"I will try to fix you. Hahaha" Tawa gadis itu menggema di lapangan indoor fakultas Akuntansi yang sepi sore ini. Dia tak henti-hentinya tertawa melihat video yang dikirimkan oleh sahabatnya baru saja.
Sedangkan disisi lain pria dengan bola basket ditangannya mendengus sebal kepada wanita dihadapannya.
"Anjir, seorang Ivan Martinez bisa nyanyi beginian. Hahaha." Tawa gadis itu makin menjadi saat memutar ulang penampilan Ivan malam tadi di cafe milik ibunya.
"Emil, abis lo kalo ketemu gue!" Ucap Ivan geram dengan kelakukan kembarannya itu.
"Kenapa lo jadi nyalahin Emil? Yang nyanyi kan elo, dan yang gue ketawain itu elo." Lagi-lagi ucapan Raina membuat Ivan menggeram sebal.
"Lagian ngapain sih elo minta Emil buat videoin gue? Lo naksir sama gue?" Terka Ivan yang membuat kedua mata Raina membulat sempurna.
"Amit-amit gue naksir lo!"
"Rain, tanggal berapa seleksi tim basket fakultas lo?" tanya Ivan mencoba mengalihkan pembicaraan, karna menurutnya itu sudah menuju kearah perdebatan panjang dengan Raina.
"1 minggu lagi. Dan kalo permainan lo masih kaya gitu, gue nggak yakin lo bisa masuk tim basket fakultas gue."
"Makanya lo tuh kalo ngajarin gue yang bener!"
"Elo yang nggak becus mainnya, kenapa jadi gue yang disalahin!"
"Gue nggak mau tau, hari ini lo harus lembur ngajarin gue, nyampe gue bisa."
"Enak aja lo! Lo pikir gue...."
Ocehan Raina terpotong karna Ivan menutup bibir Raina dengan tangannya. "Nggak ada penolakan!" ucapnya penuh penekanan.
***
"Loh tumben banget kalian bareng?" Emilio yang baru saja datang menatap heran kearah Ivan dan Raina yang sudah duduk rapih disalah satu bangku di kantin.
"Gue nungguin lo, Mil. Tapi malah ketemunya sama ni curut." dusta Raina, karna sedari tadi Raina dan Ivan memang selalu bersama.
Hari ini Raina sedang menjadi tahanan Ivan. Dia tidak bisa kabur dari pria ini begitu saja.
"Emangnya lo nggak ada kelas Van?" tanya Emilio yang mulai curiga dengan kembarannya itu karna akhir-akhir ini sering tidak melihat keberadaan Ivan dikampus.
"Kelas gue udah kelar." jawab Ivan seadanya.
"Oh iya gue mau tanya sesuatu sama lo." ucap Emilio sambil mencari sesuatu didalam tas ranselnya.
Sedangkan Ivan masih menunggu sambil menyantam makan siangnya.
Emilio mengeluarkan sebuah buku tulis, membukanya dan menyodorkan kepada Ivan. "Gue nggak ngerti yang ini nih. Lo bisa jelasin nggak ke gue?"
Ivan menatap sekilas kearah buku yang disodorkan oleh Emilio, menatapnya dengan malas kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Gue juga belum ngerti yang itu." jawab Ivan dingin."Tuh kan bukan cuma gue yang nggak ngerti. Berarti itu dosen emang bolot." Emilio terus mengoceh tidak jelas entah kepada siapa.
Raina menatap curiga kepada pria dihadapannya.
Ini pasti ada yang aneh, pikir Raina.
"Gue mau pesen makan dulu ya." pamit Emilio kepada Raina dan Ivan.
Setelah kepergian Emilio dari tempat duduk mereka, Raina langsung mengintograsi Ivan. Dimulai dari tatapan mematikan.
"Apa?" Ivan yang merasa Raina menatapnya dengan sinis pun angkat bicara karna terganggu oleh tatapan tajam pelatih sementaranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Fanfiction"Mempertahankan lebih sulit dari pada meraih." Itulah yang Ivan rasakan ketika posisi nomor 1nya diambil oleh Emilio, saudara kembarnya sendiri. Sejak saat itu, keberadaan Ivan seakan tidak terlihat karena sosok Emilio menjadi figur baru bagi keluar...