13

156 18 0
                                    

Oca bersama sang mama tengah menunggu Icha di luar ruang pemeriksaan, setelah dihubungi oleh Denis mama Oca bersama dengan papa Oca bergegas menuju rumah sakit yang telah Denis beritahukan. Dokter tengah memeriksa keadaan Icha, dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda dokter keluar.

"Berdoa, semoga Icha gak papa" ucap Mama Oca sembari memeluk putrinya.

"Ini udah kedua kalinya ma, Oca merasa bersalah" ucap Oca sesunggukan.

Abel, mama Oca sangat tau bagaimana putrinya yang sangat menyayangi ketiga sahabatnya. Bahkan dulu ketika Icha mengalami hal yang sama, Oca sampai di hukum karena bertengkar dengan orang yang membuat Icha seperti itu. Dan hal yang sama terulang kembali, Risa tidak tau putrinya ini akan melakukan apa ketika tau siapa pelakunya.

"Mama yakin kalo Icha lihat kamu kayak gini dia akan tambah sedih, sekarang Oca tenang dan berdoa" bujuk Abel, ia harus menenangkan Oca agar tidak kalut. Sunggh Risa pun merasa khawatir pada Icha, berteman sejak kecil dengan Oca tentu membuat Risa sangat mengenal Icha bahkan keluarganya.

"Icha sekarang sendirian ma, Oca... Oca takut" isak Oca kembali terdengar, Abel mengelus puncak kepala Oca untuk memberikan ketenangan.

Beberapa saat dokter keluar dari ruangan, Abel dan Oca bergegas menemui dokter untuk meminta keterangan kondisi Icha.

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" tanya Abel

"Ada beberapa luka dalam di perut putri ibu, ada pendarahan juga di hatinya. Jadi kami akan melakukan tindakan operasi. Oh iya, apakah pasien pernah mengalami hal yang serupa?" tanya sang dokter

"Iya pernah dok" jawab Abel

"Begitu rupanya, beruntung lukanya yang dulu tidak ikut terluka. Hanya saja cedera di kakinya agak sedikit parah. Jadi sekarang saya akan mengoperasi pendarahannya agar tidak semakin parah"

"Lakukan yang terbaik dok, sembuhkan sahabat saya" ucap Oca yang kembali menangis

"Saya akan berusaha, berdoalah untuk kesembuhan temanmu"

Sang dokter segera kembali masuk ke ruangan untuk melakukan tindakan. Abel menuju meja administrasi untuk melengkapi persyaratan proses operasi yang akan dilakukan. Sedangkan Oca duduk diluar dengan tangis yang tak kunjung reda, ia berharap sahabatnya itu tidak kenapa-kenapa dan bisa lekas sembuh dengan segera.

***

"Gue udah tau" kata Deka membuat seluruh perhatian anak kelas IPA 1 tertuju padanya.

"Gue juga udah ngerti" tambah Arslan

"Apaan? Gue gak ngerti, jadi siapa pelakunya?" tanya Romeo yang tak sabar.

Deka dan Arslan saling bertatapan, seakan memberikan kode siapa yang akan menjelaskan. "Pelakunya anak kelas 12" kata Deka yang disetujui oleh Arslan.

"Gimana bisa, kan kita dari tadi muter video gak lihat ada Icha disana" ucap Gita

"Coba puter lagi video CCTV lantai pertama" suruh Deka pada Romeo yang bertugas menjadi operator video.

"Stop" kata Arslan

"Coba kalian perhatikan baik-baik, dilantai pertama ada berapa anak kelas 12?" tanya Deka, semuanya mulai menghitung berapa orang yang terlihat disana.

"Lima" jawab Barry

"Good, sekarang putar video CCTV lantai 2" perintah Deka

"Stop" perintah Arslan.

"Coba sekarang kalian perhatikan dengan teliti, berapa orang yang terlihat di CCTV?" tanya Arslan

Semuanya mulai kembali menghitung, dan cukup terkejut ketika tau ada pertambahan jumlah orang disana. "ANJRIIIT JADI PELAKUNYA KELAS 12 LAGI NIIIH" ucap Alvan yang mulai emosi

"Tapi tunggu sebentar deh, kalo emang Icha di gerombolan kelas 12, kenapa dia gak kelihatan?" tanya Chika yang penasaran

"Perhatikan baik-baik, ada yang aneh gak sama gerombolan mereka?" tanya Arslan lagi

"Jaket" kata Vero yang menatap tajam ke arah video

"Yap, diawal gerombolan ini tidak ada yang memakai jaket. Tapi saat naik ada satu orang yang tiba-tiba saja memakai jaket" kata Deka.

"ANJRIIIT INI MAUNYA ANAK KELAS 12 APA SIH?! KEMAREN UDAH CARI GARA-GARA, SEKARANG MEREKA CARI GARA-GARA LAGI. EMANG MINTA DIHAJAR MEREKA SEMUA" Wisnu ikut emosi, pasalnya ini sudah kedua kalinya anak kelas 12 seperti ini pada kelas mereka. Padahal anak IPA 1 tidak pernah sekalipun mencari gara-gara dengan mereka.

Vero dan Denis pun ikut tersulut emosi, mereka beranjak dari bangkunya. Namun langsung dihadang oleh Deka dan Arslan. "Minggir lo semua, gue bakal bikin perhitungan sama mereka" tegas Denis

"Lo jangan gegabah Nis, kita belum cukup bukti" kata Deka

"Divideo ini semua udah jelas, apa lagi yang kurang?" teriak Denis

"Gak ada wajah Icha disana, video ini gak nunjukin keberadaan Icha. Kita kuran bukti Nis" jawab Deka

Denis menendang meja di dekatnya, ia benar-benar emosi saat ini. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun, bukti yang ada kurang kuat. Kalau pun Denis memaksa tentu dia yang akan terkena masalah.

"Kita butuh saksi mata" ucap Arslan

"Siapa?!" tanya Vero

"Gue juga gak tau, tapi gue sedang berusaha untuk mencari tau. Beberapa anak kelas 12 yang gue kenal udah gue suruh buat mata-matain temen mereka" jawab Arslan.

Hening, tidak ada lagi yang berdebat. Semuanya mulai memikirkan cara untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan berbagai cara. "Menurut kalian mereka anak kelas 12 apa?" tanya Mio tiba-tiba, dia jarang sekali bersuara sekalinya bersuara membuat satu kelas terkejut.

"Eh iya, bentar coba dilihat lagi deh. Mereka anak kelas 12 apa" kata Vania yang ikut penasaran

Romeo mengulang kembali video CCTV yang menampilkan jelas wajah mereka yang cukup familiar di antara anak IPA 1. Bagaimana tidak familiar kalau sebelumnya kelas mereka bertanding futsal dengan kelas mereka.

"Gue punya kakak di kelas itu" ucap Mio, semua mata langsung tertuju padanya membuat Mio jadi salah tingkah.

"Kenapa gak ngomong dari tadi?" tanya Radit

"Kan baru lihat juga wajah mereka" balas Mio

"Kira-kira kakak lo bisa kita mintai tolong gak?" tanya Arslan

"Gue gak yakin, tapi bakal gue coba" jawab Mio.

Sekarang semua tergantung pada kakak Mio, kalau kakak Mio bisa di ajak untuk bekerja sama maka tidak dipungkiri masalah ini akan ada titik temunya.

"Oke, kita tunggu kabar dari Mio. Sekarang gue mau ke rumah sakit buat lihat keadaan Icha....." ucapan Arslan yang belum selesai langsung disahut oleh teman-temannya

"KITA SEMUA IKUT" teriak mereka semua

"Kalian semua gak bisa ikut, itu rumah sakit dan pasti ada batas pengunjung. Jadi kalian semua gak akan ikut ke rumah sakit" tegas Arslan

"KOK GITU SIIH, ARSLAN GAK ADIL" teriak Gita dari bangkunya

"Bukan gak adil Git, tapi peraturan rumah sakit sudah seperti itu. Kalau kalian memaksa, tentu kalian yang akan diusir" helaan napas anak IPA 1 terdengar jelas di telinga Arslan, ia sebenarnya tak tega. Tapi kalau pun mereka semua ikut, security pasti akan langsung mengusir.

"Gue bakalan kasih info ke kalian tentang kondisi Icha di grup. Jadi kalian gak usah khawatir. Oke?" semuanya mengangguk mengerti

"Kalo gitu gue balik ke kelas dulu, kita sama-sama ke rumah sakit" kata Deka yang bergegas keluar kelas IPA 1 disusul Vero dan Denis.

"Oke kalian semua sekarang pulang dan istirahat. Buat Mio tolong biacarain semuanya sama kakak lo, kita butuh bantuannya" ucap Arslan pada Mio, Mio mengangguk paham ia akan berusaha keras membujuk kakaknya jika kakaknya tidak mau menolong.

Semua anak IPA 1 kemudian bergegas pulang, mereka semua harus sama-sama menenangkan diri masing-masing agar bisa menemukan jalan untuk teman mereka. Setidaknya mereka ingin membantu agar permasalahan ini segera selesai dan pelaku dapat diadili seadil adilnya.

My Boy (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang