Chapter 2

2.9K 230 14
                                    

Matilda Anna Ingrid Lutz  a.k.a Raina (Mulmed)

***

"Kok lo bisa betah sih sahabatan sama cewek kepala batu gitu?" Tanya Ivan kepada Emilio setelah ia selesai menghubungi Raina.

"Pertama, dia punya hobi yang sama kaya gue, main basket. Kedua, dia tuh nggak kaya cewek-cewek lain yang manja dan drama queen. Dan yang ketiga, dia selalu mau ndengerin curhatan gue. Dan persahabatan yang dia jalanin sama gue itu tulus." Jelas Emilio.

"Belum puas lo cerita banyak sama gue?"

"Yaelah. Kalo gue tanya masalah cewek sama lo, itu sama aja kaya gue ngomong sama tembok. Lo tuh nol kalo masalah cewek. Dan guru percintaan gue itu ya si Rain."

"Jadi lo naksir sama dia?" Tanya Ivan santai.

"Anjing, ya engga lah. Masa gue suka sama sahabat gue sindiri." Ucap Emilio dengan cepat sambil melempar bantal kearah Ivan.

"Persahabatan cewek sama cowok itu nggak ada yang abadi. Pasti salah satunya bakalan nyimpen perasaan sama sahabatnya."

"Kalo gue mau naksir sama dia udah dari kapan tau lah. Catet ya gue udah sahabatan lama banget sama dia, dan nggak pernah ada perasaan lebih dari seorang sahabat."

"Gimana kalo hal itu terjadi?"

***

Seolah menjadi kegiatan rutin saat siang hari Ivan dan Emilio selalu duduk bersantai melepas penat dikantin fakuktas mereka. Kantin fakultas mereka adalah kantin terbaik di univeraitas ini, wajar jika kantin disini tidak pernah sepi didatangi mahasiswa. Ditambah lagi kedatangan Ivan dan Emilio, membuat beberapa gadis sengaja datang hanya untuk sekedar melihat mereka berdua menyantap makan siangnya.

"Ya elah lo udah pindah jurusan HI?" Ivan langsung mencibir Raina yang baru datang menghampiri Emilio dan Ivan yang sedang makan siang di kantin fakultas Martinez.

"Brisik lo!" Jawab Raina ketus dan memutuskan untuk duduk disamping Emilio dan dihadapan Ivan.

"Kalian tuh bisa nggak sih nggak usah ribut kalo ketemu. Kaya anjing sama kucing aja." Emilio mencoba meleraikan kedua orang yang sedang beradu mulut dihadapannya.

"Iya, dia anjingnya." Ucal Raina yang masih ketus dan jutek.

Ivan hanya memutar kedua bola matanya malas untuk membalas ucapan Raina.

"Nanti gue mulai latian basket. Lo harus nonton." Girang Emilio memberikan kabar itu kepada Raina.

"Iya, gue pasti nonton." jawab Raina seadanya.

"Lo tetep nggak mau gabung sama tim basket fakultas lo? Padahal lo itu the best." Tanya Emilio kemudian menyuapkan siomay kedalam mulutnya.

"Lo tau sendiri nyokap gue gimana Mil. Kalo dia tau gue gabung sama tim basket urusannya bakalan panjang."

"Tenang aja, kita masih bisa main bareng." Jawab Emilio sambil menunjukan senyuman andalannya.

"Bukannya cewek itu anak Akuntansi ya? Kok dia bisa disini? Mana gabung sama Martinez Twins lagi?"

Lagi-lagi Raina mendengar ocehan mahasiswi yang tidak menyukai kedekatannya dengan Emilio. Sebenarnya Raina merasa sangat terganggu dengan itu semua. Tapi dia tetap mencoba menanggapinya sesantai mungkin. Bahkan saat awal masuk SMA dia sempat mendapat bully karna siswi lain menganggapnya terlalu akrab dengan Emilio. Dan sekarang dia sudah kebal menghadapi para penggemar Martinez Twins itu.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang