"Waaaa... Impossible..."
Hiruk pikuk kerumunan siswa siswi mengelilingi papan pengumuman di aula sekolah. Perhatian mereka justru terpusat pada siapa yang menempati peringkat teratas.
Seseorang mendongak untuk melihat peringkatnya sendiri. Tidak perlu susah payah untuk mencari namanya diantara daftar nama itu. Karena biasanya dia selalu menjadi nomor satu.
Tapi kemudian tenaganya mendadak hilang. Kakinya lemas. Keringat dingin mulai keluar.
"Impossible..." katanya.
Teringat olehnya kata-kata Ayahnya yang membuatnya takut. "Once you become the top rank one, you must keep it like that."
Tapi sekarang ??? Dia bukan lagi si peringkat pertama.
"Wow ..." seseorang tiba-tiba muncul.
"Look, I am the top rank!!" Katanya girang. Wajahnya merona dan seketika ia merangkul seseorang yang ada disampingnya, yang dengan terpaksa tersenyum. Karena tempatnya telah tergantikan.
Si peringkat pertama tidak percaya kalau dirinya bisa mengalahkan satu-satunya saudaranya dalam ujian akhir sekolah mereka.
"Congratulations..." kata si mantan peringkat pertama dengan sangat terpaksa.
"Waaahhh I can't believe it. Dad gonna love it, my improvement is so great!!" Girangnya.
Ya, Ayah mereka akan senang dengan hasil si peringkat pertama. Tapi bagaimana dengan si mantan peringkat pertama ??
"I am really disappointed to you." Terjang Ayah si mantan dan si peringkat pertama. Lebih tepatnya, Ayah mereka menitikberatkan pada si mantan peringkat pertama.
"Just what have you done??! Can't you learn from your brother ???! He can be a better students. But you ????!"
"Show me if you can do better, ......"
****
"....Ivan!!!" seseorang mengguncangkan kasur Ivan dengan cara melompat diatas kasur yang ia tiduri.
Malas, Ivan membuka matanya dan mendapati Emilio sudah berada disampingnya.
"Emilio... What are you doing?" Tanya Ivan sambil mengucek matanya.
"Bangun kebo, lo lupa? Ini hari pertama kita masuk kuliah? Gue udah nggak sabar kepengen ketemu cewek-cewek cantik yang ada dikampus." Emilio terlihat sangat bersemangat. "Come on! Gue nggak mau telat." Sambungnya sambil menarik secara paksa tangan Ivan.
"Okay.. Okay I know." Ivan bergegas memasuki kamar mandi karna tidak ingin berdebat lebih dengan Emilio.
"Gue tunggu di meja makan." Seru Emilio sembari meninggalkan kamar Ivan.
Didalam kamar mandi Ivan hanya menggelengkan kepalanya karna tingkah saudara kembarnya.
****
Dimeja makan, Emilio, Ivan, dan ayahnya sarapan bersama.
Emilio banyak bercerita tentang bagaimana bersamangat dan senangnya dia memulai hari-hari barunya menjadi seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di salah satu Universitas terbaik di Jakarta.
"Kita bisa bersama-sama......" Emilio masih berceloteh.
"Emilio, bagaimana perasaanmu masuk di Universitas terbaik?" Sela Ayah ketika Emilio hendak mengungkapkan rencananya di kampus baru.
Emilio menatap Ayahnya dengan mulut masih menganga. Berkedip cepat sembari melirik Ivan meminta bantuan.
"Ow... Well, aku senang bisa masuk kesana dengan otakku yang pas-pasan." kata Emilio nyengir. "Benar kan, Ivan??"
Ivan diam tidak menghiraukan.
"Otak pas-pasan katamu?? Tidak mungkin kau mendapatkan peringkat pertama kalau otakmu pas-pasan." Ayah menatap Emilio tegas.
Ivan tetap diam dan memakan sandwich-nya.
"Aaaahhhmmm.... Aku, ambil tas dulu." Merasa kalau Ayahnya mulai menunjukan nada tinggi ketika berbicara, Emilio segera meninggalkannya. Ia tidak suka segala sesuatu yang serius. Dan Ayahnya selalu membuat situasi menjadi canggung karena keseriusannya.
Dan tinggallah Ivan sendirian dengan Ayahnya. Karakter Ivan yang memang pasif, selalu memilih sesuatu yang sunyi dan tenang. Tapi, perlakuan Ayahnya setelah wisuda anaknya, berubah drastis.
"Kau lihat, dia begitu bersemangat dihari pertamanya?" Ucapan ayahnya begitu bangga kepada anak pertamanya, Emilio.
"Yeah, itulah Emilio. Dia selalu bersemangat setiap saat." Jawabnya dengan nada malas.
"Harusnya kamu bisa meniru kakakmu itu. Dia bisa mengambil alih peringkat pertamamu. Sedangkan kau?"
"Ivan harus pergi sekarang. Emilio pasti sudah nunggu diluar." Dia berjalan meninggalkan ayahnya yang masih terduduk dimeja makan.
'Lagi-lagi Emilio.' Batin Ivan geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Fanfiction"Mempertahankan lebih sulit dari pada meraih." Itulah yang Ivan rasakan ketika posisi nomor 1nya diambil oleh Emilio, saudara kembarnya sendiri. Sejak saat itu, keberadaan Ivan seakan tidak terlihat karena sosok Emilio menjadi figur baru bagi keluar...