7. Yang Kutahu Cinta Itu Indah

21 2 0
                                    

Aleta sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan selama 2 hari, yaaa karna ia terus bersikeras untuk pulang dan selalu mengatakan ia baik-baik saja. Mereka semua berjalan menuju mobil, Aleta, Alena, berserta kedua orang tuanya, Mark, Bryan dan juga kedua orang tua Mark, yaa tuan Edward keadaannya sudah lebih baik ia juga bersikeras untuk ikut karna tidak sabar untuk melihat calon menantunya.

Bryan tidak kena marah karna mendapat pembelaan dari Aleta, yaa Aleta terlalu baik sepertinya.

"Kak handphone aku ketinggalan di nakas deh kayaknya." Aleta bergumam.

"Yaudah kakak ambilin bentar yaa." Alena berniat akan melangkah pergi namun Aleta melarangnya.

"Biar aku aja, aku agak nggak yakin juga nyimpennya dimana, kakak bantuin mama aja masukin barang aku kedalam mobil, aku nggak lama kok, biar aku dianter suster aja." Aleta lantas memanggil suster untuk mendorong kursi rodanya, karna Aleta masih merasa lemas jadi dia menggunakan kursi roda.

"Tunggu sus, Kearah sana dulu bisa kan??" Aleta menunjuk salah satu kamar inap, ia merasa melihat seseorang yang amat ia kenal.

"Baik nona." Suster itu menuruti permintaan Aleta dan mendorong kursi rodanya menuju kamar itu.

"1 ..... 2 ...... 3 ..... Dst." Dalam hati Aleta menghitung langkah suster yang mendorong kursi rodanya, jantungnya berdegup sangat kencang.

"Enggak, pasti aku salah liat!!" Aleta terus meyakinkan hatinya.

Ceklek

Detik waktu seakan berhenti berputar, ia melihat Alex mantan kekakasihnya, ralat memang ia masih menjadi kekasihnya karna ia belum mengucapkan sepatah katapun untuk mengakhiri hubungannya, ia terbaring dengan wajah pucatnya.

"Alex." Lirihnya bersamaan dengan air mata yang lolos begitu saja.

"Leta." Alex tersenyum bahagia.

"Leta kamu ada disini??" Stella merasa sangat gugup dan takut.

Aleta menatap Stella dan Alex secara bergantian. "Apa yang kalian sembunyikan dari aku??" Pertanyaan itu lolos dari mulut Aleta.

"Akk---kuu.... Aletaa akuu..." Stella tak tahu harus berbicara apa pada sahabat baiknya itu.

"Suster boleh pergi, ini urusan kami." Aleta turun secara perlahan dari kursi rodanya.

"Nona!!" Pekik suster itu panik.

"Tidak apa-apa sus, suster boleh pergi." Aleta menutup pintunya dengan rapat dan berbalik mendekati mereka berdua.

"Jawab dengan jujur Lex, Stell, aku mohon jangan kayak gini. Aku hancur Lex, Stell." Air mata lagi-lagi lolos dan semakin meluncur deras.

"Leta sebebernya kita...." Perkataan Stella terpotong oleh Alex.

"Stell..." Alex menatap memohon kepada Stella.

"Enggak Lex, loe nggak boleh egois. Leta harus tau semuanya, loe juga nggak bisa jadiin gue tameng terus, loe mau persahabatan kita hancur??" Stella berkata dengan tegas.

"........." Alex bungkam.

"Bukannya gue nggak rela Lex, gue rela dibenci Leta seumur hidup gue gara-gara bohong soal ini, tapi Leta tau keadaan loe sekarang, tanpa gue atau siapapun yang ngasih tau, termasuk loe. Ini takdir dari tuhan, dia harus tau semuanya." Perkataan Stella tak luput dari pendengaran Aleta dan membuatnya semakin tak mengerti.

"........." Alex kembali bungkam.

"Lex, jawab dengan jujur. Apa kalian benar-benar telah menikah??" Aleta berkata dengan berurai air mata.

Love Is Covered In Black Clouds  >{Slow Update}<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang