[2] Peaches & Cream (part 1)

73 14 9
                                    

Sabtu, 22 september.

"Kaiiii bangun!! Gue mau sekolah cepetan!! 15 menit lagi bel, woyy buka pintunya!!" Keila ngetok-ngetok pintu kamar Kai, ia nggak habis fikir gimana bisa Kai ngunci pintu kamarnya macem anak gadis yang takut diperkosa pas tidur. Kan kebalik yaa

Keila masih setia mengetuk-ngetuk pintu kamar Kai, sesekali menendangnya. "Bangkai tikus bangun woyy!!"

Andaikan Keila bisa naik motor atau mobil, pasti ia lebih milih buat pergi sendiri. Coba aja dia punya duit, pasti dia udah naik taxi daritadi juga.

Kan tai.

Pintu kamar Kai berdecit, Keila tersadar dari lamunannya dan ngehela nafas lega. Penampilan Kai benar-benar kacau balau, rambut acak-acakan, mata merah, muka bantalnya. Dan yang pasti, ia bertelanjang dada dan cuman make boxernya doang.

Keila menahan nafasnya, baru kali ini ia ngeliat penampilan Kai yang kek begini. Ini pemandangan baru buat Keila. dulu pas masih pacaran, Kai selalu tampil sempurna di mata Keila setiap kali mereka pergi buat kencan.

"Berisik tai,"

Setelah mengatakan hal itu, dengan biadabnya Kai pun balik lagi masuk ke kamarnya dan nutup pintu.

Keila tercengang melihatnya, dengan emosi yang berapi-api. Ia pun langsung menelpon Jimin untuk meminta bantuan.

Setelah tersambung, ia pun langsung mendekatkan ponsel ke telinganya. "Halo, key." suara imut khas Jimin langsung menyapa telinga Keila.

"Lo dimana, Jim?"

"Gue disekolah, Key. Lo dimana? Kok belom dateng? Jangan bilang lo bolos." Keila menghela nafas, bagaimana pun juga ia tak bisa merepotkan sahabat SMP nya sekaligus teman sekelasnya ini.

"Gue masih dirumah, Jim. Lo bisa jemput gue nggak sekarang?" jantung Keila berdebar sendiri, takut Jimin menolak untuk menjemputnya.

"Oke, gue otw. Kirim alamatnya lewat sms aja, gue tunggu." setelah mengatakan itu, Jimin pun langsung mematikan sambungan telpon mereka. dengan cepat Keila pun mengetikkan alamat apartementnya.

Baru saja ia ingin meringimkan alamat itu, sebuah tangan merampas ponselnya. Siapa lagi kalau bukan Kai, yakali tetangga sebelah.

"Gue anter." setelah mengucapkan kalimat itu, Kai pun langsung berlalu pergi mendahului Keila yang masih terpaku menatap Kai yang keluar secara tiba-tiba dari kamarnya dengan wajah segar dan baju casual.

Dengan kesal Keila pun mengikuti langkah Kai sembari mengetikkan pesan untuk Jimin, Bermaksud untuk memberitahunya biar ia tak usah repot-repot lagi untuk menjemput Keila.

Di perjalanan menuju sekolah tak ada yang mereka bicarakan, mereka hanya diam sampai perut Kai bersuara.

Kriuk.

Setelah mendengar suara itu, Keila langsung menoleh kearah Kai sembari menahan tawanya yang akan membuncah keluar.

Melihat Kai yang masih bersikap sok cool membuat Keila tak dapat lagi menahan tawanya, alhasil Keila ngakak.

Kai hanya berdecih sebal, "Berasa single padahal udah punya bini, malangnya nasib hamba mu ini yaallah." Keila menatap Kai sebal. "Berasa jadi babysitter anak SMA gue," lanjut Kai tanpa melirik Keila, bermaksud untuk menyindir Keila.

Mendengar itu membuat Keila sewot sendiri. "Kalo nggak mau nganterin gue sekolah, seenggaknya kasih apa gue duit buat pergi ke sekolah sendiri. Gue juga males banget ya nyapein diri sendiri buat bangunin mayat idup kayak elo!"

"Mau duit? Jadi babu gue dulu. Nggak ada yang gratis di dunia ini, coy."

Tepat saat Kai berkata seperti itu, mereka sampai di sekolah.Tanpa berkata apapun Keila pun langsung keluar dari mobil Kai, dan menutup pintu mobil Kai dengan kencang membuat Kai terlonjak kaget dan bergidik ngeri melihat betapa mengerikannya Keila ketika marah.

"Sieun aing sieun."

-TBC-

Choco ChipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang