Fifth

22 4 0
                                    

Gue jalan ke kantin sambil mendengarkan lagu dengan earphone. Gue melintasi beberapa murid. Tapi gue sedikit bingung sama tatapan mereka, kerena menatap gue seakan ada seseorang yang berada dibelakang gue, dan dia bertampang menyeramkan.

Gue yang penasaran akhirnya berhenti tiba tiba. Dan bener aja, ada orang yang nabrak gue dari belakang. Due noleh, dan itu ternyata si Valdan. LAGI. Gue langsung ngelepas earphone yang gue pakai, memasukkannya ke kantong bersama Hp. Dan gue langsung nyemprot Valdan dengan kata kata berenten yang diucapkan hampir tanpa jeda secepat kilat.

"Ya ampun Valdan. Lu ngapain sih ngintilin gue melulu? Lu mau apa dari gue? Contekan? Nanti gue kasih deh. Tapi Please... jangan ngintilin gue lagi. Ok?" Setelah selesai, gue pun langsung berlari meninggalkan Valdan yang masih cengo diomelin gue dengan jurus 'Omelan Kilat'.

Sesampainya gue di kantin, pandangan gue langsung menyisir setiap sudut kantin. Mencari keberadaan 2 Curut yang lain.

"Aduh... mana ya si Peyang sama si medit?" Setelah gue menemukan keberadaan mereka. Gue langsung tancap gas lari ke arah mereka.

Gedebuk... Gedebuk...

Suara langkah kaki gue berlari sekencang mungkin menghampiri mereka ber-2. Gue liat Skalar abis ngambil 2 gelas es jeruk dari Bi Ipah. Gue langsung rebut aja salah satu gelasnya dan meminumnya sampai habis.

"La, jangan. Itu es..." ucapan Skalar terputus karena Es-nya sudah terlanjur masuk ke perut gue.

"Hmm... asem..." gue mengerutkan dahi gue sambil menjulurkan lidah karena keaseman.

"Asem, asem aja. Tapi tetep di abisin es gue." Ervin mencebikkan bibirnya.

"Oh, punya lu. Bagus lah." Gue merespon Ervin dengan santai. Gue pun langsung duduk di meja kantin tempat mereka duduk.

"Eh, tuh bacot gak pernah disekolahin apa?" Ervin marah marah sambil menarik hidung gue.

"Adu duh..." gue mengaduh pura pura kesakitan biar Ervin ngelepasin tangannya dari hidung gue. Tapi nyatanya, dia malah tambah kenceng narik hidung gue."

"Eh, udah ah. Kasian Azula, nanti idungnya tambah panjang lagi." Skalar menarik tangan Ervin yang bertengger di hidung gue.

"Idung gue..." gue berbisik sambil mengelus elus hidung gue.

"Lagian sih, main serobot aja es jeruk punya orang. Tanpa permisi, tanpa bilang 'makasih ya Ervin yang ganteng, manis dan baik hati'." Ervin nyerocos sambil mencoba menirukan gaya perempuan yang menggoda ke Skalar.

"Ish, apaan sih lu. Kena najis mukholadoh kan gue." Skalar mengelap pipinya yang sempat di belai belai Ervin.

"Ih, jangan gitu dong yayang." Ervin melcolek dagu Skalar.

"Astagfirullah... saha iyeu?" Skalar langsung memegang puncak kepala Ervin sambil berpura pura menjadi paranormal.

"Hm... Aing maung..." Ervin mengerang berpura pura kesurupan maung alias macan.

"Hayang naon sia datang ka dieu?" Skalar menggerak gerakkan tangannya mengikuti gerakkan paranormal yang ada di TV.

"aing hayang es jeruk jeung mi rebus make telor, sawi, ulah poho cengek na nu loba." Ervin menjawab pertanyaan Skalar dengan ekspresi layaknya orang normal.

"Dasar Ervin..." Gue dan Skalar langsung menggelitik Ervin bersamaan.

"Ah... hahaha... udah dong, geli tau." Ervin menepis tangan gue dan Skalar.

"Yaudah, gue ikhlas deh..."

"Emang udah seharusnya. Kan itu tugas lu buat tanggung jawab atas makanan gue." Setelah ngomong begitu ke Ervin, gue pun menyedot es jeruk milik Skalar.

AzulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang