"Jadi bisa dijelaskan bagaimana ceritanya bisa sampai seperti itu kak?" tanya Oca
Oca dan seluruh anak IPA 1 duduk melingkar di lantai bersama, ditambah Deka, Denis, Vero dan juga Mira kakak Mio. Tadi Mio langsung menggeret kakak perempuannya ke kelas untuk menceritakan lebih detail tentang apa yang sudah terjadi. Alhasil, Mira dikelilingi oleh adik kelasnya yang meminta penjelasan.
"Gue gak tau detailnya kayak gimana, gue cuma gak sengaja lihat dan gue juga ada video kalau kalian semua mau bukti" kata Mira
Semua mata melotot tajam ke arah Mira membuatnya agak risih dan hanya bisa menghela napas saja. Ia tau akan jadi rumit permasalahannya jika ia tidak segera buka mulut. Ia tidak mau masalah ini menjadi berlarut-larut dan berkelanjutan, walaupun tersangkanya adalah temannya sendiri.
"Gue udah lihat videonya, dan gue gak bisa berkata apa-apa" lirih Mio, wajahnya memancarkan kesedihan yang bisa dilihat dengan jelas oleh seluruh mata.
"Kita lihat videonya dulu, baru kita ambil tindakan!" tegas Arslan dan semuanya mengangguk patuh.
Mira mengeluarkan ponsel miliknya, lalu mencari video yang dicarinya, sesudahnya ia memberikan ponsel tersebut pada Mio untuk dilihat bersama dengan yang lain.
Pekikan kaget bisa di dengar oleh seluruhnya, geraman amarah pun mulai memancar dari setiap mata. Sunggu mereka tidak mengerti, apa yang sudah Icha lakukan pada mereka hingga tega berbuat seperti itu. Kalaupun memang ada masalah bukankah lebih baik di selesaikan secara bersama? Bahkan dulu satu teman mereka pernah dibully mereka tidak tega hingga langsung ikut turun tangan.
"Gue bakalan bales ini orang!!" desis Oca tajam, matanya sudah memancarkan amarah yang tidak tertahankan lagi.
"Kalo kalian mau tau, bukan cuma temen kalian aja yang pernah dibully seperti itu. Masih banyak yang lain, dan mereka masih bungkam sampai sekarang" kata Mira menyendu. Ia sudah tidak tahan dengan sikap temannya yang suka semena-mena pada orang lain, seakan hanya pada mereka lah semua harus tunduk.
"Kira-kira kakak tau siapa aja orang itu?" tanya Gita
"Ada beberapa yang gue kenal sih" jawab Mira
"Oke, kalo gitu coba kakak hubungi orangnya. Siapa tau dia ada bukti untuk semakin memberatkan pelaku" ucap Arslan yang disetujui oleh semuanya.
"Gue gak akan tinggal diem, gue yang bakalan mancing itu orang buat ngomong!" tegas Oca dengan kilatan berbeda dimatanya.
Oca berdiri, diikuti oleh yang lain. Tangannya mengepal memperlihatkan jika dirinya sedang dalam emosi tingkat tinggi. "Ca sabar, lo jangan emosi kayak gini" Vero menghalangi langkah Oca yang hendak keluar dari kelas
"Iya, lo harus tenang. Jangan pake kekerasan Ca" Denis pun ikut menghalangi jalan Oca.
Oca mendengus, mau dilarang bagaimana pun ia akan tetap membalasnya. Buat Oca kekerasan harus dibalas dengan kekerasan, sayangnya Oca masih ingat dengan janjinya pada Icha untuk tidak melakukan sesuatu yang nantinya membuat Oca dihukum dan Oca menyetujui hal tersebut.
Bahu Oca di pegang oleh Deka, cowok berwajah datar itu menatap Oca dengan penuh ketegasan. Tidak ada amarah dalam tatapannya, hanya ada sorot kepercayaan yang setidaknya membuat Oca sedikit tenang.
"Gue percaya sama lo, yang penting jangan bertindak gegabah" kata Deka yang langsung mendapatka pelototan tajam dari Vero dan Denis
"Iya Ca, kita semua percaya lo pasti bisa bales itu kakak kelas" tambah Runa
"Bener, jangan sampe lolos itu kakak kelas Ca. Buat tobat sekalian Ca" Romeo ikut mendukung Oca, dan semua akhirnya mendukung Oca.
Oca tersenyum, matanya sudah berubah tidak mengerikan seperti sebelumnya. "Siap, memang kalian para pengikutku yang paling setia hehehe" delikan tajam Oca dapatkan dari semua mata, Oca hanya tersenyum saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy (TAMAT)
Teen FictionOca gak begitu suka sama ketua ekskulnya, tapi dia mau gimana kalau ditunjuk jadi sekertaris ekskul. Gara-gara sahabatnya yang jahil, membuat Oca mau tak mau dekat dengan Deka. Kalau kata orang benci bisa jadi cinta, jadi gimana kalau misalnya Oca y...