~Happy Reading~
Skenario Allah pastilah selalu indah pada waktunya, walaupun kita tidak pernah mengetahuinya.“Eyang mana, Kak?”
“Kak Kiran juga gak tahu, Nay. Ini juga lagi di cari.” Jawabku yang masih sibuk mencari Eyang diantara banyak orang disini.
Aku dan Naya sudah berdiri di tempat ini sejak 30 menit yang lalu. Namun, aku dan Naya belum juga menemukan apa yang kami cari.
“Kak itu dia, disana!” Seru Naya.
“Yang mana, Nay?”
Aku masih belum melihat apa yang Naya lihat.
“Itu, di arah jarum jam pukul 3.” Jelas Naya dengan jari telunjuknya.
Seketika senyumku merekah ketika mengetahui siapa yang Naya maksud.
“Kak Rama! Disini!” Seru Naya sambil melambai-lambaikan tangannya.
Lelaki itu menyadari keberadaan kami, dan berjalan mendekat.
“Kak Rama lama banget sih, capek tahu!” Keluh Naya saat Rama berada tepat di hadapan kami.
Rama tersenyum, “Maaf ya, habisnya udah lama gak kesini.”
“Eyang mana, Kak?”
“Itu, duduk disana.” Ucap Rama yang menunjukkan jarinya kearah sebuah kursi kayu tak jauh dari tempatnya tadi berdiri.
Naya mengangguk tanda mengerti.
“Naya kesana ya, Kak?”“Iya.” Jawabku dan Rama bersamaan.
Karena pertanyaan Naya yang mengambang. Yang hanya menggunakan kata Kak tanpa subjek.
Yang membuat keadaan menjadi sedikit canggung.Naya tersenyum, “Naya kesana duluan yaa.”
Tanpa menunggu jawaban karena aku dan Rama hanya terdiam, Naya langsung pergi. Dan hanya menyisakan aku dan Rama.
Beberapa detik kemudian Rama memandangiku, seakan baru menyadari keberadaanku.
“Kirana?”
Aku mengangguk masih dalam keadaan tertunduk.
“Lama tidak bertemu ya?” Tanyaku memberanikan diri membuka percakapan.
“4 tahun, 4 tahun kamu tidak bergunjung kemari.”
Aku hanya tersenyum, entah mengapa sulit sekali bersuara.
“Ku kira kau tidak akan kemari lagi.”
Kalimat itu membuatku berani memandangi wajah Rama. Meski tidak ada sepatah kata pun yang keluar.
Hening kembali terasa sampai Rama kembali berkata, “Mari, Eyang pasti sudah menyusul.”
Tanpa perintah, Rama mengambil koper yang Naya tinggalkan. Dan satu tangan yang lain mengambil koper milikku.
“Mari!” Ajak Rama.
“Aku pasti kembali, ada hal yang tertinggal disini. Yang masih mengganjal dihati.” Ucapku kepada Rama yang telah berjalan 5 langkah di depanku.
Setelah mengucapkan kalimat itu aku kembali tertunduk.
“Apa yang baru saja aku ucapkan? Dan kenapa aku harus bicara?”
Sesalku dalam hati.“Mau disini sampai kapan?” Tanya Rama yang entah sejak kapan berdiri disampingku, “Ayo!” Lanjutnya.
Aku pun mengangguk, dan Rama kembali berjalan di depanku.
“Aku akan bantu mencarikan hal yang tertinggal itu, tapi setelah kau berhenti mematung disana. Ayo?” Ajak Rama kembali.
Aku tersenyum, “Yang aku tau, kita dapat bertemu lagi itu karena Allah. Dan skenario Allah pastilah selalu indah pada waktunya, walaupun kita tidak pernah mengetahuinya.” Batinku.
Aku pun berjalan tepat di belakang Rama. Dan dari kejauhan aku bisa melihat Eyang dan Naya yang tengah duduk tertawa disalah satu kursi kayu disudut bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terindah
RomanceAyah, putri kecilmu ingin membahagiakanmu. Dengan tidak meremehkan pilihan Ayah, dengan menyetujui perjodohan ini. Yang aku tahu, jodoh terindah itu tersembunyi. Terhijab oleh sang mata kasar. Tetapi, ia ada dalam penilaian dan aturan Allah SWT. Yan...