"Mil, gue berangkat dulu. Lo naik motor ya."
"Bukannya hari ini kelas kita bareng?" Emilio menatap Ivan sedikit heran.
Sekarang baru pukul 9 pagi, dan Ivan sudah berangkat kuliah, padahal kuliah mereka baru akan dimulai pukul 1 siang.
"Gue ada urusan." Jawab Ivan sambil mengenakan hoodie hitam favoritnya.
"Lo mau nyuri start buat modusin cewek-cewek ya?" Tuding Emilio yang menegakan duduknya diatas kasur Ivan.
Ivan meraih bantal sofa kemudian melemparnya tepat diwajah Emilio. "Emangnya gue itu elo yang pikirannya cuma cewek, cewek, and cewek lagi. Awas kalo kamar gue berantakan waktu gue pulang!"
"Mil, kalo ketemu Anin, gue titip salam." Teriak Emilio
Ivan menghiraukan ucapan Emilio kemudian melangkahkan kaki menuju garasi tempat mobilnya terparkir.
Setelah 30 menit menembus kemacetan ibu kota akhirnya sekarang Ivan sampai dikampus kesayangannya.
"OMG! MARTINEZ UDAH DATENG!"
"BUKANNYA DIA ADA KELAS JAM 1 YA! KENAPA DIA UDAH DATENG? PASTI MAU NGAPELIN GUE!"
"ITU IVAN APA EMILIO?? OMG! GANTENG PARAH!"
"SUMPAH GUE PENGEN BANGET FOTO SAMA DIA!"
"GUE MAU TUH JADI TASNYA, BIAR BISA NEMPLOK TERUS DIPUNGGUNGNYA."
Seperti itulah teriakan histeris beberapa mahasiswi yang mengeluh-eluhkan Martinez Twins. Walaupun hanya Ivan, tapi itu tidak mengurangi antusias mereka. Tapi Ivan tetaplah Ivan. Terus menghiraukan teriakan wanita itu, terus berjalan lurus tanpa menoleh sedikitpun kearah wanita yang memasang wajah kagum mereka.
"Emil, gue boleh minta ajarin yang ini lagi nggak? Gue masih belum ngerti." Salah seorang wanita berlari menghampiri Ivan dengan sebuah buku ditangannya.
Ivan memandangi wanita itu dari ujung kaki sampai kepala dengan heran. Rambut dikuncir kuda, kacamata bulat bertengger dihidungnya yang pesek, wajah yanh hanya dipoles bedak secara tipis, rok panjang dan baju yang ketinggalan tren, tak lupa flat shoe yang sedikit buluk. Kenapa seolah semua orang lebih tertarik kepada Emilio? Bahkan wanita nerd seperti dia saja berani menghampirinya. Apa Emilio sebegitu sempurnanya dimata mereka semua?
"Gue Ivan!" Jawab Ivan dingin dan sedikit membentak membuat wanita itu menunduk, nampaknya sedikit ketakutan.
"Maaf, gue kira lo Emil." Wanita itu masih menunduk dan bicara dengan nada yang sedikit bergetar.
Apa Ivan sebegitu menakutkannya?
Ivan pun meninggalkan wanita itu dan melangkahkan kakinya menuju jurusan sebelah, tepatnya jurusan Akuntansi.
"Lo liat Raina nggak?" tanya Ivan kepada 2 orang wanita yang sedang asik mengobrol.
Bukannya menjawab, 2 wanita itu malah mematung setelah mengetahui siapa yang baru saja bertanya kepada mereka. Sedangkan Ivan memandang dengan tatapan bingung.
"Woy!" Ivan melampaikan tangannya kearah wajah kedua wanita itu. "Ada yang liat Raina anak Akuntansi nggak?" ulangnya lagi.
"Tadi gue liat dia ada ditaman Mil." Salah satu wanita berambut pendek menunjuk kearah taman yang berada tak tak jauh dari tempat mereka berdiri, sedangkan pandangannya masih tertuju kepada pria tampan dihadapannya. Wanita itu tak akan menyia-nyiakan kesempatan sedekat ini dengan salah satu dari Martinez Twins.
God! Emilio lagi, Emilio lagi! Batin Ivan kesal.
Tanpa mengucapkan terima kasih dan kata-kata lainnya Ivan langsung meninggalkan kedua wanita yang masih terdiam mengagumi ketampanan Ivan yang dikiranya Emilio.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Fanfiction"Mempertahankan lebih sulit dari pada meraih." Itulah yang Ivan rasakan ketika posisi nomor 1nya diambil oleh Emilio, saudara kembarnya sendiri. Sejak saat itu, keberadaan Ivan seakan tidak terlihat karena sosok Emilio menjadi figur baru bagi keluar...