Ya, bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya jadi aku?
Ah, tidak, mungkin tidak seperti yang kalian pikirkan.
Justru aku ikut senang akhirnya sahabatku menemukan laki-laki yang tepat untuknya, dan Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa aku memilih orang yang salah.
Kumohon, jangan berkata "Kasihannya Della," atau "Kau memang pantas mendapatkannya," atau beberapa kalimat lain yang terdengar sendu meskipun niatnya untuk menghardik.
Tapi apakah aku harus selalu merelakan apa yang aku impikan?
Bagaikan harus selalu melepas sebagian kecil dari diriku.
Tidak. Aku tidak boleh berpikiran begini.
Aku tidak ingin bertengkar dengan Lisa. Aku sangat menyayanginya. Aku rela memberikan apapun yang aku miliki untuknya.
Tapi... aku juga ingin merasakan indahnya jatuh cinta. Indahnya dicintai.
Bukannya hancur berkeping-keping dan hilang terbuyarkan, bagaikan gelas kaca yang sengaja dijatuhkan supaya gaduh. Atau bagaikan aerosol, unsur udara yang paling nampak namun bahkan tak dapat dilihat siapapun.
Apakah aku terlalu mendramatisir? Kurasa tidak.
Aku berhak mengusahakan apa yang aku inginkan. Aku berhak mengusahakan perasaanku ini.
Cinta bukanlah hanya berkata "aku cinta padamu," atau "aku sayang padamu," kemudian berada dalam zona yang membahagiakan sampai waktu yang tak ditentukan.
Cinta perlu perjuangan, perlu usaha, dan perlu pengorbanan.
Kupikir, jika aku berusaha mendapatkan hati Brian, aku tidak bisa disebut orang ketiga.
Kalian tau kenapa? Seseorang disebut orang ketiga karena dirinya masuk ke dalam hubungan orang lain, dan alasan dirinya dapat masuk ke dalam hubungan tersebut yaitu karena dia dibukakan pintu oleh tuan rumahnya.
Tapi disini, kalian atau siapapun tidak dapat menyebutku sebagai orang ketiga. Aku lebih suka menyebutnya dengan 'pesaing'.
Ya, betul. Aku akan menyaingi Lisa dalam mendapatkan hati Brian, meskipun Lisa sudah unggul 1 poin dariku.
Ya, dia sudah mendapatkan hati Brian.
Tapi meskipun Lisa sudah mendapatkan hati Brian, bukan berati aku tidak bisa mendapatkannya juga.
Entah apa yang aku pikirkan, tapi aku sudah lelah hanya diam termenung saja, bagaikan seonggok patung di museum. Ini saatnya aku menunjukkan bahwa apa yang akan aku usahakan, entah kapan akan menjadi hasil yang baik. Untukku.
Meskipun itu artinya,
Harus kehilangan sahabat terbaikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Senja
Teen FictionCinta. Untuk apa cinta dihadirkan dalam dunia ini, jika hanya untuk merusak sebuah jalinan persahabatan?