22 | Darah Ervan

29 3 0
                                    

Siang itu sekitar pukul dua belas, Abel menelpon yang lain untuk datang ke rumah sakit karena Monique sudah sadar. Siana adalah orang pertama yang tiba di rumah sakit karena rumahnya memang dekat dari sini.

"Hai guys?" Seru Siana saat ia membuka pintu ruangan.

Siana melirik Monique yang berada di atas tempat tidur. Ia menyunggingkan senyuman tetapi tidak ada balasan apa-apa dari Monique.

"Hai, Mon." Siana menyapa saat ia sudah berdiri di samping tempat tidur Monique.

Monique hanya diam tidak merespon sapaan Siana sama sekali. Ia hanya menatap dengan intens dan tajam membuat bulu kuduk Siana berdiri dibuatnya.

"Emm.. lo masih inget sama gue nggak, Mon? Gue Siana." Kata Siana.

"Inget." Monique menjawab pelan. Suaranya terdengar serak.

"Sukur, deh." Siana bernafas lega.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan ternyata Ervan, Andro, Jonathan, dan Xena datang. Masing-masing dari mereka membawa bingkisan untuk Monique. Terlebih lagi Ervan yang tersenyum senang saat melihat teman yang suka mentraktirnya itu sudah sadarkan diri.

"Halooo bossku!!!" Sapa Ervan, sangat sumringah. Ia meletakkan bingkisan bertuliskan McDonalds di meja yang ada di samping Monque.

"Gue bawain burger sama ayam McD kesukaan lo nih, Mon. Nggak usah bilang makasih. Gue ikhlas!" Kata Ervan, tersenyum lebar.

"Buset dah lo bego banget. Orang lagi sakit kek gini malah dibeliin Mcd. Yang ada malah tambah sakit. Pinter dikit napa, Van." Kata Casia, tidak habis pikir dengan temannya itu.

"Boro-boro makan McD, minum aja dia enggak bisa. Makanya di infus sampe dua botol." Kata Abel, melirik dua botol infus yang tergantung di sisi kanan dan kiri Monique.

"Wat de fak???" Ervan terkejut.

"Bego.. bego.." Gumam Casia.

"Lah, kalo minum aja nggak bisa, percuma dong gue, Xena, dan Joe beli buah-buahan?" Andro menatap nanar pada kantong kresek di tangannya.

"Taroh aja dulu. Entar juga ada yang makanin." Casia melirik Ervan.

"Eh, lu jangan..."

"Udah, udah, nggak usah banyak bacot. Gue mau bicara sama kalian semua di luar. Penting." Kata Abel, berjalan keluar ruangan.

Mereka semua saling tatap selama beberapa detik lalu langsung keluar menyusul Abel dan meninggalkan Monique sendirian di dalam ruangan.

"Bicara apa, Bel?" Siana bertanya saat mereka semua sudah bergerombol.

"Monique nanyain di mana bokap sama nyokapnya tadi. Gimana dong?" Kata Abel, bingung.

"Ya kita ke rumah mereka aja dan ngasih tahu kalau Monique dirawat di rumah sakit." Kata Ervan.

"Gue tahu, Van. Maksud gue itu, kita harus ngejelasin apa ke mereka. Pasti kita bakalan dapet pertanyaan 5W + 1H kenapa Monique bisa sampe masuk rumah sakit." Ujar Abel.

"Bener juga lo, Bel. Mana bokapnya Monique bawel banget lagi." Kata Andro, setuju dengan Abel.

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan Monique dari dalam ruangan. Dan saat mereka semua membuka pintu, semuanya terlihat baik-baik saja.

"Mon, lo nggak apa-apa?" Tanya Abel, memastikan semuanya memang baik-baik saja.

Monique hanya memberikan sebuah senyuman kepada mereka, pertanda ia baik-baik saja dan tidak ada yang aneh atau janggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONIQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang