It Called Camera Obscura

3.8K 82 6
                                    

Crimson Butterflies; The Fatal Frame

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

Cerita berikut mengambil setting 170 tahun setelah dua seri fanfic generasi pertama berjudul Crimson Butterflies; Beginning (15 Chapter) dan Crimson Butterflies; The Repentance (15 Chapter) yang kutulis sekitar 3-4 tahun yang lalu. Walaupun begitu, fanfic ini berdiri sendiri sebagai cerita yang sepenuhnya terpisah.

Mengisahkan tentang event yang terjadi pada game Fatal Frame 2: Crimson Butterfly. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain gamenya. Tentu saja jika reader pernah memainkan gamenya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Hour 3 : It Called Camera Obscura

"So, this is the Camera Obscura... it takes pictures of impossible things."

~Seijiro Makabe

Mio dan Mayu sudah mengambil keputusan final, mereka harus mencari tahu tentang kemungkinan adanya bantuan yang bisa mereka dapatkan dari wanita yang mereka lihat sebelumnya. Walau sejujurnya, terlintas di pikiran mereka kalau bisa jadi wanita itu bukan manusia. Terlepas dari perasaan mencekam yang mereka miliki, masing-masing dari mereka mengerti kalau tidak membicarakan wanita yang mereka lihat itu sebagai hantu adalah hal yang paling baik.

Mio menggeser pintu masuk ke ruangan utama rumah Osaka itu dengan pelan diiringi suara derak yang menyeramkan. Perlahan, mereka menginjakkan kaki ke ruangan tamu yang cukup luas, disambut oleh debu yang beterbangan dan bau apek yang pekat.

Ruangan itu diterangi oleh lilin putih yang dipasang di dekat pintu masuk. Walaupun hanya sebuah lilin, sinarnya mampu menyinari seluruh ruangan. Interiornya sendiri sudah sangat tua dengan hampir semua dindingnya sudah lapuk dimakan ngengat. Beberapa sekat dinding yang terbuat dari kayu tampak rusak dan tergeletak di sudut dalam waktu yang lama, terlihat kusam dan kotor. Tepat di tengah ruangan, ada tempat pembakaran sederhana beserta kuali yang penuh karat tergantung miring di atasnya. Beberapa langkah dari tempat pembakaran, ada pintu geser lagi, begitu juga di atasnya yang merupakan kamar lantai dua. Untuk ke sana, mereka harus menaiki tangga yang sudah miring dan reyot, satu-satunya keinginan terakhir yang ingin dilakukan Mio.

Crimson Butterflies; The Fatal FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang