Extra Hour; The Past

1.9K 77 18
                                    

Crimson Butterflies; The Fatal Frame

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

Mengisahkan tentang event yang terjadi pada game Fatal Frame 2: Crimson Butterfly. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain game-nya. Tentu saja jika reader pernah memainkan game-nya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini.

Mulai Hour. 22 dan seterusnya, detail cerita akan sedikit menyimpang mengingat rumah Kiryu adalah salah satu bagian paling rumit untuk dijabarkan sebagai cerita. Karena itulah, untuk bagian kecil ini akan dibuat lebih dramatis dari game-nya. Perubahan ini dibuat agar fanfic tidak terlalu panjang dan berbelit-belit mengingat game-nya sendiri terdiri dari banyak pertarungan yang berulang-ulang dan tidak perlu (dapat di-skip).  Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Hour 25 (Extra) : The Past

 

What are you doing Itsuki? It’s taboo to cut the red shawl between us—”

“I don’t care... what taboo for me is letting you die for nothing here...”

~Sae Kurosawa & Itsuki Tachibana

           

            Mereka masih duduk di sana. Baik Sae maupun Yae masih berkutat dengan kebisuan mereka masing-masing. Sementara itu, Mio sendiri mulai sadar kalau dia hanya bisa menyimak apa yang sedang dan akan terjadi tanpa punya kuasa mengubah apa pun.

            Mio berdiam di dalam diri Yae. Seolah-olah Mio adalah tidak lain Yae itu sendiri. Terlepas dari fakta bahwa Mio tidak bisa melakukan apa pun, dia bisa merasakan apa yang sedang dipikirkan Yae. Mio tahu kalau gadis itu sedang mengalami kecemasan yang tidak biasa.

“Tanganmu dingin sekali, kau baik-baik saja kan...?” tanya Sae saat melihat kakaknya tampak pucat.

            “Aku tidak apa-apa,” jawab Yae cepat sementara Sae hanya tersenyum.

            Dia tahu kalau Yae berbohong. Bukankah kakaknya itu selalu ceria dan cerewet? Karena itulah sangat mudah bagi Sae untuk mengetahui kapan kakaknya punya masalah; yaitu saat dia mendadak menjadi tenang dan tak banyak bicara seperti sekarang.

            “Apa yang kau pikirkan kak?” tanya Sae lagi setelah melihatnya menghela napas.

            “Aku takut...!” jawab Yae singkat.

            “Waktunya sudah hampir tiba dan Itsuki masih belum datang. Apa terjadi sesuatu padanya? Kalau Itsuki gagal, semua rencana kita jadi sia-sia.”

            Yae melihat adiknya dengan enggan. Wajahnya tampak pucat dan dia berusaha menahan tangannya agar tidak gemetar. Yae agak iri saat melihat wajah saudaranya yang begitu tenang, tanpa ada rasa takut sama sekali.

            “Apa kau tidak takut...?” tanya Yae.

            Sae menggeleng pelan.

Crimson Butterflies; The Fatal FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang