Della
Aku senang, karena sudah lama sekali aku dan Brian tidak jalan bersama. Yah, meskipun nanti aku hanya akan pulang bersamanya dan berbincang soal organisasi, tapi kurasa itu sudah lebih dari cukup untuk mengobati rasa rinduku dengannya.
Malam ini rasanya berbeda, hatiku serasa menunggu sesuatu. Entahlah, apakah kalian tahu?
Apakah aku menantikan hari baru? Ataukah aku menantikan bintang dan bulan malam ini yang kelihatannya tak nampak?
Malam ini aku memikirkan sesuatu. Bisa kalian tebak apa? Bukan, jelas bukan Brian. Brian berbeda lagi halnya. Aku memikirkan, apakah tindakanku ini salah? Atau justru tindakanku ini baik untuk diriku sendiri?
Baiklah, akan kupikirkan.
Begini, aku bertemu Brian lebih dulu daripada Lisa. Apakah aku mencuranginya? Tentu tidak. Karena aku lebih tahu soal Brian lebih dulu daripada Lisa.
Jika sekarang Brian dekat dengan Lisa, apakah dia salah? Tentu tidak, itu pilihannya. Bukan hakku.
Apakah aku masih bisa mendekati Brian?
Ya. Tentu aku masih bisa. Sejauh apa sih mereka sudah dekat? Jelas terlihat bahwa Lisa masih menutup dirinya dari Brian.
Aku tahu, dan aku masih ingat, bahwa aku mengatakan pada Lisa bahwa aku sulit membuka hati lagi kepada laki-laki lain setelah aku putus dengan Willy.
Tapi, aku merasa ada suatu ikatan pada Brian. Entah, sejak pertama kali aku bertemu Brian, aku merasa ada Willy.
Apakah menurut kalian aku masih tidak bisa melupakan Willy? Kurasa aku sudah bisa.
Buktinya? Aku sudah menemukan penggantinya, aku menemukan seseorang yang telah mengisi hatiku.
Yah, meskipun hatinya bukan untukku.
Baiklah, kurasa, malam ini aku sudah cukup berpikir. Aku (mungkin) menemukan jawabannya.
Aku tidak salah dalam melakukan ini. Jelas kan? Aku hanya memperjuangkan apa yang aku rasakan, apa yang aku inginkan. Apakah aku salah?
Jika kalian jadi aku, jelas kalian akan memperjuangkan apa yang kalian inginkan, bukan?
Jangan naif, kawan. Semua orang pasti pernah melakukannya. Jangan salahkan aku.
Haha, lucu sekali. Aku terlalu memikirkan baik buruknya perilakuku.
Siapa yang perduli?
Malam ini, langit sepi. Bintang dan bulan tidak hadir dan bercahaya.
Sama seperti hatiku saat ini, sepi tanpa seorangpun menempati.
Aku bangun dengan perasaan aneh pagi ini. Seperti menunggu sesuatu? Ya, bisa dibilang begitu.
Aku segera bersiap untuk berangkat ke sekolah. Lebih tepatnya bersiap untuk menantikan jam pulang sekolah dan pergi bersama Brian.
Aku masuk pekarangan sekolah dengan senyum tersungging di bibirku. Entah kenapa setelah aku masuk gerbang sekolah, aku merasa moodku membaik.
Aku berjalan dengan penuh senyuman, hingga aku sampai lorong kelasku pun aku tetap merasa senang.
"Selamat pagi," sapa sebuah suara laki-laki di belakangku. Aku menoleh dengan cepat.
Senyumku pudar.
"Willy. Ada apa?" tanyaku datar. Ini adalah pertama kalinya dari sekian lama ia menghindar dan bersembunyi dariku, bahkan sekedar berpapasan pun tak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Senja
Fiksi RemajaCinta. Untuk apa cinta dihadirkan dalam dunia ini, jika hanya untuk merusak sebuah jalinan persahabatan?