~Happy Reading~
Biarlah semua berjalan apa adanya. Berlalu dengan semestinya. Dan berakhir dengan seharusnya.
Adzan subuh menggema menembus kabut dan embun pagi. Panggilan Illahi yang menyapa seluruh makhluk termasuk binatang di kanan kiri rumah ini.
Suara parau seorang muadzin tua yang merdu membangunkanku.
"Nay, bangun ayo ke masjid!" Ajakku dengan terus menggoyang-goyang tubuh adikku.
Seorang gadis yang sangat susah dibangunkan, Bunda saja sudah menyerah bila harus membangunkannya.
"Kirana? Naya?"
Suara Eyang terdengar disela-sela suara ketokan pintu.
"Iya Enyang, Kirana keluar." Jawabku singkat.
Aku pun turun dari ranjang empuk yang telah berhasil menjerat Naya untuk tetap tinggal disana.
"Aku ke masjid ya, Nay. Bangun gih terus sholat!" Ucapku sebelum benar-benar keluar dari kamar.
Aku dan Eyang berjalan beriringan menuju masjid yang jaraknya tak terlalu jauh.
Sesekali aku juga menarik nafas dalam-dalam, mengisi paru-paruku ini dengan udara bersih yang sangat sulit didapatkan di Jakarta.
Suara merdu terdengar kembali dari masjid yang sudah tampak didepan mata. Aku dan Eyang mempercepat langkah.
"Itu Rama?" Tanyaku tak percaya.
Eyang mengangguk menyakinkan.
Sementara aku masih menatap tak percaya bahwa yang sedang berdiri menyerukan panggilan iqomah yang begitu nyaman terdengar.
Setelah selesai iqomah, tak sengaja Rama melihatku yang masih belum percaya.
Senyum di wajah Rama membuatku gelagapan, entah pipi ini berubah merah atau tidak.
*****
"Ayo, Ran!" Ajak Eyang.
"Eyang, apa boleh Kiran tinggal disini sebentar?"
Eyang mengangguk mengizinkan, dan kemudian pulang.Aku duduk dibarisan paling belakang, ku sadarkan punggungku di dinding masjid.
"Akankah aku bisa menjalani semuanya? Apakah pilihanku untuk menerima keputusan Ayah itu sudah benar? Apakah keputusan Ayah akan menjadi baik untukku? Akankah terwujud dan menjadi seperti yang Ayah inginkan? Dan..." Pertanyaan dalam hatiku ini menggantung.
Aku menengadahkan kepalaku, "Dan bagaimana jika aku tidak bahagia?" Lanjutku yang kali ini bersuara.Ku pejamkan mata ini, entah mengapa kepala ini terasa berat sekali.
Ku buka mataku, dan kudapati tetesan cairan berwarna merah ada dalam pangkuan mukenahku.
Dan tak lama setelahnya pandanganku berubah buram dan menjadi gelap seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terindah
RomantikAyah, putri kecilmu ingin membahagiakanmu. Dengan tidak meremehkan pilihan Ayah, dengan menyetujui perjodohan ini. Yang aku tahu, jodoh terindah itu tersembunyi. Terhijab oleh sang mata kasar. Tetapi, ia ada dalam penilaian dan aturan Allah SWT. Yan...