawab, seseorang mengetuk pintu kelasku dan berjalan masuk.
Itu dia.
"Hai Lisa," sapanya sembari tersenyum.
Aku berdiri dan segera menghampirinya. Menatap matanya. Dan dia membalas tatapanku.
Dia menatapku sangat dalam.
hingga aku tersadar.
"Dasar payah. Kembalikan kartu perpustakaanku!" Kataku dengan sedikit kasar.
"Baiklah, baiklah. Kau memang lucu sekali," katanya sambil sedikit tertawa dan memberikan kartu perpustakaanku.
"Jangan lupa periksa dulu sebelum dipakai untuk meminjam lagi," katanya sambil memberikan senyuman yang manis sembari berjalan keluar dari kelasku.
Mata itu lagi. Tatapan hangat dan teduh yang menyamankan hati.
"Wow Lisa, kau baru saja mau kuberi saran untuk menemuinya, tapi dia sudah datang,"
"Ya, tentu dia dapat dengan mudah menemuiku," kataku.
Dia meninggalkan jejak.
Menurutmu apa jejak yang dia tinggalkan?
Nomer telepon? Tidak.
Dia meninggalkan secarik kertas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Senja
Teen FictionCinta. Untuk apa cinta dihadirkan dalam dunia ini, jika hanya untuk merusak sebuah jalinan persahabatan?