09 | Pesan Kematian

129 9 0
                                    

     Hujan lebat mengguyur Kota Jakarta malam itu. Cuaca menjadi sangat dingin dan mencekam. Tetesan air dari langit itu tidak berhenti semenjak dua jam yang lalu. Xena melirik jam tangannya, sudah jam 12 lewat tapi ia masih berada di studio pemotretan setelah sesi photoshoot-nya selesai satu jam yang lalu. Xena sedang menunggu Jonathan yang akan menjemputnya.

"Xen, lo nggak balik sekarang?" Seorang teman Xena keluar dari ruang ganti pakaian dan bertanya pada cewek itu.

"Belum, Bet. Gue lagi nungguin temen buat jemput gue," kata Xena.

"Ini udah larut banget, loh. Gimana kalo lo nebeng sama gue aja? Nggak apa-apa, kok, yuk!" Ajaknya Bety.

"Makasih, Bet. Tapi temen gue udah di jalan dan sebentar lagi nyampe sini. Lo tenang aja, gue bukan orang yang penakut kali," ujar Xena tersenyum.

Bety menghela nafas. "Yaudah kalo gitu. Gue duluan ya. Bye.."

Xena melihat langkah Bety menutup pintu ruangan. Dan bayangannya kini hilang. Xena menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk itu sambil menatap hujan dari jendela kaca tersebut.

Sontak Xena kaget ketika ia melihat ke arah parkiran, ada bayangan seseorang yang berjalan di tengah derasnya air hujan. Sesekali wajahnya terlihat karena cahaya dari kilat. Itu seorang perempuan. Tapi Xena tidak melihat begitu jelas siapa itu sebenarnya.

***

     Xena mengambil gelas minumannya di atas meja yang sudah kosong. Lalu ia berjalan menuju dispenser yang terletak di dekat ruang ganti. Lampu di ruangan ini tidak terlalu terang dan cukup menyeramkan. Apalagi Xena hanya sendirian di lantai tiga ini. Staf yang lain berada di lantai lima.

Lalu Xena mendengar suatu benda yang di geser dari tempatnya. Xena melirik ke arah ruang ganti karena sepertinya suara itu dari sana.

"Siapa ya?" Xena bertanya.

Rasa penasaran dan sedikit was-was bercampur. Tidak ada jawaban dari sana. Xena pun mengacuhkannya dan kembali ke sofa sambil membawa gelasnya. Namun sebelum Xena sampai di sofa, tiba-tiba di ruang ganti kembali terdengar suara benda yang di pukul oleh seseorang.

Xena langsung menoleh ke arah ruangan ganti lagi. Gelap. Ia berdecak keras dan merasa sebal dengan orang yang mungkin saja sedang mengerjainya. Xena langsung duduk di sofa dan mengambil HP-nya di dalam tas. Ia mengirim pesan kepada Jonatahan agar lebih cepat.

To : Jonathan
Joe, lo udah di mana? Buruan.
Sent

Beberapa detik kemudian, Jonatahan membalas pesannya.

From: Jonathan
Sepuluh menit lagi nyampe, Xen. Tadi ada masalah dikit sama Andro.

Xena mengerutkan alis membaca pesan balasan dari Jonathan.

"Masalah sama Andro?" Gumamnya bingung. Ia akan menanyakan hal ini nanti.

Tiba-tiba Xena mencium bau tidak sedap. Seperti bau amis, alkohol, busuk dan yang lainnya.

"Huek! Bau apaan nih," Xena kepingin muntah mencium bau itu.

Xena kemudian berlari menuju toilet. Ia sungguh tidak tahan dengan bau yang sangat menyengat dan tidak sedap itu. Samar-samar ia  mendengar suara pintu yang di buka. Itu pasti Joe, pikir Xena.

***

     Namun saat Xena keluar dari toilet, ia melihat seorang perempuan yang duduk di sofanya. Xena menyipitkan mata mencoba melihat lebih jelas siapa perempuan itu. Tapi karena lampu yang tidak terlalu terang, sosok itu jadi tidak jelas.

Xena pun berjalan mendekati perempuan itu. Perempuan itu memakai gaun berwarna hitam selutut, juga aksesoris flower crown di kepalanya. Xena tersenyum lebar melihat kunjungan sahabatnya itu.

MONIQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang