Tic Tac Toe

48 9 16
                                    


Hari kedua Hiraku memulai paginya dengan wajah yang ditekuk kedalam.

"Okaasan tau kau tidak mau sarapan, jadi okaasan sudah siapkan bekal untukmu."

Tatapannya berubah, seperti mengisyaratkan. Bisakah okaasan diam saja.

"Aku tidak perlu bekal itu."

Entah kenapa lagi dengan putri sematawayangnya itu, ia harap bisa memahami sifat Hiraku yang kian hari selalu berubah tak menentu.

Bantingan terdengar di pintu depan, perempuan paruh baya itu hanya menatap hampa kotak makan yang sudah ia siapkan terdampar begitu saja.

Mungkin memang salahnya selama ini, dia terus menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi pada Hiraku. Putri yang amat disayanginya, baru saat dia menyadari Hiraku pantas mendapatkan kasih sayang yang layak.

-o0o-

Sudah jam pelajaran ketiga, dan Hiraku masih mengabaikan Arumi.

Sudah berkali-kali Arumi menyapa dan mengajaknya berbicara, tapi yang gadis itu dapatkan hanya tatapan tidak suka Hiraku terhadapnya.

Hiraku yang memberitahu dari mata dan sikapnya. Bisakah kau berhenti menggangguku, kau itu bukan temanku.

Arumi hanya bisa diam lagi dan lagi, entah mood apa yang sedang menghancurkan gadis yang kemarin baru saja membuatnya terkejut itu.

Mungkin memang benar perempuan memiliki mood swing yang parah, tidak terkecuali Arumi sendiri.

Tapi dia memang belum pernah mengalami hal yang semacam ini, saat seseorang seakan sangat dekat dengannya dan seketika berubah seperti tidak mengenalnya sama sekali.

-o0o-

"Kuroi sensei.."

Yang dipanggil hanya membalikkan badannya sembari tersenyum ramah.

"Aku ingin meminta ijin, sepertinya aku terserang flu. Dan mungkin aku tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga hari ini."

"Kau sedang sakit rupanya, beristirahatlah kalau begitu. Lagi pula sensei tidak akan langsung memulai materi inti."

"Terimakasih banyak sensei."

Sembari membungkukkan badannya, Arumi merasakan kepalanya berputar kembali.

Memang dia harus istirahat.

"Arumi-chan, kau terlihat pucat. Apa kau sedang sakit?"

Entah darimana datangnya Hitoshi, bahkan Arumi tidak merasakan deru napasnya.

"Sepertinya begitu."

"Baiklah akan kuantar kau ke ruang kesehatan."

Sepertinya sudah 1 jam Arumi tertidur akibat efek obat yang ia konsumsi.

Dan Hitoshi masih menemaninya di ruang kesehatan.

"Kenapa kau tidak kembali ke kelas Hitoshi-kun?"

"Aku ingin menemanimu, kau membuatku cemas tahu."

"Tapi kan kau-"

"Aku sudah meminta ijin kepada sensei yang mengajar dikelasku, untuk menemani gadis cerewet yang entah bagaimana bisa menjadi sahabatku ini."

"Terus saja kau mengolokku."

Mereka saling tertawa dengan renyah. 
Tanpa diperintah Arumi menghentikan tawanya, yang membuat Hitoshi heran.

"Ada apa Arumi-chan?"

Hanya melalu matanya Hitoshi mengerti maksud Arumi. Lihatlah siapa yang datang.

Hiraku yang datang dengan wajah khawatir kedalam ruang kesehatan, bertanya akan keberadaan Arumi.

Hitoshi hanya mengembalikan pertanyaan. Memangnya kenapa, dia kan temanmu Arumi-chan.

Repairation [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang