Duapuluhsatu.

151K 9K 262
                                    

"Gue bertahan karena lo. Lo adalah alasan kenapa gue bisa hidup lagi. Gue nggak mau ninggalin lo, De."
-Anantha Rizky Romazy.

🌻🌻🌻

Bau obat-obatan menyeruak di hidungnya. Deandra tengah menangis di depan ruang ICU. Menunggu operasi Nantha yang sudah berlangsung selama 2 jam itu. Ira juga berada disana, sama seperti Deandra, menangisi putranya yang tengah berjuang di dalam sana.

Dokter dengan pakaian sterilnya tiba-tiba keluar dari ruang ICU lalu membuka maskernya. Deandra langsung saja menghampirinya.

"Dok, gimana sama suami saya? Dia nggak pa-pa kan? Dia baik-baik aja kan, Dok? Dok! Jawab pertanyaan saya!"

Dian bangkit dari duduknya lalu menghampiri Deandra yang tengah frustasi itu. Mencoba menenangkan gadis itu. Dokter itu menghela nafasnya.

"Nantha sedang kritis. Operasi pengeluaran pelurunya lancar, tetapi kondisi Nantha bisa saja drop. Dimohon untuk keluarga saat ini biarkan Nantha beristirahat."

"Terimakasih, Dokter." Fadi menjabat tangan Dokter itu lalu Dokter tersebut pergi ke ruangannya.

"Udah, nak. Nantha nggak pa-pa, kamu tenang sedikit ya." Dian memeluk Deandra yang tetap saja menangis. Deandra berjalan menuju jendela besar yang membuatnya bisa melihat Nantha yang sedang terbaring tidak berdaya ditemani seorang suster yang mengatur tekanan jantungnya.

Deandra memegang kaca jendelanya, seolah yang dipegangnya itu adalah Nantha. Memanjatkan doa agar Nantha cepat sadar dan kembali ke rumah mereka.

"Cepet sembuh ya suami gue. Gue kangen lo."

***

Deandra terbangun di kursi rumah sakit ini. Deandra menolak untuk pulang ke rumahnya, ia memilih untuk tetap menemani Nantha agar sewaktu-waktu Nantha bangun, ia adalah orang pertama yang dilihatnya.

Deandra mengusap wajahnya yang penuh luka itu pelan, mengumpulkan seluruh tenaganya. Deandra berjalan menuju jendela ruangan Nantha. Melihat pria itu masih terbaring lemas.

"Kalau kamu kangen, kamu bisa masuk ke dalam. Tapi ingat, jangan membuatnya lelah. Waktu kamu hanya 10 menit." Dokter yang merawat Nantha datang secara tiba-tiba dan berdiri disamping Deandra. Deandra menatapnya lalu berterimakasih dengan Dokter itu.

Deandra masuk dengan pakaian sterilnya, menatap pria yang kini tertidur dengan tenang itu. Deandra duduk disamping ranjang, dan menggenggam tangan pria itu lembut.

"Nant, bangun dong. Lo tega banget sih bikin gue nangis seharian karena lo nggak bangun-bangun."

Deandra berdiri dan mengusap rambut cokelat milik Nantha pelan lalu mencium pipinya yang dipenuhi luka lebam. Menatap siluet wajah sempurna milik Nantha dengan seksama.

"Maafin gue. Gue emang sering bandel sama lo. Bangun, Nant. Bangun.." Deandra meletakkan kepalanya di sisi ranjang sambil tetap menggenggam tangan besar Nantha. Terisak karena suaminya ini tak kunjung bangun.

"Mbak, maaf. Tapi waktu anda sudah habis. Anda bisa keluar sekarang. Nantha nya perlu istirahat banyak karena kondisinya masih kritis." Tiba-tiba sang Suster datang untuk memperingati Deandra bahwa waktunya menjenguk Nantha sudah habis. Deandra mengangguk dan berdiri, melihat wajah pucat suaminya lagi, memajukan tubuhnya untuk mencium keningnya.

My Destiny✔️ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang