Selesai menyanyikan lagu pertamanya Ivan mengalihkan pandangannya kearah depan tempat dimana kebanyakan wanita sedang memandangnya kagum. Namun, pandangan Ivan terhenti disatu titik dimana disana berdiri seorang pria berwajah menawan dengan menggunakan setelan jas lengkap yang seketika membuat kedua bola mata Ivan membelalak tak percaya.
Ivan pun menyelesaikan penampilannya setelah lagu pertamanya, sebenarnya itu diluar kesepakatan karna sesuai perjanjian malam ini Ivan harus membawakan lima lagu. Tapi melihat ayahnya sudah berdiri dihadapannya dengan sorot kemarahan di wajahnya Ivan pun bernegosiasi dengan manager cafe dan akhirnya ia diberikan izin.
"Ayah anda sudah menunggu dimobil." ucap salah seorang anak buah John yang berjalan menghampiri Ivan setelah dirinya berkemas dibelakang panggung.
Ivan berjalan dengan malas kearah mobil ayahnya yang sudah terparkir dihalaman cafe. Ivan menghembuskan nafasnya kasar sebelum membuka kenop pintu mobil ayahnya. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.
Selama perjalanan John sama sekali tidak membuka pembicaraan dengan Ivan. Begitu pun dengan Ivan yang begitu malas karna harus berhadapan dengan ayahnya, tapi Ivan sedikit heran karna ayahnya tetap menutup mulutnya sampai mereka sampai dirumah. Ini sangat tidak biasa.
Sebenarnya ini menjadi keadaan yang cukup aneh karna biasanya Ivan merasa sangat senang dan bangga saat bisa berada dalam satu mobil yang sama dengan ayahnya. Karna John adalah sosok yang sangat kaku terhadap kedua anaknya. Namun keadaan kali ini berbeda, suasana kali ini begitu mencekam dan dingin.
Sesampainya dirumah, Ivan menuruni mobil terlebih dahulu. Ivan membalikan badannya kala ayahnya memanggil namanya. Tapi baru saja Ivan membalikan badannya tangan tegap milik sang ayah sudah menyeret lengan Ivan untuk masuk kedalam rumah.
PLAK!
Satu tamparan keras tepat mendarat dipipi kiri Ivan saat keduanya sampai diruang keluarga.
Ivan terdiam, ia bisa merasakan betapa perihnya pipinya saat ini, dadanya bergemuruh, napasnya pun semakin panas dan memburu. Ivan memegang pipi kirinya yang terkena tamparan John dengan tangan kanannya dan menggepalkan tangan kirinya dengan sangat kuat.
Di hadapannya, John tidak jauh lebih emosi dari Ivan, dengan dada yang mengembang-mengempis, dan wajah yang sangat merah, bahkan kini di pelipis dan lehernya muncul sebuah urat.
Keadaan menjadi tegang dan menghening untuk sesaat. Keduanya masih bungkap belum ada yang mengeluarkan suaranya.
"Pergi kamu dari sini!" usir John membuat Ivan menoleh ke arahnya, "PERGI KAMU!"
Ivan masih memandang ayahnya dengan tampang tak percaya atas apa yang diucapkan sang ayah kepadanya.
"Orang yang sudah melanggar peraturan ayah harus keluar dari rumah ini. TERMASUK KAMU!" geram John sambil menunjuk wajah Ivan. "Sudah berapa kali ayah katakan kepadamu untuk menjauhi dunia musik! Tapi nampaknya kamu belum mengerti dengan ucapan ayah!" John menjelaskan kepada Ivan masih dengan emosi yang meluap-luap, "SEKARANG PERGI DARI RUMAH INI!"
Emilio yang sedang berada di lantai dua pun keluar dari kamarnya karena mendengar keributan dari lantai dasar dan kemudian melihat kembarannya sedang dimarahi oleh ayahnya dari lantai atas.
"OKE!!" balas Ivan lebih keras, "IVAN BAKALAN PERGI DARI RUMAH INI!"
Setelah itu Ivan pergi meninggalkan John menuju kamarnya dilantai dua
Ivan sempat berpapasan dengan kembarannya namun ia menghiraukannya dan dengan cepat memasuki kamar dan membanting pintu kamarnya.
Emilio yang tidak tahu menahu tentang masalah yang sedang menimpa kembaran dan ayahnya hanya memandang Ivan yang lewat dihadapannya. Detik selanjutnya ia tersadar karena tadi Ivan meneriaki kata pergi dari rumah, Emilio langsung menghampiri kamar Ivan dan membuka kenop pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Fanfiction"Mempertahankan lebih sulit dari pada meraih." Itulah yang Ivan rasakan ketika posisi nomor 1nya diambil oleh Emilio, saudara kembarnya sendiri. Sejak saat itu, keberadaan Ivan seakan tidak terlihat karena sosok Emilio menjadi figur baru bagi keluar...