3[Jodoh Terindah]

6.3K 162 6
                                    

~Happy Reading~
“Hidup ini sebenarnya SEDERHANA.
Hanya saja kita yang merumitkannya dengan RENCANA.”

Aku terdiam disamping pintu mobil Ayah, memandang langit biru yang cerah.

Entah mengapa waktu seakan cepat sekali berjalan. Seperti baru 5 menit yang lalu aku bangun dan sholat Subuh, tapi sekarang jam yang melingkar ditangan kiriku sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB.

“Barang kamu cuma ini, Ran?” 

Aku sedikit tersontak meski Ayah bertanya dengan nada normal.

“Ayah tadi tanya apa?”

“Kamu ngelamun ya?”

Aku menggigit ujung bibirku dan tersenyum malu.

“Kiran kau ini....” Ayah mencubit pipiku.

“Sudah Ayah, sudah!” Ucapku yang berusaha melepaskan tangan Ayah yang tentu saja tidak menyakitiku.

Ayah melepaskan tangannya dan tersenyum puas.

“Tadi Ayah tanya, barangmu cuma ini apa masih ada lagi?” Ayah mengulangi pertanyaannya.

“Di dalam masih ada 1 koper, Yah. Kiran ambil dulu ya?”

Aku pun berlari masuk kedalam rumah.

“Cepet ya, Ran. Panggil Kanaya dan Bunda juga nanti terlambat!”

Teriakan Ayah masih terdengar cukup keras saat aku berada diruang tamu yang berjarak 15 M dari mobil Ayah.

Aku pun segera mengambil koper terakhirku dan bergegas kembali ke mobil.

Aku teringat sesuatu saat berjalan melewati kamar Kanaya, dan membuka pintu kamar namun hanya sepi yang yang ada.

“Nay? Naya, buruan nanti telat lagi!”
Karena tidak ada jawaban aku masuk dan melihat kedalam kamar mandi.

“Bunda? Nay?"

Tapi dikamar Naya memang tidak ada orang.

“Bunda sama Naya kemana sih? Tadi kan waktu aku masuk ambil koper, masih ada didalam. Sekarang kemana ya, kopernya juga udah gak ada?”

Aku memutuskan untuk menemui Ayah di depan dan memberitahu bahwa Bunda dan Kanaya tidak ada dikamar.

Tapi ternyata Ayah juga tidak ada diluar. Pintu mobil yang tadinya terbuka juga tertutup.

Aku mencoba melihat kedalam mobil, dan hasilnya tidak ada siapapun didalam.

Tiba-tiba ada setangkai bunga mawar datang dari belakangku.

“Adam, kamu disini?” Tanyaku saat mendapati Adam berdiri dengan mawar yang disodorkan padaku.

Adam tersenyum memperlihatkan rangkaian giginya yang putih dan rapi, “Apa aku membuatmu terkejut Kirana?”

Aku menggeleng, “Pekerjaanmu?”

“Papa mengizinkan aku mengantarmu ke Bandara. Kau tidak mau menerima mawar ini?”

Jujur saja, aku lupa kalau Adam sedari tadi menyodorkan mawar merah itu padaku.

Aku menerima bunga harum itu dan mendekatkannya kehidungku, “Wangi sekali.” Ucapku setelah menikmati harumnya sang mawar merah.

“Dam, kamu tahu Ayah, Bunda, sama Naya dimana gak?”

Adam mengangguk yang aku artikan bahwa dia mengerti dimana Ayah, Bunda dan Kanaya berada.

“Mereka dimana, Dam?” Tanyaku antusias.

“Mereka sedang ke Bandara.”

“Apa?”

“Kamu kayaknya beneran harus ke THT deh, Ran. Tadi juga Om Reno bilang kamu gak denger apa yang Om Reno katakan.” Ejek Adam.

Aku menghela nafas, “Mereka ke Bandara tanpa aku? Yang mau pergi kan aku sama Naya, tapi aku malah ditinggal?”

Adam tertawa.

“Lucu, Dam?” Tanyaku sedikit kesal karena Adam tertawa disaat yang bukan hanya kurang tepat, tapi sangat sangat sangatlah tidak tepat.

Adam pun berusaha dengan susah payah untuk menghentikan tawanya.

“Mereka naik taksi?”

“Enggak, naik mobilku. Ayo, pasti mereka sedang menunggu kita!”

Adam pun berjalan membukakan pintu mobil untukku, tapi aku belum bergerak 1 inci pun.

“Ran? Ayo, kamu gak mau ketinggalan pesawat kan?”

Dengan segera aku masuk ke mobil.

Adam mulai menghidupkan mesin mobil Ayah dan berangkat menuju Bandara.

“Apa Bunda dan Ayah merencanakan semua ini? Andai saja aku bisa menjalani hidupku dengan sederhana tanpa rencana rumit perjodohan ini.” Batinku

Jodoh TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang