12 | Misi I

79 7 3
                                    

-Di sebuah kawasan perumahan-

Rumah nomor 6 itu terlihat sepi namun bersinar karena cahaya lampu dari dalam rumah tersebut. Ini sudah tengah malam, tentu saja suasana sepi. Tidak. Kecuali rumah ini. Rumah yang pemiliknya memang hanya menerima tamu pada tengah malam. Bukannya tidak mau bergaul, tapi orang-orang yang ke rumah ini hanyalah yang "tertentu" saja. Misalnya seperti Jonathan dan kawan-kawan. Mereka ke sini karena sesuatu yang harus segera mereka selesaikan yaitu, arwah Monique yang gentayangan.

Di percaya orang itu adalah seorang yang handal dalam hal-hal mistis. Orang itu juga sudah terkenal dan dari testimoni yang sudah Jonathan baca, orang itu memang cenayang professional. Nama orang itu adalah Ajan Lamduan.

***

TING... TONG...

Jonathan menekan bel di samping pintu. Baru berada di depan pintu saja para remaja itu sudah bisa merasakan aura beda dari rumah ini. Entah itu aura mistis atau memang angin yang berhembus kencang sehingga udara sangat dingin.

Tak lama kemudian, knop pintu bergerak dan pintu pun terbuka. Mereka melihat sosok pria berbadan tinggi besar dengan sedikit kerutan yang terlihat di wajahnya. Pria itu memakai baju serba hitam.

"Masuk," ucapnya dengan wajah datar.

Para remaja itu langsung masuk ke dalam rumah pria tersebut. Kemudian mereka juga di persilahkan untuk duduk di sofa besar berwarna cokelat. Interior rumah ini benar-benar berbeda dari luarnya. Di luar cat rumah ini berwarna putih, namun di dalamnya semua serba hitam dan cokelat.

Ajan Lamduan duduk di salah satu single sofa yang menghadap ke mereka. Tatapan beliau tajam dan aura yang di pancarkan juga sangat aneh. Seperti aura mengintimidasi dan penuh dengan kemisteriusan. Mereka jadi merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

"Ada masalah apa?" Tanyanya dengan suara berat dan dalam.

Mereka saling dorong untuk menjawab pertanyaan itu. Hingga akhirnya, Siana lah yang kena.

"Ehm..." Siana menggigit bibir bawahnya. "Begini, Ajan, kami di gentayangi arwah teman kami." Ujarnya.

(PS : Ajan di sini artinya adalah guru. Atau orang yang harus kita hormati.)

Ajan Lamduan menatap Siana tajam. Sangat mengintimidasi. "Arwah yang gentayangan pasti ada maksud dan tujuan tertentu." Kata beliau.

Nyali Siana jadi ciut setelah Ajan Lamduan berkata seperti itu. Ia tidak ingin menjelaskan lebih lanjut lagi. Sehingga Andro lah yang mereka tunjuk selanjutnya.

Andro menarik napas pelan lalu mulai bercerita dari awal. Cowok itu terpaksa juga harus menceritakan jika mereka mengkonsumsi narkoba. Dan memang gara-gara benda terlarang itu lah kejadian ini terjadi. Ajan Lamduan mendengarkan cerita Andro dengan serius. Namun saat Andro berada di akhir cerita, angin dingin berhembus melewati mereka semua. Suasana semakin dingin dan mencekam.

Bahkan ketika Andro sudah berhenti cerita, Ajan Lamduan tetap diam dan tidak berkomentar. Mata beliau mengitari ke seluruh ruangan, dan akhirnya menatap lama ke arah sebuah pintu yang sedikit terbuka. Entahlah ada ruangan apa di balik pintu itu.

"Hmm.. kok Saya lihat arwahnya pakai baju pengantin, ya?" Ucap Ajan Lamduan bergumam.

Para remaja itu saling tatap. Bertanya-tanya apakah itu benar arwah Monique atau bukan. Mereka tidak memperhatikan arwah Monique. Lagian, siapa juga yang perduli dengan hal-hal semacam itu jika bertemu hantu?

"Jika ada hiasan bunga di kepalanya, dan mulutnya berbusa, itu berarti benar arwahnya teman kami." Casia berucap dengan nada bergetar. Ia merasa sangat merinding sekarang membayangkan sosok Monique yang pernah menemuinya di apartemen beberapa hari lalu.

MONIQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang