14

152 17 0
                                    

Oca menatap Icha yang sudah dipindahkan ke ruang inap, sahabatnya itu masih belum sadar. Operasinya berjalan dengan lancar, tapi walaupun lancar Icha harus beristirahat total dari semua kegiatan sekolah karena luka dalam di perutnya serta kakinya yang lebam.

Di ruangan sudah ada Deka, Denis, Vero, dan juga Arslan. Mereka berempat datang sebelum Icha dipindahkan ke ruang inap, dan sekarang disinilah mereka berada. Bersama-sama menatap Icha yang belum sadar.

"Jadi gimana?" tanya Oca

"Masih diselidiki" kata Denis, sebelum kerumah sakit Denis dan Vero sudah mengatakan pada Deka dan Arslan agar Oca tidak tau terlebih dahulu tentang pelaku. Kalau sampai Oca tau, nyawa pelaku yang jadi taruhannya.

"Sumpah ya gue gak ngerti, salahnya Icha tuh apa coba? Sampai tegas banget diginiin, bener-bener gila!!" kata Oca emosi, Deka mendekat ke arah Oca mengelus pelan bahu cewek itu.

"Gue juga gak habis pikir, emang minta dihabisin itu penjahat" kata Vero yang ikut emosi

"Kalau gue sampai tahu siapa pelakunya, abis dia sama gue. Gak akan pernah gue biarin dia tenang sampai kapanpun!" kata-kata Oca membuat semuanya saling berpandangan, mengirimkan sinyal-sinyal yang hanya mereka berempat yang tahu.

"Oh iya kalian baru balik sekolah?" tanya Oca

"Iya, kita dari sekolah langsung ke rumah sakit" jawab Deka yang masih setia di samping Oca.

"Duduk deh, gue ambilin camilan bentar" kata Oca, ia mulai berjalan ke arah lemari yang tadi sempat mamanya isi dengan beberapa camilan untuk tamu. Sedangkan keempat orang tersebut duduk sesuai perintah Oca, keempatnya saling berbisik mengingatkan agar jangan sampai Oca tau apa yang sudah mereka ketahui.

"Kalian ngapain?" tanya Oca bingung melihat mereka berempat duduk saling berdempet dengan kepala menunduk yang saling pandang.

"Biasa, bahas arisan Ca hehe" jawab Vero

"Kalian? Arisan?" Oca mengeryit tak nengerti

"Lo kira cowok gabisa arisan? Kita mah kalo arisan sembunyi-sembunyi" balas Vero.

Tatapan Oca mengarah ke arah Deka, meminta penjelasan pada pria itu. "Gue gak ikut arisan, cuma dengerin doang" kata Deka

"Gue juga gak ikut" kata Arslan tiba-tiba, membuat Vero menatap tajam kearah Deka dan juga Arslan

Tatapan Vero beralih pada Denis yang diam saja seakan meminta bantuan pada Denis. "Gue juga gak ikut, gue aja gak tau arisan macam apa" ucap Denis tanpa rasa bersalah

"Penghianat kalian semua" rajuk Vero, Oca yang melihatnya hanya bisa tertawa. Sudah hafal sekali dengan kelakuan sahabatnya yang menyebalkan itu.

"Oh iya, gimana keadaan Icha?" tanya Arslan

"Kata dokter dia harus istirahat total, ada luka dalam diperutnya. Tadi dia juga dioperasi" jawab Oca

"Separah itu?" Oca mengangguk, ia sendiri juga kaget sewaktu dokter memberitahukannya.

"Terus kenapa kaki dia juga diperban?" tanya Deka

"Kata dokter kakinya lebam juga, untung sih cederanya gak semakin menjadi" jawab Oca

"Dia pernah cedera?" tanya Arslan yang diangguki oleh Oca.

"Dulu Icha tuh satu tim basket sama gue, bahkan Icha dulu pemain inti tim basket. Tapi karena cedera di kakinya, dia berhenti dari dunia basket" cerita Oca

"Kenapa bisa cedera?" Oca menatap Arslan, bingung juga kenapa cowok itu seakan-akan sangat mengkhawatirkan sahabatnya.

"Karena jatuh" ucap Denis tiba-tiba

Arslan mengangguk, sebenarnya ia tidak begitu percaya dengan ucapan Denis. Tapi apa mau dikata, ia tidak bisa memaksa mereka untuk berbicara jujur padanya.

Deka tiba-tiba saja memberikan sekantong makanan pada Oca, sebelum ke rumah sakit Deka membeli makanan dulu untuk Oca. Ia tau kalau cewek itu sudah pasti belum makan apa pun sampai sekarang.

"Ini apa?" tanya Oca sembari mengambil kantong tersebut

"Buat lo makan" jawab Deka

"Wadaaw bapaknya ngegas banget yaak" seru Vero tiba-tiba, Denis disampingnya langsung memukul pelan bahu Vero.

"Lo udah makan?" tanya Oca, menghiraukan ketiga temannya yang lain.

"Emang dah kalo bucin tuh bikin lupa semuanya" kata Denis akhirnya, Vero yang mendengar hanya tertawa saja. Sedangkan Arslan lebih memfokuskan pandangannya pada Icha yang terbaring tak jauh dari tempatnya duduk.

"Lo aja yang makan, gue bisa nanti"balas Deka

"Kok gitu, makan barengan aja deh" tawar Oca

"Tolong mas dan mbak, disini masih ada orang. Ditawarin juga dong harusnya" celetuk Vero

Oca menatap sebal ke arah Vero, rasanya ia ingin berteriak ke arah sahabatnya itu. Tapi Oca sadar kalau ini rumah sakit, jadi ia menahan diri agar tidak melakukan hal itu.

"Makan aja, gue gak papa kok" ucap Deka sembari memberikan senyum menawannya pada Oca. Oca sendiri langsung menunduk salah tingkah.

***

Pagi ini Oca datang ke sekolah dengan emosi yang siap meledak kapan pun, semalam grup kelasnya ramai membahas tentang kakak kelas yang menjadi pelaku utama tindak kekerasan pada Icha.

Denis, Vero bahkan Deka sudah mencoba untuk menenangkan Oca. Sayangnya Oca benar-benar tidak bisa menolerir hal mengerikan yang terjadi pada sahabatnya. Kalaupun memang ada masalah, harusnya diselesaikan secara kekeluargaan bukan dengan cara seperti ini.

Bukti-bukti yang semalam di bahas sudah cukup untuk Oca tau siapa pelakunya, orang yang sering kali mengganggu Icha tanpa sepengetahuannya. Icha memang tidak menceritakan detail tentang dia, tapi secara garis besar Oca tau siapa pelakunya.

"Ca tenangin diri lo dulu" ucap Denis yang menarik tangan Oca agar tidak naik ke lantai tiga tempat kelas 12 berada

"TENANGIN DIRI KATA LO?! LO GAK LIAT SAHABAT LO DIRUMAH SAKIT KAYAK BEGITU HAH!!" teriak Oca penuh tekanan, membuat lorong anak kelas 11 menjadi ramai, bahkan anak IPA 1 pun ikut mendekat.

"GUE TAU, TAPI GAK GINI CARANYA CA!! LO HARUS TENANG!!" teriak Denis yang tak kalah kerasnya dengan Oca

Oca mendengus, untuk menenangkan dirinya saja dia bahkan tidak bisa. Rasanya panasnya sudah sampai ke ubun-ubun. "Kita bicarain ini baik-baik ya?" bujuk Deka yang ikut menggenggam tangan Oca

"Gue gak bisa, otak gue udah panas. Gue gak terima sahabat gue diginiin" luluh Oca akhirnya

Denis dan Vero yang melihatnya hanya mampu menghela napas, bersyukur Oca mulai bisa tenang walaupun tidak sepenuhnya. "Iya gue tau, tapi bukti yang ada kurang kuat. Kita tunggu sampai temen lo dapet bukti yang lebih kuat ya? Jangan gegabah kayak gini, bisa-bisa malah lo yang kena sama sekolah" Oca menghela napas, mulai menerima perkataan Deka dengan baik.

Setidaknya ucapan Deka benar, kalaupun dia gegabah dengan bukti yang kurang kuat maka mau tak mau Oca yang akan disalahkan. Dan Oca tidak mau disalahkan sebelum membalaskan dendam sahabatnya. Mau nanti dia dihukum pun Oca gak akan peduli, yang pasti Oca bakalan bikin pelaku menyesal sudah berbuat seperti itu.

Pada akhirnya Oca digiring oleh Deka kembali ke kelas, sekolah memang masih dalam masa tenang karena classmeeting yang ditunda. Jadi tidak akan ada pelajaran di waktu-waktu seperti ini, agar tidak semakin membuat siswa panas sehabis ujian.


Yang kepa sama Oca dkk bisa liat ig mereka nih 😁😁

@ocaradiswara
@dekabariswara
@vikaranaisa
@andromedaarslan
@alandinovero
@robertaldenis

My Boy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang