Special 2

179 11 1
                                    

Oca merengut kesal, pasalnya beberapa hari sikap Deka tak seperti biasanya. Ada saja alasan yang Deka buat untuk menolak ajakan Oca, karena kekesalannya yang menumpuk Oca jadi menutup semua komunikasinya bersama Deka membuat Deka kebingungan hingga meminta tolong pada Vero.

"Eh Ca, ini cowok lo dari tadi ganggu gue mulu ah. Gue kan ngeri dikejar-kejar mulu sama dia" kata Vero, ia memperlihatkan ponselnya yang terpampang nama Deka disana

"Bodo amat, urusin aja tuh pacar lo. Males banget gue" kesal Oca

Denis dan Icha yang turut hadir dirumah Oca lantaran Vero yang tak mau sendirian pun hanya bisa tertawa melihat cara Oca ngambek pada Deka.

"Jangan gitu Ca, gue tau kok lo kangen kan sama Deka" Oca melotot tak suka

"Enggak, ngapain kangen sama cowok kayak dia" tegas Oca

"Oh jadi gak kangen? Ya udah kalo gitu gue pulang aja" suara yang sangat Oca kenal mengagetkannya, ia menoleh kearah belakang dan disana Deka sudah berdiri dengan wajah yang terlihat lelah.

"Ngapain lo kesini?" sewot Oca

Deka menghela napas, ia tau pasti sifat Oca keras. Jadi kalau ia sikapi dengan sama kerasnya, bisa-bisa hubungannya akan ada diambang jurang. "Mau ketemu pacar aku" jawab Deka

Vero, Denis, bahkan Icha geli mendengar ucapan Deka. Deka yang cuek dan dingin rasanya sudah tidak ada lagi jika dekat dengan Oca, ia sudah takhluk pada Oca.

"Hokeei guys kita pergi dari sini, sebelum kita muntah mendengar ucapan-ucapan menggelikan dari pacar Oca ini guys" Ajakan Vero langsung disetujui oleh Denis dan Icha, mereka bergegas pergi sebelum Oca menahan mereka.


Alhasil Oca hanya bisa merengut tapi juga senang karena Deka datang kerumahnya. "Udah ya jangan marah, maaf kalau aku buat kamu marah. Kamu tau sendiri aku lagi merintis usaha aku, dan kamu tau gimana sibuknya aku" Deka membelai rambut Oca, ia ingin Oca tau bagaimana ia mencintai Oca sepenuh hati.

Saat ini Deka memang sedang merintis usaha kecil-kecilan bersama beberapa teman kecilnya, Oca tau hal itu. Tapi yang ia permasalahkan adalah sikap Deka yang semakin hari semakin berubah, walaupun terkesan dingin dan cuek Oca masih bisa merasakan kehangatan entah dari perhatian kecil Deka ataupun dari jahilnya Deka.

"Terus lo ngapain disini? Gue kan mau pergi, sana deh lo pulang" usir Oca, ia tak mau melihat kearah Deka.

Deka tersenyum, tidak merasa marah dengan rajukan Oca. "Mau pergi kemana sih? Kok gak ajak-ajak? Aku kan juga mau pergi, apalagi kalau sama kamu. Kemana aja aku ikut deh"

Oca mendengus "Gue nyebur sungai penuh buaya pun lo bakal ikut?"

"Aaah kalau itu lo aja deh, gue masih mau idup hehe" Oca langsung memukul Deka, ia melampiaskan kekesalannya pada Deka yang malah tertawa sambil meminta maaf.

Deka menahan pergelangan tangan Oca, sebelum ia kembali mendapatkan pukulan. "Maaf ya, janji gak bakalan bikin marah lagi. Oke?"

"Idih gak usah janji kalau gak bisa nepatin, gue kan gak butuh janji-janji busuk macem itu. Apalagi dari orang es kayak lo begini niih"

"Diih dingin dingin begini tapi ngangenin kan??"

"Bodo amat dah. Jadi nganterin gak nih?"

"Eh, mau kemana?" Deka sebenarnya tidak menyangka kalau Oca memang akan keluar

"Ke atas genteng, mau foto-foto endorse" jawab Oca asal

"Emang bisa naik genteng?"

"Lah kan lo yang gendong, katanya gak mau bikin marah kan? Jadi gue mau minta gendong naik ke genteng"

"Buset, badan gue jadi apa ntar? Pake bantuan tangga aja deh, atau bantuan peta?"

"Dikira gue dora yang cari-cari alamat palsu kali aah. Udah ayo cepetan, ntar gue marah lagi nih"


Pada akhirnya Deka menuruti semua keinginan Oca, ya membuat Oca tidak marah lagi padanya memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi jangan salah, karena begitu pun sebaliknya. Ketika Deka marah, maka Oca akan melakukan segala macam hal untuk membuat Deka tidak marah lagi. Dan hal itu bukanlah hal yang mudah untuk Oca, karena mereka berdua memang bukanlah orang biasa. Mereka berdua memang sama uniknya.

My Boy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang