Part 13

3K 121 0
                                    

Setelah selesai berkemas Ali merasa tubuhnya lemas. Entah karena capek atau karena perbincangannya dengan Pak Purnama pagi tadi.

Impiannya untuk meminang seorang gadis seakan lenyap seketika.

Disandarkannya tubuh tegapnya itu ke kursi kerjanya. Matanya mulai terpejam namun pikirannya mengusik tak memberi waktu untuk beristirahat.

Berdalih mungkin jika ia menutup matanya akan menghilangkan penat. Namun justru memperjelas bayang-bayang gadis pilihan hatinya itu. Terukir pula wajah Umi dan Abinya.

Apakah Ali harus mengikuti hatinya untuk menentukan masa depannya bersama gadis itu atau membahagiakan kedua orang tuannya.

Mengingat selama ini dirinya belum sekalipun membahagiakan Umi dan Abinya.

Gadis itu telah merubah perasaan yang Ali miliki untuk seseorang di masa lalunya.

Seseorang yang sering ia ceritakan kepada teman satu kamarnya sewaktu di pondok. Kepada Ustad Fajar dan Qomar.

Ali sadar dengan perkataan perempuan di masa lalunya. Ali lebih memilih Cinta tak harus memiliki. Cukup melihatnya bahagia. Astaghfitullah. Cinta itu tak seharusnya Aku miliki untuk yang belum HALAL. Pikir Ali.

      ..

Pemandangana ini memang sudah biasa di lihat. Hanya yang membedakan Dia bernyanyi di atas panggung. Di depan banyak orang yang sedang menanti acara perpisahan kelas dua belas.

Sementara kelas dua belasnya hanya duduk manis menyimak suguhan yang diberikan adik-adik kelasnya.

Perempuan itu menatap intens pria yang sedang menyanyikan lagu Bidadari surgaku. Ia berharap suatu saat nanti bisakah dia yang menjadi bidadari itu?.

Lain dengan seseorang yang terlihat sendu. Pikirannya kacau. Apalagi hatinya.

Perempuan yang ada di depannya itu sungguh bahagia. Namun bukan karena dirinya tapi karena laki-laki yang berada di atas panggung itu.

"Bila." Pria itu memberanikan dirinya untuk menyapa lebih dulu.
Merasa ada yang memanggil perempuan itu menoleh ke belakang.

"Eh tsar, ada apa?". Tanyanya menoleh ke bangku di belakangnya.

"Apa kita bisa bicara. Sebentar saja".

" Yah tentu. Tapi bolehkah setelah Oky selesai tampil?". Pertanyaan itu keluar seperti sebuah permohonan.

"Hemm". Gumaman kecil diiringi sedikit lengkungan di bibirnya cukup sebagai jawaban.Boleh. Tapi hatinya terasa nyeri. Bukan ini yang diinginkannya.

Sesuai kesepakatannya tadi dengan Bila. Setelah Oky selesai bernyanyi Altsar dan Bila langsung menuju depan Aula.

"Ada apa tsar?"tanya Bila langsung setelah duduk di Aula. Alstar dan Bila duduk berjauhan. Namun masih terjangkau suaranya jika berbicara.

"Aku tau ini pertanyaan konyol dan tidak penting. Tapi aku mohon jawablah". Altsar menghembuskan nafas nya berat."Apa kau mencintai Oky?".

Seketika Bila tergagap karena mendengar pertanyaan itu. Mengapa tiba-tiba Alstar membahas ini. Ini jauh dari perkiraannya berfikir mungkin Altsar akan menanyakan dimana dia akan kuliah atau jurusan apa yang akan ia ambil.

"Mengapa kau menanyakan ini tsar?"

Hening

"Tapi baiklah. Aku akan menjawabnya sesuai permintaanmu. Sebelum aku mengatakannya aku akan memberitahu pada mu. Aku tidak pantas mencintai seseorang di dunia ini. Aku harus menguatkan prinsip ku. Cinta ku hanya untuk Allah dan Rosulullah. Lalu orangtua dan saudaraku. Mungkin aku akan mencintai orang lain setelah dia menjabat tangan ayahku dan mengikrarkan janji suci untukku. Oh ya tentang pertanyaanmu tadi. Oki adalah orang aku sukai. Tapi aku belum mencintainya. Seperti yang aku katakan sebelumnya".

..

Mungkinkah dia sudah menikah? Ah lupakan Ali pikirkan Umi,Abi, Pak purnama dan gadis itu.

" Aaaww...."

Ali mengelus jidatnya yang baru dilempari sebotol air mineral. Ali berfikir sejenak. Selama bekerja di sini belum pernah Ali mengalami kejadian horor seperti ini. Masa iya botol melayang sendiri. Ini kan masa modern bukan nenek moyang lagi. Pikirnya

"Dari mana nih benda?masa iya ada setan di ruangan ini?" Ali mengambil botol itu lalu diamatinya sambil fi goyang-goyang. Lama, sampai suara dengusan terdengar.

"Hahh..sialan loe pikir gue hantu gitu".

Suara laki-laki di ruangan itu membuat Ali menoleh ke sumber suara.

"Sejak kapan loe di situ?".

"Sejak loe ngelamun ngga jelas". Jawabnya enteng."Loe mau pergi? Kemana?" Sambunya saat di mejaku ada dua kotak besar terisi penuh.

"Gue mau berhenti dulu untuk beberapa bulan ke depan? Loe tau kan yayasan yang di Solo itu. Nah gue harus ngambil alih itu semua. Lagian gue juga ngga tega kalo liat Abi terlalu lelah bekerja?".

"Ooh...iya juga sih".

"Eh. Gimana keadaan nenek loe".

"Udah siuman. Dari minggu lalu nenek gue koma. Giliran udah bangun langsung nyuruh gue nikah saat itu juga. Gue bener-bener di buat gila waktu itu".

"Jadi?".

"Jadi apa?".

"Jadi loe udah nikah?". Tanya Ali antusias.

"Udah". jelasnya dengan muka datar.

"Apa!".

................

Assalamaualaikum akhi ukhti.

Cinta Halal AltsarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang