Hide & Seek

3.1K 67 8
                                    

Crimson Butterflies; The Fatal Frame

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

Cerita berikut mengambil setting 170 tahun setelah dua seri fanfic generasi pertama berjudul Crimson Butterflies; Beginning (15 Chapter) dan Crimson Butterflies; The Repentance (15 Chapter) yang kutulis sekitar 3-4 tahun yang lalu. Walaupun begitu, fanfic ini berdiri sendiri sebagai cerita yang sepenuhnya terpisah.

Mengisahkan tentang event yang terjadi pada game Fatal Frame 2: Crimson Butterfly. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain gamenya. Tentu saja jika reader pernah memainkan gamenya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Hour 6 : Hide & Seek

“I kept waiting... waiting... and waiting...

  for you to kill me...”

~Sae Kurosawa.

First Part. Hide

POV : Mayu Amakura

Awalnya, semua tampak gelap, Mayu tak bisa melihat apa pun selain lautan hitam tanpa batas, tanpa ada suara, tanpa ada sedikit pun cahaya. Mayu tidak tahu apa yang sedang terjadi, walaupun dia masih sadar dan bisa berpikir, namun apa yang terjadi saat ini sudah terlalu aneh baginya.

Seiring waktu, Mayu kian merasakan ketakutan yang luar biasa. Ini adalah pertama kalinya Mayu merasa sendirian, sangat kesepian dan tak berdaya. Dia tidak bisa merasakan keberadaan Mio, bahkan melihat tangannya sendiri pun dia tak mampu saking gelapnya. Tak ada siapa-siapa di kegelapan yang dingin ini, Mayu ingin berteriak namun mulutnya tetap terkatup rapat. Perasaannya tidak enak, Mayu yakin sesuatu sedang terjadi padanya, dan dia tak bisa menolak atau pun berkuasa atas semua itu.

Tiba-tiba saja, di antara kegelapan yang pekat, muncul seekor kupu-kupu merah. Berkelap-kelip sembari mengepakkan kedua sayapnya dengan anggun, sinarnya memberi sedikit cahaya bagi Mayu untuk bergerak. Kupu-kupu itu terbang di sekitar Mayu selama beberapa saat sebelum mulai maju bergerak ke depan. Mayu yang takut akan kegelapan haus akan sinar redup binatang itu, dia pun memutuskan untuk mengikutinya.

“Kau bisa mendengarku?” ucap seseorang yang tidak kelihatan, suara itu terdengar serak dan merdu di saat yang bersamaan, sesuatu yang sangat sulit untuk dijelaskan oleh Mayu walaupun dia yakin suara itu milik seorang gadis.

“Siapa...? Ini di mana...?” tanya Mayu sembari terus mengikuti sang kupu-kupu yang terbang di depannya. Waktu terasa berjalan begitu lambat dan suara misterius itu tidak terdengar lagi, kembali menghilang di antara hening sunyinya kegelapan. Seiring waktu, Mayu pun mulai merasa kalau tubuhnya semakin kaku terlepas dari fakta bahwa dia masih terus berjalan.

Tak butuh waktu lama bagi Mayu untuk sadar, bahwa dia tak bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Kakinya berjalan sendiri, kedua matanya terus menatap ke depan, walaupun bisa berkedip sesekali, tetapi Mayu tak mampu bahkan untuk hanya menggerakkan satu jari saja. Mendadak suara misterius itu muncul lagi, dan kali ini terdengar lebih jelas.

“Aku terus menunggu... menunggu... dan menunggu...” kata suara itu sedih. Mayu yang tidak mengerti segera saja bertanya, walaupun bukan dengan mulut dia melakukannya. Suara itu bergema begitu saja di kepala Mayu dan entah kenapa, Mayu merasa kalau dia bisa berbicara dengan suara asing itu hanya dengan pikirannya.

Crimson Butterflies; The Fatal FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang