Crimson Butterflies; The Fatal Frame
By. Luna Sedata
All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc
Cerita berikut mengambil setting 170 tahun setelah dua seri fanfic generasi pertama berjudul Crimson Butterflies; Beginning (15 Chapter) dan Crimson Butterflies; The Repentance (15 Chapter) yang kutulis sekitar 3-4 tahun yang lalu. Walaupun begitu, fanfic ini berdiri sendiri sebagai cerita yang sepenuhnya terpisah.
Mengisahkan tentang event yang terjadi pada game Fatal Frame 2: Crimson Butterfly. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain gamenya. Tentu saja jika reader pernah memainkan gamenya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.
Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.
______________________________________________________________________________
Hour 1 : Prolog
"Didn't we always promise each other...
That we'd always be together....?"
~ Mayu's Quote to Mio.
Prefektur Kanagawa, Jepang.
26 Februari 1988; 10:00 AM
"Mayu..."
"Mayu..."
"Mayu... maaf... maafkan aku..."
"Maafkan aku..."
Mio teringat akan masa lalunya yang pahit, dia begitu terbebani yang menyebabkannya menghela napas dengan berat. Dua tangan yang halus mendadak saja memegang bahunya dari belakang, membuat Mio menengadah ke atas. Senyum kakaknya lah yang menyapanya.
"Kau ingat? Dulu kita selalu bermain di sini," tanya Amakura Mayu sembari tersenyum sementara angin musim semi bertiup lembut mengacaukan rambutnya.
"Mio, kau masih ingat kan?"
"Tentu..." jawab Mio kaku yang tampak masih kaget karena Mayu yang mendadak menghentikan lamunannya. Sadar akan hal itu, Mayu duduk di sampingnya dengan hati-hati. Saling membelakangi, keduanya duduk berdampingan dan mengembara dalam pikiran mereka masing-masing.
Kembar yang benar-benar identik, saat pertama melihat, kedua gadis tersebut tampak seperti pinang dibelah dua. Namun jika mengenal lebih jauh, perbedaan di antara keduanya akan semakin jelas.
Secara urutan, Mio adalah anak kedua yang lahir setelah Mayu. Seorang yang aktif dan sedikit tomboy. Seperti kakaknya, wajah mereka benar-benar mirip, ceria, dan seorang yang aktif. Mayu sebaliknya adalah gadis yang pasif dan pemalu, memiliki kesehatan yang rentan karena kecelakaan yang dialaminya saat masih kecil. Mayu jarang sekali beraktivitas di luar rumah, menyebabkannya tidak begitu memiliki banyak teman, kulitnya pun sangat putih jika tidak mau dibilang pucat. Fisik Mayu sangat lemah dan hal ini menyebabkan Mio selalu mengkhawatirkannya setiap saat.
Saat itu adalah hari yang cerah dengan udara yang hangat di musim semi. Kedua gadis itu duduk di tepi sungai kecil, berpakaian dengan tatanan yang cocok satu sama lain. Dapat dibilang mirip namun juga berbeda di saat yang bersamaan, Mayu memakai sun dress yang simpel namun menarik hati dengan kombinasi warna merah, kontras dengan pakaian dalaman yang gelap namun secara keseluruhan terlihat pas dan indah. Sementara Mio memakai rok putih dengan stocking hitam menyambung dengan blouse berwarna sama seperti kakaknya.
Menatap pemandangan hutan yang begitu indah, Mayu menghela napas.
"Terpikir olehku... tempat kenangan masa kecil kita ini akan segera hilang," katanya dengan nada sedih. Yang dimaksud Mayu tidak lain adalah mengenai rencana pemerintah yang akan menenggelamkan lembah tempat mereka berada sekarang, rencana untuk menjadikannya sebagai bendungan buatan demi kepentingan pembangunan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson Butterflies; The Fatal Frame
AdventureDitulis berdasarkan game paling favorit di jepang sejak tahun 2003 silam. Menceritakan tentang Mio dan Mayu Amakura; kembar identik yang secara tidak sengaja tersesat di Desa Minakami. Sembari berusaha mencari jalan pulang, keduanya sadar bahwa desa...