Chapter Twelve : Sleepover

9.1K 804 13
                                    

Abigail's POV

Kau tahu apa rasanya di tampar oleh orang yang kau percaya? Sakit bukan?

"Abigail kau ketemu siapa di depan? Kau jangan sembunyiin sesuatu, dong!" ucap Demi yang melihatku pucat pasi pada saat masuk kelas.

"Ya.. Aku di tampar Austin," ucapku pelan.

"WHAT?!" Seru Demi.

"Slow down, Mr. Stevenson melihat ke arah kita, tahu!" bisikku sambil membekap mulutnya. Ia mengangguk dan aku melepaskan bekapan dari mulutnya.

"Ya, apa masalahnya?"

"Dia marah karena baru tahu aku jadian dengan Taylor,"

"Suka-suka kau dong seharusnya,"

"Ya. Dia terbawa emosi dan langsung menamparku," ucapku. Demi menggelengkan kepalanya tanda tak suka.

"Terus, kalau Taylor ingin memenangkan hatimu, kenapa dia tak menolongmu?"

"Ah, jangan sampai. Dia hanya akan memperkeruh suasana," ucapku sambil tertawa, Demi pun ikut ketawa.

Kring!

Bel pulang berbunyi dan dari setiap penjuru sekolahku meneriakkan kata "Yes!". So, it's a rough day for everybody, isn't it?"

Aku merapikan peralatanku dan bergegas ke loker untuk mengambil tasku. Aku melihat sebelah lokerku. Biasanya ada Zayn yang tertawa sambil mengambil skateboard-nya. Where are you, Zayn? I miss you. Sudah 3 bulan dan mengapa kau belum pulang?

"Kangen dengan pujaan hatimu Zayn Malik, huh?" Ucap Taylor sinis yang baru saja sampai disebelahku.

"Bukan urusanmu," ucapku datar. Aku mengambil tas dan bergegas pulang.

"Kau mau kemana?" Tanya Taylor.

"Pulang lah. Memangnya mau kemana lagi?" ucapku masih dengan nada datar.

"Kuantar yuk, tetapi makan siang dulu," ucapnya. Aku menggeleng cepat. Mood ku sedang hancur berantakan gara-gara Austin. Dan aku tak punya energi untuk marah-marah lagi dengan Taylor.

"Kau kenapa, babe?" Tanyanya.

"Aku sedang tidak mood," ucapku.

"Let's get some greentea latte," ucapnya lembut.

"Boleh deh. Kau masih ingat favoritku rupanya," ucapku sambil tersenyum.

"Iyalah, aku tak bisa melupakan satu hal pun tentang orang yang selalu aku sayang. And that's you," ucapnya sambil tersenyum.

"Ayo cepatan Lautnerrrrr. Kau buat aku pingin green tea latte dan kau berlama-lama sekarang," ucapku sambil menariknya keluar dari gedung sekolah. Ia hanya tertawa-tawa.

***

"One greentea latte special served for Mrs. Abigail Lautner and Javachips Frapucinno Mr. Taylor Lautner," ucap pelayan starbucks dengan sopan.

"Thank you, Ms," ucap Taylor. Aku mendengus. Masa dia mengganti namaku seenaknya sih?

"Apa apaan kau ganti nama belakangku? Namaku Tomlinson bukan Lautner. T-O-M-L-I-N-S-O-N!" ucapku menjabarkan namaku dan nama Louis. Ia masih tertawa dan meneguk minumannya.

"Kali-kali lah," ucapnya tanpa dosa. Aku menggerutu tetapi meneguknya juga. Favoritku masa tak diminum sih?

"Thanks by the way," ucapku. Ia mengangguk.

"Kau tadi kenapa?"

"Tak apa kok. Aku hanya kena detensi karena bermain skateboard," ucapku asal. Why should he know? My life is bad because of him.

Lucky ⇨ malik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang