A/N : aaaaaaaaaa... emang ya.. feedback powers itu, emang terbukti ada. Tanpa ada koment atau vote dari 'kalian' *(baca:orang yang bukan silent reader) . Mungkin Chapter ini, gak akan terbit hari ini. Tapi di luar dugaan, gue bisa nge-update sekarang juga. Semoga ini gak menegcewakan, thanks dan Pokok nya aku terharu banget, for what you've done to me.
For the next chapter, gue akan dedikasi'in buat reader yang bisa nebak cerita ini tentang gimana yang akan terjadi selanjutnya, minimal mau ngasih feedback dan gak jadi silent reader lah gituh. ^^
Silahkan di play lagu di samping, sambil baca. Stop and stare by One Republic
sekali lagi, thanks berat buat semua yang udah voment dan baca sampai ke part ini, love you <3
Sincerely
-Author amatiran yang gak suka silent reader-
******************************************************
Martin berdeham saat memasuki kamar Ghozi, dan mendapati Ghozi tengah berbicara dengan foto itu lagi. Ghozi segera memasukkan foto itu ke dalam laci meja belajarnya, dan memutar badannya untuk melihat siapa yang masuk begitu saja ke kamarnya, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Ghozi tampak menghela napas lega, tapi bukan berarti Ia senang kepergok oleh Martin, tentang kenyataan bahwa Ia masih sering melakukan hal yang menurut temannya itu aneh, yaitu -berbicara dengan foto Keira-.
"bisa kali ketuk pintu dulu sebelum masuk." protes Ghozi, sambil melirik Martin dengan sinis.
Martin tertawa mendengar protes temannya itu, "gue jauh-jauh dateng mau lihat lo udah sembuh dari semua hal tentang Keira, bukan buat ngeliat lo masih suka ngomong sama fotonya," cibir Martin, lalu bergerak meletakkan bokongnya di sofa kecil dekat jendela.
Ghozi diam mematung, sementara matanya mendelik ke arah Martin, ucapan Martin barusan seperti mulut harimau yang telah menerkam seekor mangsa, dan menelannya hanya dibagian kepala, lalu mangsanya itu mati kehabisan napas, dan tidak bisa bergerak lagi.
Itulah posisi Ghozi sekarang, berkali-kali dia menyangkal, tapi pada akhirnya terpegok dengan jelas bahwa dia bohong. Ghozi bohong, tentang perasaanya sendiri. Puluhan cewek seksi, dari model muda sampai teman sekolah nya sendiri yang paling sempurna dari segi fisik nya sekali pun telah Ia pacari, selama dua tahun terakhir. Tapi hatinya tetap pada satu titik, diam dan tidak mau bergerak, Keira Ghozi telah terperangkap dengan cewek itu, hati nya telah di kunci untuk cewek itu. Dan gawat nya, kunci nya itu hilang, entah di bawa Keira, atau Ia sendiri yang menyimpannya.
"woy, kenapa lo !" panggil Martin keras, dan menyadarkan Ghozi dari lamunannya. "muka lo kayak orang ketakutan gitu liat gue." desis Martin.
Ghozi mendesah, dan membuang wajah nya ke sudut lain. "Lo gak akan percaya ini." desah Ghozi, nyaris berbisik.
Martin yang sedari tadi menyenderkan badannya di sofa, merubah posisi duduknya tidak nyaman melihat kelakuan temannya itu, "percaya apa ?" tanya Martin cowok yang berdarah Turki-Indo itu menautkan kedua alis nya bingung.
"Keira, gue gak pernah ngerti apa maunya dan apa tujuannya. Dia pergi ninggalin gue, dan sekarang dia datang lagi dengan identitas dan sifat yang lain. Gue..." Ghozi, diam sejenak ragu untuk melanjutkan, "Gue gak percaya harus ngomong ini, Gue.." Ghozi tertawa getir, disertai dengusan sarkastik.
"lanjutin.." titah Martin serius.
"gue ngerasa takut." ucap Ghozi, akhirnya berhasil melontarkan kata 'takut', yang sedari awal ingin terlontar saat Ia melihat Keyla, sosok lain yang memiliki ciri fisik yang sangat amat mirip dengan Keira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Beside You
Teen FictionSaat pertama kali melihat Ghozi, Keyla berpikir bahwa semua hal yang baik ada di diri Ghozi. Tapi menurut Ghozi, semua hal yang buruk ada di diri Keyla. Pada awalnya, Keyla sangat kagum dan menyukai Ghozi, Ia berusaha mencari tahu bagaimana Ia bisa...