Fourth

16 5 0
                                    

🎶I won't give up, no I won't give in.
Til I reach the end and then I'll start again.
No I won't leave, I wanna try everything.
I wanna try even though I could fail.🎶

Terdengar alunan lagu 'Try Everything' milik rihana dari Hp-ku. Ternyata driver ojek online sudah ada di depan rumah tante Sora dan menelfon untuk memastikan keberadaan ku.

"Ia halo mas."

"........."

"Oh, ia saya lagi didalam rumah. Sebentar lagi saya keluar."

Gue menutup telfon dan langsung keluar rumah dan menaiki ojek online untuk pulang ke rumah. Perjalanan yang biasanya hanya memakan waktu 34 menit menjadi 45 menit gara gara macet. Sesampainya di rumah gue disambut oleh sesosok pria ber-jaket hoodie yang terlihat misterius. Gue sempet takut melihatnya. Tapi ternyata dia ngeluarin pisau lipat yang ternyata...

"Harta atau nyawa?!"

Sret...

Pisau lipat itu terbuka dan itu ternyata cuman sisir lipat. Melihat sisirnya gue tau dia ini siapa. Gue langsung aja narik hoodie-nya dan ternyata gue gak sengaja ngejambak rambutnya.

"Ah... aduh kampret.  Sakit woi, pala gue, pala gue copot nanti..."

Pria itu berteriak kesakitan gara-gara kepalanya gue jambak.

"Hah! Benerkan dugaan gue. Pasti ini si Peang. Siapa lagi kalau bukan elu yang punya sisir lipet yang ada inisial 'P'."

Gue melepas cengkeraman gue lalu menoyor kepalanya dan mencubit perutnya.

"Aduduh... kok lu bisa tau sih ini gue?"

Dia langsung membuka hoodienya lalu merapihkan rambutnya dengan sisir lipat tadi. Gue yang gemes melihatnya pun langsung mengacak-acak kembali rambutnya yang sudah rapih.

"Taulah, kan itu sisir dari gue waktu lu ultah."

"Hehehe... ia juga ya. Eh, tapi lu lama banget sih datangnya? Gue sampe ngantuk nungguin elu."

Dia memakai kaca mata nya sambil terus ngedumel ngomelin gue yang telat dateng ke rumah.

"Ya maaf, tadi macet parah. Lu tau sendiri kan jarak dari perum Griya Cantika sama perum kita kan jauh. Terus gue juga kesorean pulangnya."

"Yaudah, gak usah sok melas gitu muka lu. Kita masuk yuk, gue laper. Masakin gue nasi goreng gih."

Oh my God. Skalar kalau senyum gini di depan cewe lain pasti langsung meleleh deh. Gantengnya over dosis ni cowo.

"Woi, lu lagi melting ya gue senyumin?"

Dia mencolek pipi gue sambil tersenyum.

"Ya ampun Skalar, kapan sih gue melting sama elu? Gue malah bosen ngeliat lu tiap hari."

"Masa?"

Gue cuman mengangguk sambil memasang ekspresi wajah yang datar.

"Eh, btw nih ya. Lu nungguin gue disini dan kelaperan. Emangnya Bunda gak masak apa?"

"Masak kok."

"Terus lu ngapain nungguin gue sampe kelaperan?"

"Gue takut telat ke rumah lu. Rumah kita kan terpisah oleh padang rumput yang luas."

Skalar merentangkan tangannya sampe hampir ngehantam muka gue.

"Padang rumput pala lu peyang. Orang rumah lu disamping rumah gue noh."

Gue menunjuk rumahnya yang memang disamping rumah gue dan berbagi tembok yang sama dengan rumah gue, secara perumahan.

"Hehehe..."

"Nyengir mulu lu kayak kuda. Yaudah yuk."

Gue membuka kunci rumah gue dan si Peyang langsung masuk ke dalem rumah gue seolah ini rumahnya sendiri.

"Woi jangan langsung tidur di sofa. Bantuin gue masak, katanya lu laper."

Gue ngelempar bantal yang ada di sofa ke dia yang malah tidur tengkurap di sofa rumah gue.

"Ogah ah, gue lelah nungguin elu dari tadi. Gue butuh istirahat dan butuh asupan nutrisi."

"Gaya bahasa lu amburadul."

Gue langsung aja mandi, ganti baju dan ngehapus make up yang dari tadi bikin muka gue gatel. Setelah selesai beres beres badan, gue langsung caw ke dapur bikinin si Peyang nasi goreng kesukaan dia. Wangi nasi goreng langsung terbang ke setiap ruangan rumah gue. Saking waktunya si Peyang sampe kebangun.

"Hm... Ula, nasi gorengnya udah mateng ya?"

Dia yang baru bangun langsung aja jalan sempoyongan ke dapur. Dengan jejak iler yang masih keliatan dipipinya.

"Iya, lu emang laper banget ya sampe kebangun gitu?"

Gue noleh dan ngeliat mukanya yang mengerikan menurut gue. Mukanya beler banget, sama ada ilernya lagi.

"Ih, Skalar jauh jauh lu. Cuci muka dulu sana, muka lu mengenaskan tau gak."

Gue mengarahkan sodet yang gue pegang ke arah dia sambil mengusirnya.

"Hoam... apaan sih lu, masa muka ganteng gue mengerikan sih?"

"Itu ada ilernya bege."

"Yaudah tinggal di lap aja pake jaket."

Dia malah cuman menghapus ilernya pake jaket yang dia pake.

"Cuci muka atau lu gak gue kasih makan."

Gue mengancamnya dengan tampang yang sok galak didepan Skalar.

"Oke fine."

Dia langsung ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Setelah cuci muka Skalar langsung duduk di meja makan.

"Nih, nasi goreng spesial pake telor ceplok setengah matang kesukaan elu."

Gue menghidangkan nasi goreng spesial pake telor setengah mateng kesukaan di Skalar.

"Wuih... pasti enak nih. Lu gak makan La?"

"Enggak ah, udah kenyang gue."

"Yaudah gue makan sendiri deh."

Seperti biasa, dia mencampur semua jadi satu. Telur setengah matengnya yang masih meleleh dicampur jadi satu dengan nasinya. Menurut gue itu menjijikan, tapi menurut Skalar itu enak.

"Lu ngapain ngeliatin aja, mau?"

Dia menyodorkan sendok yang berisi penuh nasi goreng menjijikan ke arah mulut gue.

"Gak mau gue, lu kan tau gue gak suka yang begituan."

"Yaudah."

Dia memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya. Skalar makan dengan lahapnya kayak dia gak pernah makan sama sekali. Setelah Skalar selesai makan gue membereskan dapur dan langsung tidur di kamar. Sedangkan Skalar tidur di ruang tamu.

※※※

Ini cerita yang perdana gue. Jadi maaf kalau updatenya lama dan ceritanya sedikit berantakan. Aku tunggu Vote dan Comment kalian Readers.

AzulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang