Keyla berjalan masuk ke rumah nya dengan langkah mengendap-endap, khawatir kalau ibunya melihat dirinya baru pulang tengah malam. Keyla membuka knop pintu kamarnya perlahan, dalam keadaan ruangan yang gelap gulita. Ia bersyukur Ibunya -Lyra- sudah pergi tidur, mengingat semua lampu ruangan sudah mati sekarang.
Ia berjalan masuk ke kamarnya, dan tangannya bergerak meraba dinding untuk menyalakan lampu. Klik ! lampu menyala terang, Keyla terlonjak kebelakang saat melihat Ibunya ternyata sedang berdiri dengan wajah marah, dan tangan bersedekap di tengah kamarnya.
"Kamu tau ini jam berapa ?" tanya Lyra, dingin. Pertanyaan yang akan memulai segalanya pertengkaran mereka berdua.
Keyla mendengus, dan menghambur melewati Ibu nya menuju lemari pakaian untuk mengambil baju ganti.
"Kenapa kamu semakin susah sekali di atur sih Keyla ? Ibu gak pernah bisa ngerti gimana caranya mendidik kamu." Lanjut Lyra.
Keyla beringsut menghindari tatapan Ibu nya, dan melepas tas punggungnya, ke lantai "Keyla capek Bu, mau tidur. Please besok aja di bahas nya."
Lyra tertawa hambar, "kamu pikir Ibu gak capek menghadapi kamu ? Ibu bisa gila, kalau kamu terus-terusan kayak gini. Kamu gak tau betapa cemas nya Ibu nungguin kamu pulang, Ibu juga udah nelpon kamu berkali-kali tapi gak aktif. Kamu ini kenapa ?"
Keyla melirik handphone yang berada di saku bajunya, Ia menggigit bibirnya gelisah, begitu ingat kalau handphone nya jatuh dan pecah, saat bertengkar dengan Ghozi tadi siang di kelas. Ia merutuki nasib sial nya hari ini bersama Ghozi, mulai dari di handphone nya yang jatuh dan pecah karna berkelahi dengan Ghozi, di hukum dengan Ghozi, Pergi ke restoran Seafood dengan Ghozi, dan terjebak di rumah sakit dengan Ghozi. Kalau Ia bisa memilih antara mati sekarang atau nanti, Keyla benar-benar berharap nyawa nya diambil sekarang saja.
Lyra menatap anak nya itu frustasi, Ia nyaris menyebutkan nama Keira lagi untuk dibandingkan dengan Keyla, tapi Ia ingat kalau Keyla membenci itu. "Keyla, ibu berharap banyak sama kamu. Tolong jangan di ulangin lagi." ucap Lyra lembut.
Keyla menatap Ibu nya sekilas, dan membuang muka, meski Ia tidak mengerti mengapa Ibunya tidak jadi menghujamnya dengan ribuan kata pedas. Ia tetap tidak ingin melihat mata Ibunya, "Keyla mau tidur, please" tukas nya lirih.
Lyra berangsut maju, memeluk Keyla "Ibu punya perasaan gak enak dari tadi, dan Ibu bersyukur kamu pulang dalam keadaan sehat."
Lyra melepaskan pelukannya, dan berjalan menuju pintu untuk keluar, namun Ia berbalik untuk menoleh lagi, "handphone nya tolong di aktif'in ya Keyl, biar gampang di hubunginnya. Ibu mohon." pinta Ibu nya lembut, dan berbalik pergi.
Keyla masih terpaku dengan apa yang baru saja terjadi, Ibunya memeluk nya (?) yang benar saja. Apa Ia bermimpi ? sudah lama Ibu nya tidak memeluknya hingga 4 tahun terkahir ini. Dan rasanya sekarang seperti mimpi.
*
Keyla berjalan masuk melewati gerbang sekolah, tidak datang terlalu siang juga bukan terlalu pagi. Tapi Ia sudah melihat murid yang berlalu lalang melewatinya. Ia menggeser tatapannya menuju sebuah panggung yang berdiri di tengah lapangan dalam sekolahnya. Matanya membulat melihat panggung itu, Ia tidak tahu acara apa yang akan terjadi di sekolahnya.
"Hai !" seru Keyko, dari belakang merangkul Keyla akrab.
"jangan kaget gitu donggg." ledek Keyko, melihat wajah bingung Keyla.
"ada acara apa sih ini ?" tanya Keyla.
Keyko mengibaskan rambutnya, sebelum menjawab "makanya, jangan buat masalah mulu. kebanyakan di hukum sih loo. Jadi informasi sekolah gak tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Beside You
JugendliteraturSaat pertama kali melihat Ghozi, Keyla berpikir bahwa semua hal yang baik ada di diri Ghozi. Tapi menurut Ghozi, semua hal yang buruk ada di diri Keyla. Pada awalnya, Keyla sangat kagum dan menyukai Ghozi, Ia berusaha mencari tahu bagaimana Ia bisa...