Mawar Putih

120 31 13
                                    

Aku masuk ke kamar dengan jantung berdebar-debar dan senyum mengembang di bibirku.

Aku mengulang kembali ingatan dimana dia menatapku, mengajakku bicara, dan caranya tersenyum padaku.

Aku merasa nyaman jika berada disisinya. Senyumannya membuatku tenang, tatapannya bagaikan duduk dibawah pohon rindang dan dilewati angin semilir.

Apakah aku terlalu cepat merasakannya?
















Iya, aku memang terlalu cepat.
















Tapi, haruskah secepat ini? Aku bahkan belum mengenalnya lebih jauh.

Memang benar, apa kata orang.

Perasaan bagaikan hujan, yang entah kapan akan datang dan dimana ia akan terjatuh.

Ah, persetan dengan perasaan. Aku mau tidur.










Tidak, aku harus menghubungi Della dulu.

Lisa : DELLA!!!!!!!!
21.00, Friday

Della: yo wassup? Bagaimana kencan dadakanmu tadi?
21.01

Lisa: Hey Della, kau harus mendengarnya. Ini penting!!!
21.01

Della: wow wow, santai. Ada apa?
21.02

Lisa: mmm... Apakah.. Menurutmu, jika sekarang aku merasakan sesuatu pada Brian, itu terlalu cepat?
21.05

Della: tidak, justru bagus dong. Pdkt Brian tidak perlu waktu lama, wkwkwk
21.06

Lisa: ah, tapi aku merasa aneh. Aku nyaman jika berada disisinya sekarang...tapi aku terlalu canggung untuk bersikap baik dengannya):
21.07

Della: hmm sudah kuduga kau akan berkata seperti itu. Apakah kau perlu bantuanku?
21.08

Lisa: ya! Ya! Tentu saja aku perlu bantuan sahabat terbaikku!
21.09

Della: baiklah, kalau begitu besok aku akan pergi kerumahmu jam 9 Oke?
21.10

Lisa: Cool! Can't wait(:
21.11

Della: sure. Bye!
21.12

Conversation ended.





Aku sengaja bangun lebih pagi untuk dapat menyambut Della saat dia datang.

Dan benar saja, jam 9 pas dia sudah berada di pekarangan rumahku.

"Hai Della!" Sapaku sambil membuka pintu, sebelum Della mengetuknya.

"Aku membawakan baju yang akan kau pakai nanti, dan aku sudah memikirkan bantuan apa yang akan kuberikan padamu," kata Della sambil tersenyum.

Aku tersenyum senang dan mempersilahkannya masuk.

Seperti para gadis lainnya, (pasti) akan membawa temannya langsung masuk ke kamarnya.

Aku sengaja tidak memperlihatkan kancing baju yang diberikan Brian padaku, karena memang ingin kusimpan untuk diriku sendiri.

Terkadang kita juga perlu merahasiakan sesuatu yang bersifat pribadi dari sahabat kita.

Della duduk di kursi meja belajarku. Kemudian dia mulai memperhatikanku.

"Bagaimana?" Tanyaku.

"Apakah kau benar-benar merasa canggung dengannya?"

"Ya, tentu. Karena belum lama aku mengenalnya, jadi wajar kan jika aku merasa canggung,"

Jendela SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang