11

167 16 0
                                    

Classmeeting hari kedua semakin meriah, pertandingan-pertandingan antar kelas semakin menjadi hal menarik yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Lebih tepatnya mencari cowok-cowok ganteng atau cewek-cewek cantik yang bisa disepik.

Kelas Ipa 1 yang diketuai oleh Oca sudah duduk rapi di pinggir lapangan futsal, mereka akan mendukung kelas mereka yang akan bertanding melawan anak kelas 12. Romeo bahkan sudah menyiapkan banner untuk mendukung kelasnya.

"Oke denger ya para pengikut-pengikutku...."

"Oca gue gelindingin lo sekarang" ancam Vania matanya melotot tajam pada Oca yang ketawa ketiwi.

"Oke, oke sorry hehe. Jadi karena hari ini kelas kita bertanding melawan kakak kelas, kita harus menyemangati lebih keras dari pada yang lain. Kita tunjukkan kalau kita suporter paling ajaib. SETUJU??"

"SETUJU" jawab semuanya serempak

Beberapa siswa yang melihat kekompakan mereka sungguh salut, kelas yang berbeda dengan kelas yang lain tapi masih sanggup mereka sentuh.

Pertandingan futsal kali ini agak mencekam, bukan karena badan kakak kelas yang lebih bongsor dari anak ipa 1. Tapi karena kelas mereka pernah bersiteru dengan kelas 12 ini. Kelas 12 ini pernah menonjok dan membully salah satu anak ipa 1, karena tidak terima akhirnya ipa 1 pun turun tangan. Beruntung waktu itu tidak sampai ketahuan guru, entah bagaimana ceritanya kalau para guru sampai tau.

"YOOO YOO AYOOO, IPA 1 JOOOOS" teriak Oca, diikuti oleh yang lain.

"IPA 1 PASTI BIIISAAA, GO GO GO IPA 1 PASTI BISA. ASIIIK ASIIIK JOOOOS" Romeo ikut memeriahkan suasana di lapangan yang menarik perhatian beberapa adik tingkat yang ternyata ikut memeriahkan suasana.

Pertandingan kali ini begitu sengit, beberapa kali score keduanya seri. Beberapa kali juga score ipa 1 unggul, dan beberapa kali juga score kelas 12 unggul. Sorakan penuh semangat tidak pernah gentar ipa 1 berikan pada pemain, mereka mendukung agar semangat para pemain semakin membara.

Anak kelas 12 yang tidak mau kalah pun ikut bersorak mendukung kelasnya, hingga terjadi sahut sahutan antar kelas yang semakin memanas. Beberapa kali anak kelas 12 mengejek, yang dibalas tak kalah sengit oleh ipa 1.

Detik-detik akhir permainan semakin memanas, anak kelas 12 mulai bermain nakal. Beberapa anak ipa 1 dibuat cedera, tapi beruntungnya anak ipa 1 menang telak. Cedera mereka dibayar dengan kemenangan yang mereka dapatkan.

Sorakan kemenangan ipa 1 membahana diseluruh sekolah, seakan mereka ingin mengatakan ipa 1 tidak akan pernah mau menyerah pada kekalahan. Mereka akan terus berjuang untuk menang sampai titik darah penghabisan.

***

Kali ini pertandingan basket putri, Oca ikut bermain dalam pertandingan kali ini. Padahal ia sangat tidak ingin ikut, Icha lebih jago darinya. Sayangnya Icha hanya menjadi cadangan saja.

"Icha kemana dah?" tanya Oca pada Runa yang tengah mengikat tali sepatunya.

"Tadi sih izin bentar mau ke toilet" jawab Runa

"Gue susulin dulu deh" kata Oca, ia segera berlari menuju toilet yang berada di lantai satu. Kata Runa toilet di lantai dua sedang diperbaiki jadi Icha memakai toilet di lantai 1.

Saat hendak turun, pergelangan tangan Oca ditahan. Membuat Oca menghentikan langkahnya dan cukup terkejut melihat Deka yang sudah berdiri menjulang dihadapannya.

"Mau kemana?" tanya Deka

"Cari Icha nih, dia belum balik dari tadi" jawab Oca, ia khawatir dengan sahabatnya itu. Icha tidak pernah sendirian jika keluar dari kelas, kecuali kalau dipanggil oleh guru.

"Emang dia kemana?"

"Katanya sih ke toilet di bawah"

"Ya udah gue temenin" Oca mengangguk saja, lebih baik ada teman yang ikut dari pada sendirian.

Diperjalanan Oca tidak sengaja bertemu dengan Arslan dan teman-temannya yang lain, sepertinya mereka baru saja hendak kembali ke kelas. "He pada lihat Icha gak?" tanya Oca pada teman-temannya

"Bukannya tadi sama lo?" tanya Arslan

"Enggak, gue tadi ninggalin dia bentar. Di panggil sama panitia buat ngecek pemain yang ikut" jawab Oca

"Udah tanya sama anak kelas?" tanya Alvian

"Kata Runa dia tadi ke toilet, gue belum cek sih dia disana atau enggak. Ya udah deh gue ke toilet dulu buat cek" Oca secara tak sadar menggandeng tangan Deka yang berdiri di belakangnya agar mengikuti langkahnya menuju toilet.

Teman-teman Oca cukup terkejut melihat betapa beraninya Oca menggandeng tangan si ketua basket di depan umum. Memang sih gosip tentang mereka yang tengah dekat mulai menjadi perbincangan, tapi melihat secara langsung seperti ini membuat teman-temannya terkejut.

"Gila si Oca, berani bener dah" kata Wisnu, ia yang berteman dengan Deka saja takjub melihat temannya itu mau-mau saja digandeng oleh Oca

"Mantep dah si Oca, menang banyak haha" Romeo pun ikut bersuara.

"Udah ayo cepat ganti, bentar lagi anak ceweknya yang main" ajak Arslan yang langsung berjalan disusul dengan yang lain.

Oca berlari, ia tetap menggandeng tangan Deka. Rasa khawatir membuatnya tidak sadar dengan Deka, yang dipikirannya saat ini adalah sahabatnya itu. Ia bahkan tidak menghiraukan tatapan terkejut dari adik kelas yang tidak sengaja berpapasan dengannya dan Deka.

"Oca, gak usah lari-lari" kata Deka

"Gue khawatir, itu anak gak balik-balik dari tadi" jawab Oca

Sampai di toilet Oca segera masuk, namun Deka segera menahan Oca. "Apaan?" tanya Oca

"Gue gak mungkin ikut masuk" tunjuk Deka pada pergelangan tangannya yang digenggam oleh Oca.

Oca terkejut, ia langsung melepaskan tangan Deka begitu saja. Lalu masuk ke dalam toilet, menghiraukan Deka yang tersenyum padanya. Toilet kosong, ketiga bilik toilet sudah Oca buka dan tidak ada sosok Icha disana.

Oca keluar dengan wajah khawatirnya. "Gak ada?" Oca menggeleng

"Coba telfon Vero" Deka segera menghubungi Vero, sayangnya Vero pun tidak melihat keberadaan Icha.

"Mungkin temen lo lagi ada urusan" kata Deka

"Gak mungkin, kalau pun ada dia pasti ngomong sama gue. Atau kalo gak ngomong di grup gue" jawab Oca yang semakin khawatir

Suara panggilan dari lapangan basket membuat Oca melotot, kelasnya akan segera bermain. Tapi ia masih belum menemukan Icha, bagaimana bisa dia bermain dengan tenang kalau sahabatnya hilang begini.

"Gue yang akan cari, sekarang lo ke lapangan. Jangan panik, sebisa mungkin gue bakalan cari temen lo. Oke?" Deka meyakinkan Oca yang sudah tak bisa tenang

"Gue gak bakalan konsen kalau kayak gini" ucap Oca

Deka menghadapkan tubuh Oca ke arahnya, ia menepuk kepala Oca dua kali untuk menenangkan cewek itu. "Percaya sama gue, gue bakalan temenuin temen lo gimana pun caranya. Oke?" bagai tersihir Oca langsung mengangguk

"Sekarang lo pergi kelapangan, jangan buat temen lo yang lain ikut khawatir"

"Tapi...."

"Gue janji, setelah gue temuin gue langsung bawa ke lapangan" Oca akhirnya menyerah, ia langsung berlari meninggalkan Deka menuju ke lapangan.

Sekarang ia harus percaya pada Deka, Oca yakin Deka akan menemukan sahabatnya itu. Yang harus Oca lakukan sekarang adalah tenang agar semua teman kelasnya tidak khawatir dan berpikir macam-macam. Oca juga harus membuat pikiran negatif dari otaknya, agar bisa bermain dengan baik.

Deka sendiri langsung bergegas, ia mulai menghubungi beberapa temannya untuk ikut mencari. Vero pun ikut ia hubungi, tak lupa ketua kelas Ipa 1 juga ikut ia hubungi. Ada yang aneh dari hilangnya teman Oca ini, kalaupun memang hilang tidak mungkin juga kan di sekolah. Deka harus cepat, karena ia pun telah berjanji. Berjanji pada Oca.

My Boy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang