3

237 20 0
                                    

"INGIIIIN KU BUNUH SI TEMBOOOK, LANTARAN DIAAA BIKIN KU KESEL. DI DEPAN TEMAN-TEMANKU KU INGIN MEMBUNUHNYA" nyanyian Oca di depan kelas mengundang tawa dari anak-anak Ipa 1.

Bukan hal asing lagi jika maskotnya Ipa 1 si Oca sedang kesal pasti akan mengganti seluruh lirik lagu dengan kata-kata absurdnya. Yang tentu saja akan didukung oleh Romeo dan juga Radit, partner Oca yang sama-sama gilanya.

Jam olahraga yang kosong dibuat anak Ipa untuk melakukan hal-hal bodoh yang mengundang banyak tawa, mereka semua sedang berada di lapangan duduk berselonjor menyaksikan kegilaan Oca, Romeo dan Radit yang asik bernyanyi sambil menari di tengah lapangan. Menarik perhatian beberapa adik kelas yang geli sendiri melihat kakak kelasnya yang seperti orang gila itu.

"Meeeeooong nari hula-hula meoong" seru Chika yang langsung memberikan ide untuk Romeo menambah tarian gilanya.

Tawa anak Ipa 1 langsung meledak melihat Romeo yang menari layaknya cumi-cumi tetangga spongebob. Beberapa adik kelas yang kelasnya sedang kosong pun ikut asik melihat penampilan ketiga kakak kelasnya yang lucu tersebut, ikut tertawa melihat bagaimana gilanya kakak kelas mereka.

"Romeo, Radit, Ocaaa" teriak Pak Hilman yang menatap ketiganya dengan wajah seram.

"Iyaa paaak" jawab ketiganya ikut berteriak, yang langsung menambah tawa teman-teman yang lain.

Arslan yang melihat Pak Hilman segera menghampiri beliau untuk meminta maaf atas kelakuan teman-temannya itu. Sedangkan ketiga trio yang dipanggil tadi kembali asik bernyanyi tanpa menghiraukan si guru galak yang pasti akan menghukum mereka.

"MUKA TEMBOK GILA, MINTA MASKERIIIN. MUKAAA TEMBOOK JELEK, GIGINYA TINGGAAAL SATUUU" nyanyi Oca yang kembali mengganti lirik lagu anak-anak, dengan kata-kata absurdnya.

"Giginya tinggal dua Ocaaaaa" teriak seluruh anak Ipa 1 dengan serempak, kembali membawa ramai di area lapangan sekolah, dan berhasil membuat marah Pak Hilman kembali. Ujung-ujungnya semua anak Ipa 1 dihukum lari keliling lapangan tiga kali, yang malah membuat mereka tertawa-tawa tidak jelas dan membuat Pak Hilman angkat tangan dengan perilaku mereka.

***

Oca menatap ke arah lapangan basket yang sudah penuh dengan banyak orang, tadi sepulang sekolah ia ketiduran membuatnya datang terlambat ke latihan basket sore ini. Ia meneliti seluruh anak dilapangan, dan tidak menemukan si wajah datar berada disana.

"Kesana enggak ya? Gue udah telat banget lagi" lirih Oca yang masih meneliti siapa saja anak yang berada di lapangan.

"Ngapain lo?" suara dingin yang sangat Oca kenali tiba-tiba saja mengagetkannya, ia menoleh kebelakang melihat Deka yang sudah berdiri sembari melihat Oca dengan wajah mengkerutnya yang tampan.

"Mmm... Mau latihan laah" jawab Oca gugup

Deka semakin mengerutkan wajahnya, meneliti Oca yang tak mau menatapnya. "Terus ngapain disini?"

Oca semakin gugup, ia menggaruk hidungnya yang tak gatal untuk menutupi kegugupannya. "Iya ini mau kesana kok" ucap Oca yang langsung berbalik dan berlari menuju lapangan meninggalkan Deka yang hanya menggelengkan kepala sembaru tersenyum samar.

"Maamaaaahkuuuu" teriak Vero tanpa malu pada Oca yang baru saja datang.

"Apa sih lo amuba" sinis Oca pada Vero

Vero mendekat ke arah Oca, menggandeng lengan Oca seperti anak kecil. Oca menghela napas, sahabatnya yang satu ini benar-benar banyak sekali tingkahnya. Ia sampai heran gimana bisa bersahabat dengan cowok model begini.

"Pergi sana aah" Oca mendorong Vero untuk menjauh darinya, namun Vero kembali lagi menggandeng lengan Oca sampai ia mendengar suara batuk dari belakang tubuhnya. Dan langsung saja Vero melepas lengan Oca, berlari menjauh dari Oca yang bingung dengan tingkah Vero.

"Gue ada tugas buat lo, dari Pak Rama" ucap Deka.

"Apaan?" tanya Oca yang ogah-ogahan

"Lo bakalan jadi manager sekaligus sekretaris" Oca melongo, pasalnya tugas manager dan sekretaris berbeda.

"Ogah" tolak Oca

"Pak Rama yang suruh" gigih Deka

Oca berdecak, mulai kesal pada Deka. "Gak mau, tugas manager tuh berat. Udah syukur gue mau jadi sekretaris, eeh ini malah ditambah jadi manager. Mau gue cincang semua nih anak-anak lo" omel Oca

"Hanya beberapa bulan, si Laras lagi sakit. Lo tega ini anak-anak gak ada yang ngurus" Oca melirik anak-anak basket yang beberapa asik betanding basket dan beberapa asik menonton di pinggir lapangan.

"Bodo amat"

"Lo tega? Lo gak lihat anak-anak tuh butuh lo buat bimbing mereka, mau jadi apa mereka tanpa lo?" Oca menatap Deka geli, pasalnya mereka sekarang seperti sedang bertengkar tentang mengurus anak mereka.

Oca menghela napas pelan, ia juga bimbang jika harus melepaskan anak-anak ini. "Oke, tapi kalo gue capek lo yang ganti" pasrah Oca

"Lo tenang aja, gue gak bakal bikin lo capek" kata Deka sembari tersenyum samar yang langsung membuat Oca menegang. Pasalnya Oca merasa si muka datar ini tampan berkali-kali lipat jika sedang tersenyum seperti itu. Namun dengan cepat Oca menepis pikiran gila itu, otaknya sepertinya sudah tercampur dengan virus-virus Vero dan Denis.

Deka yang melihat Oca terdiam langsung menarik Oca untuk memberikan arahan pada anak-anak basket yang sedari tadi menunggu manager mereka yang tak kunjung datang, yang sekarang di gantikan sementara posisinya oleh Oca.

Jam lima latihan basket dibubarkan, Oca menghampiri Vero untuk nebeng pulang dengannya karena tadi kakaknya sedang membawa motornya keluar. Vero pun mengiyakan, tapi ia pamit sebentar ke kamar mandi

WhatsApp - Vero

Oca : Veeeeroooooooo lo dimana??

Pasalnya Vero tak kembali setelah pamit ke kamar mandi. Oca jadi kesal sendiri ia sudah menunggu lama, tapi Vero tak kunjung muncul. Ia mulai takut, hari mulai gelap dan ia tidak tau harus bagaimana.

"Ngapain?" suara dingin Deka mengagetkan Oca yang fokus pada ponselnya.

"Ya ampun, jangan nongol kayak setan dong. Gue kan kaget" keluh Oca

"Sorry. Lo ngapain belum pulang?" tanya Deka lagi

Oca memajukan bibir bawahnya, rasa kesalnya datang lagi. "Vero dari tadi gak keluar-keluar dari kamar mandi, kan gue pulang nebeng dia" curhat Oca

"Dia udah pulang duluan tadi" mata Oca langsung melotot kali ini ia benar-benar kesal dengan Vero, ia berjanji tak mau lagi menyapa Vero.

"Terus gue sama siapa? Huhuhu kakak gue belum pulang, motor dibawa dia lagi" bibirnyanya mulai merengut, membuat Deka harus menahan sesak melihat betapa imutnya cewek dihadapannya ini.

"Sama gue" kata Deka

"Serius? Nyusahin gak nih?" Deka menggeleng, lalu beranjak pergi meninggalkan Oca untuk mengambil motornya. Oca sendiri mengumpat kasar pada Vero, lihat saja apa yang akan ia perbuat nanti pada cowok tengil satu itu.

Bunyi motor mendekat membuat Oca segera menaruh ponselnya ke dalam tas selempang miliknya. Saat di depan Oca, Deka menyerahkan tas ranselnya pada Oca. Oca bingung apa maksud si wajah datar ini.

"Taruh di tengah, kalau gue taruh depan kasihan elonya" ucap Deka

Oca langsung paham, ia segera mengambil ransel hitam milik Deka menaruhnya ditengah-tengah sebagai pembatas antara ia dan juga Deka. Ada hal yang terlintas di otak Oca, cowok ini sepertinya bisa membuat Oca nyaman walaupun sikapnya dingin.

My Boy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang