Enemy Beside You - Rahasia kecil

4.3K 235 11
                                    

Dio tertawa geli, mendapat tatapan sinar laser dari Hillary.

"aduhh Hil, gue bisa gosong kalo diliatin lo terus kayak gitu."

"lo ngapain sih kesini ? tau dari mana gue ada di sini ?"

"apa sih yang seorang Dio gak tau." ledek Dio, meniru gaya bicara Hillary yang biasanya.

Hillary mendesah, "mending lo balik aja deh yo, ke jakarta urusin sekolah lo. Jangan kayak gue."

"lah emang sekolah lu kenapa?" tanya Dio pura-pura tidak tahu.

Hillary melempar bantal sofa ke wajah Dio kesal, "are you fu*king kidding me ? or do you want to see me dying ?"

Dio melangkah menuju Hillary duduk sambil menenteng bantal sofa yang menimpa wajah nya tadi.

Hillary menunjuk wajah Dio, sebelum Dio berhasil mendekat, "don't you dare to take a more step closer, gue gak mau lo ketularan."

Dio memutar bola matanya jengah, "bokap lo dokter, tapi anak nya bego banget yah ! gak mungkin nular lah, kalo cuma duduk satu sofa doang."

Hillary pasrah, dan menggeser duduk nya, saat Dio duduk tepat di sampingnya.

"kok kayaknya lo jijik banget sih, duduk ama gua ?" goda Dio, yang hanya mendapat sambutan ekspresi garang Hillary.

Dio mencolek wajah Hillary yang pucat, kulit nya kering tanpa nutrisi. Jelas, hal seperti ini sama sekali di luar dari gaya Hillary.

Hillary mengusap pipi nya, dan melihat Dio sinis.

"apa lo liat-liat ?" tanya Hillary galak, mulai tidak nyaman di perhatikan oleh Dio.

"Lo sempurna Hil..." bisik Dio.

Hillary tertawa melengking, dan  terdengar dipaksakan "lo buta ?" tanya Hillary sarkastik, "semua orang yang liat gue sekarang, gak percaya kalo gue Hillary, gue sakit Yo !"

Dio menggeleng, "percaya sama gue, lo bisa sembuh. Obatnya pasti ada."

Hillary tertawa sumbang, "jangan bercanda Yo, gue tau penyakit gue ini gak ada obatnya, gue tetep aja bakal mati. Gak ada orang yang bisa selamat melewati penyakit ini."

"Hil... seenggak nya lo harus mau di rawat, dan minum obat buat memperpanjang hidup lo."

"memperpanjang hidup ?" tanya Hillary dingin, "buat apa ?? kalo di dunia ini aja udah gak ada orang yang sayang sama gue."

"lo salah, kita sayang sama lo, Oom Padill, mama lo, gue, orang tua gue, kita semua sayang sama lo."

Hillary menggeleng, "enggak kalian gak sayang sama gue, kalian gak pernah ada waktu buat gue. Kalian semua benci kan sama gue ? Ghozi aja udah gak sudi liat muka gue lagi. Buat apa gue berusaha buat hidup ? kalo semua orang di sekitar gue, pengin gue menghilang dari hidup mereka ?"

Dio memejamkan mata, bingung.

"Lo tau ? Oom Padill sedih liat keadaan lo, dia bilang dia dokter, tapi gak bisa ada buat anaknya yang sakit, dia yang paling menderita sama situasi ini Hil."

Hillary tertawa, tapi air matanya keluar tidak terbendung, "gak mungkin papa peduli, waktu gue minta dia buat ikut dan temenin gue liburan ke Bali aja dia nolak."

"mungkin dia sibuk banget waktu itu. Lo harus paham lah kalau dia itu kan dokter."

"Dan dia juga harus paham lah, kalau gue ini kan anak satu-satunya dia."

Dio menghela napas berat, "trus sekarang mau lo apa ?"

"gue mau disini aja, nunggu waktu gue abis."

Enemy Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang