A Way - Sebuah Perjalanan 2

109 5 0
                                    


Dengan pasrah kuikuti kemana arah langkah engkau bawa aku dan gadis – gadis yang lain.

Aku hampir mati ketakutan, peluh memenuhi tanganku. Pandangan mataku ini hanya dapat memandang wajahmu. Saat itu aku tau. Bahkan sangat - sangat tau. Ada perasaan khusus yang mulai menjalar kepadamu.

Saat itu sebenarnya aku tak tau pasti. Apa yang akan ku lakukan. Pikiran ku kosong. Yang tersisa hanyalah sengatan listrik yang mulai menjalar di tubuh ini. Tanpa ku mengerti apa artinya.

Kini kami, aku dan para gadis - gadis di kota ini digiring ke dalam sebuah gubuk tua.

Seorang pemuda belanda yang sedari tadi merasuki ku pun mulai angkat bicara

"Kalian ku harap duduk disini dan kerjakan apa yang ada di depan kalian" suruhnya tajam. Mataku langsung tertuju pada gabah - gabah yang belum ditumbuk beserta kayu penumbuk yang kurasa cukup berat. Ah dia menyuruh kami melakukan itu?

Baiklah. Ucapku dalam hati. Kamipun lantas menggerakan anggota tubuh kami dengan cepat untuk mematuhi ucapanmu. Aku masih berusaha menyadarkan diriku bahwa, aku tidak boleh terpana akan ketampanan dari parasmu. Harus kutekankan itu.

Dan seperti baru saja mendengar petir yang begitu dahsyat. Tiba-tiba saja hatiku bergemuruh tak karuan. Tanganku gemetar menggenggam benda keras ini. Tenagaku seketika lenyap entah kemana ?

Pandangan mataku ini terhenti seketika. Aku sungguh – sungguh tergagap melihat pemuda itu menuju kearahku?

Tuhan. Benarkah dia menghampiriku ? Semakin tak menentu aku harus bersikap bagaimana jika dia benar-benar sampai disampingku.

"What is your name?"

Tunggu. Apa benar pertanyaan itu ditunjukan kepadaku ? Nafasku tak beraturan lagi, ingin sekali aku membuka suara. Namun, semua itusulit saat aromanya yang begitu harum bercampur peluhnya kini mendera pernafasanku.

Ya Tuhan, ada apa denganku?

"Hey! Are you DEAF?" Tanyanya lagi. Aku benar – benar tersentak ! Susah sekali aku menelan ludah sekarang.

Huh bentakannya itu terdengar melebihi guntur.Menakutiku.

"Latifya Sulastri Sir," jawabku menunduk.

Aku tidak berani untuk menatapnya lagi.

"Don't scared, babe. I won't hurt. Ah, so how can I call you?"

"Ify," Jawabku gemetar.

"Oh oke. I'm Cedrio.Just call me Rio,"

Aku hanya mengangguk ! Mengangguk dalam sedalam-dalamnya agar wajahku tak terlihat olehnya. Sungguh ! Aku merasa pipi mulai memanas. Dan, kenapa jantungku berdesir seperti ini. Dia benar - benar dapat mempesonaku.

Tidak seharusnya aku seperti ini. Sadar Ify, pekikku dalam hati. Orang dihadapanku ini adalah penjajah, musuh, orang jahat. Tidak sepantasnya kau mengaguminya.

Tapi apa daya. Senyumanku kembali terpancar. Ah kala itu benar - benar tak dapat aku lupakan. Dia benar membuat aku lupa diri.

Ah mungkin bukan hanya diri namun juga raga ku. Semuanya. Semua hal yang ada fi diriku ini terlupakan karena dia. Hanya dia.


***

Part ketiga akan aku upload besok. Terima kasih!

Love in a Story [discountinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang