Chapter Five : Dance Floor

10.4K 951 29
                                    

Aby's POV

Aku baru saja mendarat di New York. Sedihnya, aku tak bisa bertemu dengan Dani. Padahal aku ingin sekali bertemu dengan penari X-Factor itu. Aku bersama crewku berada di studio latihan untuk saat ini. Di New York Dance Academy. Kami hanya meminjam studionya sih, bukan diajari oleh pengajar disana. Kami kan sudah punya coach Derrick:)

Aku menyusuri tangga-tangga untuk turun ke bawah. Aku ingin cari makan, tetapi tak ada yang mau menemaniku. Masa bodoh lah, yang penting makan.

"Hey Abigail, wait!" Ucap seseorang dibelakangku. Aku menoleh. Rupanya itu Austin Mahone. The hell?

"Ada apa?" Ucapku cuek. Aku benar-benar sudah lapar.

"Temani aku," ucapnya.

"Kemana?"

"Makan abis itu ke Nike," ucapnya.

"Tapi kau traktir," ucapku iseng.

"Separated bills," ucapnya. Gila, bon saja di pisah. Pelit sekali dia.

"Okay whatever. Aku sudah mau mati kelaparan, tahu!" seruku.

"Galak sekali, nona! so sassy" ucapnya. Dia mencoba untuk menggodaku.

"Cepat jalan atau aku akan membunuhmu!" Seruku. Austin langsung lari ke luar studio menuju jalanan sambil tertawa.

Aku berjalan sambil ngobrol-ngobrol dengan Austin. Perjalanan ini hening. Karena aku belum mengenalnya dengan baik.

"Austin kenapa berhenti disini?" Ucapku.

"Aku mau makan disini," ucapnya. Aku melongo kaget. Ini kan restoran mahal. Masa isi perut saja harus begini mahal?

"Aku sedang tak ada uang. Kau makan disini saja sendiri aku cari restaurant lain," ucapku.

"Heh, aku yang bayar," ucapnya datar.

"Kau tadi bilang pisah bon. Aku tak mau ditagih di dalam nanti," ucapku cuek.

"No, trust me," ucapnya sambil tersenyum. Aku diseretnya masuk. Akupun menurut saja. Bukannya aku tak punya uang, tapi aku harus hemat. Louis selalu mengajariku begitu. Karena kita tak tahu apa yang akan terjadi di hari depan.

Aku masuk ke dalam. Disana banyak sekali orang berjas dan ber-dress. Aku melihat diriku, aku hanya menggunakan kaos dan celana pendek. Austin pun begitu. Semua orang memandang kami. Aku hanya menunduk sementara Austin menggandengku.

"Kau mau pesan apa?" Ucapnya.

"Aku tak tahu, harga disini membuatku kenyang," ucapku asal.

"Ya sudah kau tak usah makan," ucapnya cuek.

"Kau keji sekali," ucapku.

"Aku bercanda, darling. Aku sudah pesankan kau kok," ucapnya.

"Shut, Austin. Kau bisa membuat orang-orang mengira aku dan kau adalah sepasang kekasih," ucapku gusar. Ya, orang-orang sudah mulai nengok kepada kami.

"Soon babe, soon," ucapnya santai.

"Terserah kau," ucapku.

"Oh ya, kau tinggal dimana aslinya?" Tanyanya.

"London. Masa kau tak mengenali aksenku?" Ucapku.

"Sexy" ucapnya.Aku nyaris menoyornya tetapi seorang pelayan datang dan menganggu balas dendamku.

"Permisi tuan dan nona, ini makananny,a" ucap pelayan itu dengan sopan.

"Teri makasih," ucapku. Austin membelikan aku chicken steak. Ya sudahlah. Padahal tadi aku berniat untuk makan Mcd yang harganya murah dan ada jaminan puas.

Lucky ⇨ malik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang