5

196 20 0
                                    

Oca melirik Icha yang duduk di sebelahnya, sahabatnya itu sedang mengerjakan soal-soal matematika yang katanya diberikan oleh Bu Dwi kemaren untuk dikerjakan. Semalam Icha sudah menjelaskan mengapa ia tiba-tiba saja menghilang, setidaknya penjelasan Icha membuat yang lain tenang.

*Gemeshz*

Vero : Guys kantin kuuuy!!!!

Denis : Kuuuuy!!!!

Oca : Ikut semua niiich?

Vero : Idiih alaynya kambuh

Oca : Gue gorok lo amuba 👿👿

Vero: Maafkan kakanda tuan putri.

Denis : Icha ikut kan?

Icha : Ikuuuut doong hehe

Vero : Bagooos, jarang-jarang kita kompol beginiiih gaees. Ku terharu melihatnya 😂

Read (3)

Vero : Anjriiit, tega sekali anda sekalian. Okee fix, Denis yang bakal bayarin kita makan. Yeeeeeaaaayy!!!

Icha : Yeeeeeeaaaaayyyy

Oca : Yeeeeeeaaaaayyyyy

Denis : Amuba kurang ajar, gue lagi yang kena. Kena azab apa gue punya temen kayak kalian geneeeh.

Vero : Bersyukurlah ada pria tamvan yang masih mau berteman dengan kalian. Hahaha

Read (3)

Oca tak mau membalas lagi, kepalanya pusing dengan tingkah laku sahabatnya itu. Sama dengan Icha yang ikut meletakkan ponselnya, membuat mereka berdua saling lirik dan menahan tawa. Begitulah mereka, kalau ketemu berantem terus tapi kalo gak ketemu kangen.

"Ca, Ocaaa lo dicariin Deka nih" teriak Romeo tiba-tiba

Oca langsung menatap tajam Romeo, pasalnya teman sekelas sekaligus seekskul ini memang salah satu sahabat Deka si ketua basket.

"Cius Ca, nih dia lagi chat gue. Tanya lo lagi apa" kata Romeo yang memperlihatkan isi chatnya bersama Deka.

Oca mengambil buku tulis dimejanya, lalu melempaskan buku tersebut tepat kewajah Romeo. "Mampus garongnya keluar dah" teriak Romeo yang langsung keluar dari kelas.

"Sejak kapan deket sama Deka Ca?" goda Icha yang menarik Oca untuk keluar dari kelas menuju kantin.

Wajah Oca langsung memerah, ia mengingat ketika cowok berwajah datar itu mengajaknya makan bersama "Gue gak deket ih sama dia" kata Oca kesal

"Gak deket tapi wajahnya merah gitu" Oca langsung menatap Icha, yang ditatap langsung lari menuju kearah kantin.

"Ichaaaaaa gue tampol ya lo" teriak Oca bergegas menyusul Icha yang sudah jauh di depannya, membuat para siswa yang duduk di sepanjang koridor menatap kelakuan Oca yang sudah biasa mereka lihat itu.

***

Oca menatap tajam ke arah Vero, yang bersembunyi di balik punggung cowok berwajah datar yang duduk berhadapan dengan Oca. Pasalnya di chat grup tadi tidak ada pembahasan akan mengajak Deka untuk makan dan satu meja bersama dengan mereka.

"Jadi mau pesen apa nih?" tanya Icha untuk mencairkan suasana.

"Gue soto ayam Bu Siti Cha, sama es teh Pak Imron" sahut Vero menyebutkan makanan yang selalu dipesannya setiap ke kantin.

"Gue mie ayam, pop ice cokelat sama gorengan kayak biasanya ya Cha" pesan Oca

Icha menatap ke arah Deka yang ditatap hanya diam saja masih menatap ke arah Oca. Vero menyenggol lengan Deka, membuatnya langsung menatap Vero. "Pesen apa? Ditungguin tuh" tunjuk Vero ke arah Icha

"Es susu milo aja" pesan Deka.

Icha mengangguk lalu segera pergi dari meja bersama Denis, meninggalkan tiga orang yang masih dalam situasi tegang. Vero yang takut pun memilih untuk menyusul Icha dan Denis begitu saja, diiringi tatapan sebal Oca padanya.

"Gak suka gue gabung?" tanya Deka tiba-tiba

Oca menghela napas, bukannya ia tidak suka tapi berdekatan dengan cowok ini membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Biasa aja sih" jawab Oca sekenanya.

"Kalau gitu jangan sinis lagi, wajah lo jadi kelihatan lebih cantik" celetuk Deka

Oca mendengarnya wajahnya langsung memanas tidak karuan, ia mengalihkan pandangannya dari Deka mencari dimana sahabatnya berada. Sayangnya ketiga sahabatnya malah asik menggodanya dari jauh, dengan memberikan simbol love dari tangan mereka.

Mata Oca melotot kesal, bukannya membantu malah semakin membuat wajahnya memerah. "Jangan lihat mereka, lihat gue aja" kata Deka

Oca sudah lemas, dia tidak tau harus berkata apa lagi. Wajahnya sudah sangat panas, ia yakin sudah memerah seperti kebakaran. Ia merutuk kesal, sejak kapan Deka jadi begini padanya? Si wajah datar yang pendiam jadi berbeda begini. Sepertinya efek berteman dengan Vero membuat Deka jadi gila.

"Yuhuuu pesanan tuan putri sudah datang" kata Vero yang datang membawa mie ayam beserta minuman pesanan Oca. Oca yang kaget langsung menunduk, menatap kedua sepatunya.

"Lah lo apain Dek? Kok dia diem begini?" tanya Vero heran

"Gue kasih virus cinta gue" jawab Deka tegas

Vero melongo, Oca pun ikut melongo menatap Deka. "Lo kesambet setan mana deh?" celetuk Oca

"Setan depan gue" jawab Deka.

"Anjriiit, gue geli sendiri dengernya" kata Vero, ia bergegas meninggalkan kedua manusia yang sama-sama saling pandang dengan debaran hati yang hanya mereka berdua yang tau.

"Kita tinggal aja deh itu dua ikan lele" aja Vero pada Icha dan juga Denis yang ikut menatap Oca Deka dari jauh.

"Sumpah itu temen lo ngegas banget nyet" salut Denis

"Cinta mati sama Oca tuh orang" timpal Vero

"Kok bisa ya? Kan Oca anehnya minta ampun" kata Icha yang langsung mendapat delikan tajam dari Vero dan Denis.

"Sadar diri buuuk" kata keduanya.

Icha yang tidak terima, menarik telinga Vero dan Denis bersamaan. Kesal dengan kedua sahabatnya yang bukannya membela malah ikut menghina. "Cha sumpah sakit, telinga gue panas Chaa" teriak Vero menepuk pelan tangan Icha

"Cha sumpah sumpah, kita kan gak salah. Kita berkata jujur dari dalam hati Cha" sambung Denis, Icha semakin menarik telinga mereka berdua dengan kesal.

"Sumpah dosa apa gue punya temen kayak kalian berdua. Nasijun banget iiih" Icha menarik tangannya keras, membuat Vero dan Denis berteriak kencang. Seluruh mata memandang kearah mereka, lalu menggeleng pelan sudah paham bagaimana kelakuan keempat sahabat itu jika sudah berkumpul. Tidak pernah ada ketenangan jika keempat sudah berkumpul, seperti acara kangen-kangenan yang sebenarnya tidak ada gunanya juga karena keempatnya sudah sering bertemu, tidak hanya disekolah tapi dirumah juga.









My Boy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang