Bagian 1

14.1K 621 9
                                    

Cerita baru lagi dan aku harap kalian suka, omong omong cerita ini hanya aku pindahin dari akun aku yang satu lagi jadi yang di akun itu cerita ini aku unpublish dan pada akhirnya akan tetap kembali update di akun yang sekarang ini.
Enjoy ya bacanya!
Jangan lupa voment~^^

-Kim Yerim-

Hari pertamaku memasuki Sekolah Menengah Keatas disalah satu sekolah swasta yang cukup besar di Kota Seoul. Udara pagi ini sangat sejuk, mungkin karena sebentar lagi musim dingin akan menyambut.

Aku memasuki Aula dan menuju kearah ruangan Tata Usaha, berjalan menuju finger print untuk menyatakan kalau aku masuk dihari pertama sekolah. Setelah balik dari finger print, masih ada sekitar 20 menit sebelum memulai hari pertamaku sebagai pelajar disekolah ini.

Aku menuju kedalam kelas yang sudah ditentukan sebelumnya , dan aku berada di kelas XI - Sains +1. Kelas itu sendiri dikhususkan untuk anak murid yang kepintarannya diatas rata rata , padahal aku rasa aku sangat jauh dari kata pintar.

Aku masuk ke dalam kelas ini dan mengedarkan pandangan kesekitar kelas, hanya ada aku dan satu pria di pojok sana yang sedang membaca sebuah buku yang aku rasa itu adalah sebuah Komik. Aku memilih kursi yang ada di urutan ke tiga tepat disebelah jendela dan jika menileh keluar terlihat seluruh halaman sekolah, terutama lapangan basket dan sepak bola.

Aku meletakkan tas ku, mengambil buku Biologi dan membacanya. Aku sedang kurang fokus sekarang, memikirkan kehidupanku. Aku bersekolah disini bukanlah keinginanku, sekolah ini sangat mahal. Aku bukan anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu, bahkan sangat berkecukupan. Ayahku berkebangsaan Amerika tetapi mempunyai usaha di Korea Selatan dan ayahku juga sebagai seorang CEO di perusahaan elektronik terbesar yang ada Korea Selatan dan mempunyai bar besar kunjungan para artis biasanya. Sedangkan ibu, entahlah. Aku bahkan tak tau dia sedang apa sekarang, bisa ku katakan aku hanya menumpang didalam perutnya selama 9 bulan dan bahkan tak pernah merasakan ASI nya. Dan yang di sayangkan, dia hanyalah seorang wanita bar bar yang tak tahu diri. Apakah aku berlebihan?

Tidak.

Ini sangat pantas untuknya, dia sudah mengkhianati ayah dan hanya menginginkan uang ayah. Dia bahkan datang kerumah dengan pakaian yang super minim dan membawa bau alkohol dibadannya. Tapi, kenapa ayah masih mempertahankan wanita itu? Aku rasa benar kalau "Cinta itu bisa membuat buta siapapun"

Inilah kenyataannya.

***

Setelah memperkenalkan diri masing masing didepan kelas, aku banyak mendapat tatapan yang tak bisa terdefinisikan. Aku tak mengerti apa yang salah denganku, tetapi aku merasa aku sangat menjijikan untuk mereka. Aku bukanlah gadis cantik dengan perawakan mempesona, aku hanya gadis dengan rambut kuncir satu dan memakai kacamata seperti biasanya.

Dan sekarang aku mulai berpikir bahwa gayaku sangat jadul, karena menjadi seorang murid dengan perawakan seperti aku disekolah yang besar ini sangat sangat tidak mendukung.

Huh, hidup didunia yang kejam semakin membuatku menyerah untuk bersekolah dikalangan para anak orang kaya ini, bukan?

"Hei, kenapa kau diam terus dari tadi?" aku menoleh dan mendapatkan teman sebangku ku Kang Seena yang melontarkan pertanyaan

"Eoh, kau berbicara pada ku?" tanyaku polos sambil menujuk diriku sendiri

"Tidak, aku berbicara sama tembok. Ya, berbicara dengan mu lah. Siapa lagi emangnya" Seena kesal sambil memutar bola matanya

"Hehe mian, aku tidak apa. Cuma aku bukan orang yang mudah bergaul. Apalagi dengan gayaku yang seperti ini" aku terkekeh kecil.

"Lah, emangnya apa yang salah denganmu? Tak ada yang salah deh perasaan" Seena memegang muka ku dan melihat muka ku seperti sedang menilai

"Kau anak campuran ya?" tanya Seena sambil menoel noel pipi ku. Sebelumnya, aku tak pernah suka orang yang suka mengusik seperti Seena ini tetapi tak tahu kenapa aku malah merasa asik saat Seena menilai ku.

"Ha?"

"Kenapa kau sangat polos KimKim" ucap Seena gemas kepadaku

"Jangan panggil aku KimKim, hanya sahabat kecilku yang boleh memanggilku KimKim" ucapku polos

"Jinjja! Kau bahkan melupakan ku!" ucap Seena kesal sambil membolak balikkan buku pelajarannya.

"Tunggu deh, kau.. Hum.. Kang Seena si gendut sahabat kecil ku dulu kan!" aku kembali mengingat ingat nama tersebut, terasa tak asing menurutku

"Oh ya! Kau anaknya paman Kang ya!" aku mengucapkannya sedikit berteriak sampai sampai murid yang ada dikelas ini menoleh kearahku dan melihatku dengan tatapan sinis.

"Ups" aku menutup mulutku dengan tanganku

"Iya, kita kan dulu dari TK sampe SD kelas 3 sama sama terus. Memangnya kau tak sadar ya! Kau bahkan melupakan namaku. Dari sekian banyak orang yang mengenalmu. Cuma aku yang memanggilmu KimKim, yang lain kan memanggilmu Yeri" Seena berbicara cukup panjang dan bagaimana aku bisa lupa

"Seena.. Aku merindukanmu!" aku memeluk Seena antusias

"Nado" Seena membalas pelukanku tak kalah antusias.

Aku melepas pelukanku dan kembali melirik keseluruh ruangan kelas.

"Omong omong, kok kelas kita tidak ada guru ya. Padahal kan tadi kita perkenalan guru disini masih ada?" tanya ku masih sambil melirik keseluruh ruangan kelas

"Masih hari pertama kenaikan kelas, sepertinya mereka masih sibuk sibuknya" ucap Seena santai

"Bukannya, hari pertama sekolah para guru akan menjelaskan apa yang akan kita pelajari ya?" tanyaku heran

"Kau seperti tak tahu mereka saja"

"Aku kan memang tidak tahu"

"KimKiiiiiiimmmmm" geram Seena

"HaHaHa Mianhae Seena-ah"

***

Bel berbunyi, tanda jam istirahat akan berlangsung. Aku dan Seena mengemas buku kami masing masing tanpa berniat untuk pergi kemana mana.

"KimKim" panggil Seena kepadaku

"Mwo?" jawabku

"Aku rasa kita harus kekantin sekarang, tenggorokkanku benar benar butuh pelumas sekarang"

"Sebenarnya aku sangat malas, tetapi aku berbah pikiran sekarang. Kajja!"

Kami berdua berjalan melewati koridor kelas XII dengan santai. Maksudnya bukan kami yang santai, hanya Seena saja tetapi aku tidak. Entah mengapa aku terlalu takut jika aku terlihat sangat santai dan itu akan membuat banyak kakak kelas yang mengkritik. Aku tak ingin hidup tanpa masalah. Aku hanya berjalan disebelah Seena sambil menunduk.

"Kau kenapa menunduk terus dari tadi?" tanya Seena

"Eh, aniya. Aku hanya tak ingin kakak kelas membenciku karena aku terlalu santai dihadapan mereka" ucapku pelan dan aku menyadari kalau Seena menghentikan langkahnya.

"Kenapa kau berhenti?" tanya ku

"Ya! Apa yang ada dipikiranmu? Kenapa kau menjadi penakut seperti ini, padahal dulu waktu kecil kau yang selalu jadi pahlawan ku dan tak pernah takut apapun selain sama anjing. Kim, dengarkan aku. Tak ada alasan untuk takut sama mereka, mereka sama seperti kita. Sama sama makan nasi, kalaupun mereka makan lembing juga kau tak usah takut. Mereka kan kuda lumping bukan manusia normal seperti kita, lagipula mereka juga tak ada apa apanya. Dan kalaupun mereka tau kalau kau itu anak orang kaya, mereka makin tunduk saat melihatmu" ucap Seena panjang lebar

"Tapi aku tidak suka pamer pamer, karena yang kaya itu ayahku. Bukan aku"

"Aish, sudahlah. Kajja!" Seena merangkul tanganku dan kami melanjutkan perjalanan kami menuju kantin.

#tbc
Instagram : melsdii
Facebook : Meliana Kusuma Dewi

Bad Boy With Sweet Heart [Kim Taehyung] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang