~Happy Reading~
Orang bilang tak ada yang lebih tau isi hati seseorang selain dirinya sendiri. Tapi jika dirinya sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan, maka ia harus bertanya pada siapa?
"Kirana!" Seru Eyang dan langsung memelukku erat.
Aku terlarut kedalam pelukan hangat Eyang, pelukan yang sudah sangat aku rindukan karena berpisah selama 4 tahun.
"Ehem ehem.." Suara dahak Naya yang jelas sekali hanya dibuat-buat.
"Kirana kange sama Eyang." Ucapku saat Eyang meepaskan pelukannya.
Eyang tersenyum, senyum manis yang juga ku rindukan.
"Ayo kita pulang sekarang!" Ajak Eyang, "Rama." Panggil Eyang sambil menengok ke belakang.
Rama pun menghadap Eyang yang ada disampingku, "Inggih Eyang."
"Kita pulang sekarang saja. Mobilnya diamana?" Tanya Eyang.
"Inggih Eyang, mobil ada disana. Monggo." Ucap Rama dengan mengarahkan ibu jarinya.
Eyang mengangguk perlahan.
"Itu koper sama barang-barang tolong dibawa! Ayo Kirana, Naya kita duluan saja."
Eyang, Kanaya, dan aku berjalan menuju mobil. Tapi karena ku fikir Rama akan kesulitan membawa semua koper dan barang-barang. Aku minta izin kepada Eyang untuk membantu Rama. Dan Eyang mengizinkanku.
Tapi sampainya disana aku justru tertawa.
"Kiran?" Ucap Rama ketika menyadari keberadaanku.
Jujur saja aku sulit menghentikan tawaku ini.
"Kenapa?"
Aku meggeleng, "Tidak, tidak ada apa-apa." Jawabku masih dengan tawa.
"Lalu kenapa kau tertawa?"
Aku mengambil salah satu tas di tangan kanan Rama, "Kau ini terlalu memaksakan diri."
"Apa maksudmu?"
Kali ini aku mengambil salah satu tas yang ada di tangan kiri Rama.
"Apa yang kau lakukan, Kiran?"
"Ram, kau ini bukan superhero yang bisa membawa semua barang ini. 2 tas di tangan kiri, 2 tas tangan kanan, dan 2 koper ini mau kau apakan?"
Rama sangat terlihat bingung, aku tahu dia sendiri sebenarnya juga kesulitan membawa semuanya.
"Ayo!" Ajakku dan berjalan di depan Rama.
Karena aku merasa Rama hanya mematung, aku menengok kebelakang. Dan benar dugaanku.
"Apa perlu aku bantu bawa lagi?"
Rama tidak menjawab pertanyaanku, dia langsung membawa barang yang tersisa dan berjalan di belakangku.
"Terima kasih." Ucapnya saat berada disampingku.
Aku tersenyum, "Ingat, kita masih sahabat. Jadi jangan sungkan untuk meminta bantuan."
Rama mengangguk mengerti dan membalas senyumanku dengan senyum hangat.
Tapi senyum itu terasa aneh di mataku. Aku pun membuang pandanganku ke lantai.
"Ayo, Eyang dan Kanaya pasti sudah menunggu." Ucapku dan berjalan dengan tergesa-gesa.
Aku tak yakin apa yang sebenarnya aku rasakan, tapi nafas ini bergitu memburu dan hati terasa begitu sesak.
"Apa ini? Kenapa aneh saat menatap senyumnya? Pertanda apa ini?" Tanyaku dalam batin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terindah
RomanceAyah, putri kecilmu ingin membahagiakanmu. Dengan tidak meremehkan pilihan Ayah, dengan menyetujui perjodohan ini. Yang aku tahu, jodoh terindah itu tersembunyi. Terhijab oleh sang mata kasar. Tetapi, ia ada dalam penilaian dan aturan Allah SWT. Yan...