Third

17 4 0
                                    

Setelah selesai menjalani hukuman season 2. Gue memutuskan untu ke UKS sekedar nyari balsam buat meringankan rasa sakit di betis gue yang mungkin sekarang udah segede tales bogor ini.

"Permisi." Gak ada jawaban dari dalem. Mungkin petugas piket UKS hari ini lagi keluar. Jadi gue langsung aja memutuskan untuk masuk ke UKS. Gue duduk di tempat tidur pasien UKS nunggu anggota PMR yang tugas hari ini dateng. Gue pakai earphone buat denger lagu sambil rebahan nungguin anggota PMR yang gak dateng dateng.

"Lama amat nih anak PMR. Lagi pada rapat Ekskul kali ya?"

Tiba tiba aja gorden penghalang kasur gue dengan kasur sebelah kiri gue goyang goyang heboh gak jelas. Imajinasi liar gue akhirnya muncul dan menampilkan hal hal hal horor dalam benak gue. Gue sempet ketakutan sampai akhirnya gue memutuskan untuk membuka gorden dengan tangan gemetar.

"Si... siapa?" Sebelum membuka gorden gue memastikan bahwa gorden itu goyang gara gara manusia atau hal lainnya.

Srek... srek...

Gak ada jawaban. Tapi malahan gordennya goyang goyang tambah heboh. Gue ketakutan, tapi gue harus mastiin itu ulah jail seseorang. Maka dengan tangan yang Sedikit gemetar gue memutuskan untuk membuka gorden tersebut. Tapi sebelum tangan gue berhasil membuka gorden itu tiba tiba...

"Boo..." ada sesosok manusia yang memakai topeng Friday the 13th. Gue takut banget sama tokoh psikopat yang satu ini. Dia itu sadis banget. Gue langsung aja teriak.

"Aaa..." gue teriak sekencengnya tapi berhasil dibekep sama dia. Gue udah pasrah, sumpah gue udah siap mati deh asalkan Ayah gue udah bahagia sama tante Sora.

"Ssht... jangan teriak dong. Nanti gue dikira ngapa ngapain lu lagi." Suara yang gue dengar terdengar seperti familiar di telinga gue. Ya ini suara si Valdan.

"Gue Valdan. Lu jangan teriak dong..."

"Hm... hm..." gue menunjuk nunjuk tangan Valdan yang menutup mulut gue.

"Apa?"

"Hm..." gue memukul tangannya yang menutup mulut gue saking resepnya dia gak ngerti bahasa isyarat gue.

"Oh, ia gue lepasin deh." Dia akhirnya melepaskan bekapan tangannya. Tapi sebelum dia ngelakuin hal yang aneh aneh lagi. Gue menyikut perutnya.

"Aw... lu apa apaan sih?" Sebelum dia tambah macem macem. Gue memutuskan untuk loncat menjauh dari dia dan langsung memasang kuda kuda bersiap menangkis serangan yang bakal Valdan luncurkan lagi.

"Elu yang apa apaan. Lu mau bikin gue serangan jantung ya!" Gue marah marah ke Valdan sambil nunjuk nunjuk dia. Valdan langsung menghampiri gue dan membekap mulut gue lagi.

"Sssh... gue bilang juga jangan teriak teriak. Gue kesini mau ngasih ini ke elu." Dia melepas bekapan tangannya dan merogoh sakunya ingin mengeluarkan sesuatu. Fikiran gue udah aneh aneh lagi.

Si Valdan mau ngasih apa ya? Jangan jangan yang di dalem kantongnya itu saputangan berobat bius. Atau kalau enggak pisau lipet yang dikasih racun lagi.

Gue mundur sedikit sedikit. Gue mengantipasi hal hal yang tak terduga dari dalam kantongnya itu. Tapi ternyata dia...

"Nih, gue mau ngasih lu krim pereda nyeri otot." Valdan ternyata mengeluarkan krim pereda nyeri otot dari sakunya. Blam... semua fikiran aneh gue menguap seketika.

"Gue tau pasti lu kecapeankan abis lari sampe 2 season gitu. Makannya gue bawain lo ini. Sebagai Body Guard lo, Walau emang masih amatir sih. Gue harus jagaian lo semaksimal mungkin." Kata dia dengan tatapan penuh karisma playboy.

Valdan menarik lengan gue dan mendudukkan gue ke kursi. Valdan berjongkok melepas sepatu dan kaos kaki gue lalu menyapukan krim pereda nyeri otot itu ke seluruh kaki gue. Mulai dari punggung kaki, pergelangan kaki hingga betis sambil sedikit dipijit lembut.

Sumpah, tangan Valdan ada apanya sih? Enak banget dia mijitnya.

"Gimana, udah enak kan?" Dia menatap mata gue lekat lekat. Tapi yah sekali lagi, gue gak mudah luluh sama pandangan dari para pria yang berusaha menggoda gue.

"Sedikit. Tapi makasih ya." Gue berujar sambil memakai kembali kaos kaki dan sepatu gue. Setelah selesai gue pun melangkahkan kaki keluar dari ruang UKS.

"Oh iya, satu lagi. Makasih buat iket rambut sama air minumnya." Tapi diambang pintu gue mengucapkan terimakasih lagi ke Valdan.

"Sama sama. Tapi itu emang udah tugas gue sebagai Body Guard elu." Dia melangkahkan kaki mendekati gue. Gue kira dia mau ngegoda gue lagi. Tapi ternyata dia ngasihin krim pereda nyeri ototnya ke gue dan berlalu meninggalkan gue.

"Aneh tuh anak." Gue melangkahkan kaki mengekori Valdan ke kelas masih dengan berjuta pertanyaan dibenak gue tentang Valdan.

※※※

Hai, hai my lovely Readers😊. Gimana nih ceritanya? Seru gak? Kalau seru Vote-nya dong😚. Kalau ada yang kurang di Comment dong😚. Gue butuh lo masukan kalian🙏🙏.

#UchilUchil_marUchil

AzulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang