~Happy Reading~
Aku tidak tahu mana yang lebih baik,
dicintai seseorang atau mencintai seseorang.Aku tengah duduk di salah satu dari sekian banyak bangku putih ditepi taman kota. Kedua bola mataku tengah asik menjelahi sebuah buku yang ada dipangkuanku.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengambil buku itu, “Buku apa ini?” tanyanya sembari membolak-balikkan halaman buku bersampul merah.
“Adam!” Seru ku pada lelaki berjas hitam itu.
“Kenapa? Aku hanya ingin melihat, buku apa sedang kau baca.”
Aku berdiri dan berusaha meraihnya, tapi Adam justru memainkannya. Menaikkannya, jelas saja aku kesulitan untuk mengambil buku itu karena badanku tidak setinggi Adam.
“Makanya Ran, kalau pendek itu pakenya hight hell.” Ledek Adam.
Aku hanya diam dan duduk membelakangi Adam.“Ran? Marah ya?”
“Perlu aku jawab pertanyaan kamu, Dam?” jawabku dengan nada datar.
Adam duduk disampingku dan mengulurkan buku yang tadi ia ambil dariku. Tapi aku hanya diam, tangan ini serasa malas sekali menerima uluran buku itu.
Adam menghela nafas, “Apa salah jika aku ingin sedikit bermain dengan calon istriku?”
Perkataan Adam mebuat ingatanku melayang.
Hatiku bergetar saat aku mengingat kejadian 3 bulan yang lalu, saat Adam datang membawa sebuah lamaran yang Ayah terima.
“Ran? Kiran?” Adam melambaikan tanganya didepan wajahku menyadarkanku dari lamunanku.
Aku sedikit terkejut, “Ayo pulang!”
Tanpa menunggu jawaban dari Adam, aku berdiri dan mengambil tas yang tergeletak disamping Adam. Dan Adam berjalan dibelakangku tanpa suara.“Silahkan masuk.” Kata Adam sembari membukakan pintu mobil untukku.
Disepanjang perjalanan aku hanya terdiam, kalimat Adam masih terngiang.
“Kau jadi pergi ke Jogja?” Tanya Adam membuka pembicaraan diantara kami.
Aku hanya mengangguk.
“Jam berapa kau berangkat?"
“Jam 8 pagi, jam 8 aku sudah harus tiba dibandara.”
“Maaf, aku belum tahu apa aku bisa mengatarmu ke bandara.”
Aku kembali menjawab dengan mengangguk.
“Sampaikan salamku pada Galuh, kau akan menemui Galuh disana. Ya kan?”
Aku mengangguk, “Ya. Akan ku sampaikan.”
Semua percakapan terasa hambar. Meskipun Adam sedang membahas rencana kepergianku ke Jogja yang sangat aku tunggu-tunggu.
Mobil putih itu berhenti di depan rumah bertingkat dan bercat coklat.
“Maaf, Dam. Tapi sebaiknya kau pulang, aku ingin sendiri.”
Kali ini aku keluar tanpa menunggu Adam membukakan pintu mobilnya.
“Terimakasih sudah mengatarku, Dam.”
“Assalamu’allaikum.”
“Wa’alaikumusslam wa rahmatullahi wa barakatuh.”
Aku menunggu mobil Adam hilang di perempatan jalan, setelah itu aku baru masuk.
“Tadi Bunda dengar suara mobil, apa itu mobil Adam, Ran? Kenapa kau tidak menyuruhnya masuk dulu?” tanya Bunda.
Aku tidak menggubris ucapan Bunda, aku langsung masuk ke kamar.
Kanaya yang baru keluar dari kamarnya terlihat bingung dengan sikapku “Kak Kiran kenapa, Bun?”
“Entahlah.”“Jangan-jangan bertengkar sama Kak Adam, Bun.”
“Bunda juga gak tahu, Nay. Tapi semoga saja tidak ada masalah dalam hubungan Kiran dan Adam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terindah
RomansaAyah, putri kecilmu ingin membahagiakanmu. Dengan tidak meremehkan pilihan Ayah, dengan menyetujui perjodohan ini. Yang aku tahu, jodoh terindah itu tersembunyi. Terhijab oleh sang mata kasar. Tetapi, ia ada dalam penilaian dan aturan Allah SWT. Yan...