11.Awal Yang Baik

17 2 0
                                    

Satu malam mereka menginap di apartement Mark, namun sudah ada panggilan dari sang nyonya besar yang tak dapat dibantah.

Aleta dan Mark kini tengah dalam perjalanan menuju mansions keluarga Edward, karna mommy Mark terus menelfon sambil menangis agar mereka berdua tinggal di mansions saja, alasannya ia tak ada teman jika daddynya sedang bekerja. Jadilah mereka harus menurutinya karna tak tega mendengarnya terisak.

Tak ada yang membuka pembicaraan, suasana yang seharusnya menyenangkan bagi pengantin baru namun malah menjadi sangat mencekam seperti di kuburan.

"Mmm Mark boleh mampir dulu disitu??" Aleta menunjuk ke arah toko bunga yang berada di sebrang jalan.

"Hmm" Gumamnya seraya menganggukkan kepalanya.

"Kamu masuk aja, aku tunggu disini." Mark menepikan mobilnya.

Aleta mengangguk dan keluar dari dalam mobil dan memasuki rumah kaca tempat toko bunga tersebut. Leta flowers, papan nama yang terpampang besar di depan toko bunga tersebut.

"Hai Jen..." Sapanya pada salah satu pegawai tokonya itu.

"Eh mbak Leta, udah lama nggak kesini, sehat mbak?? Denger-denger mbak udah nikah yaa?? Selamat mbak." Jenny mengulurkan tangannya, dan Aleta membalas uluran tangan Jenny dengan senyum yang dipaksakan.

Tersenyum adalah satu-satunya yang bisa Aleta lakukan sekarang. Karna ia sendiri tak tau apa yang akan ia lakukan jika orang-orang terdekatnya menanyai soal pernikahannya itu.

"Gimana keadaan toko?? Rame gak??" Aleta mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Seperti biasa mbak, ramenya kalo pagi sama sore aja..."

"Lara nggak masuk??" Tanya Aleta sambil lalu, ia mulai memilih bunga lily putih.

"Kayaknya enggak deh mbak, soalnya kemaren mbak Lara keliatan pucet gitu, terus mual-mual sampe lemes, katanya gak papa cuman masuk angin." Jenny menjelaskan.

"Terus dia ada telfon sama kamu?? Yaa sekedar ngabarin aja kalo dia nggak bisa masuk."

"Enggak ada mbak, nggak tau juga yaa, nggak kayak biasanya mbak Lara kayak gini." Jenny merenung.

Aleta terdiam memikirkan perkataan Jenny, kenapa ia sangat mengkhawatirkan Lara?? Karna ia gadis yatim piatu yang masih duduk di bangku kuliah, ia gadis periang dan terkesan bawel, dan Aleta sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Bahkan biaya hidupnya Lara Aleta lah yang menanggung, ia kenal dengan Lara tepat sebelum toko ini ada, ia mempercayakan toko bunganya ini untuk dikelola oleh Lara.

"Tolong kamu hubungi Lara ya Jen, saya takut terjadi apa-apa sama dia." Aleta terlihat mulai khawatir.

Aleta merangkai bunganya dan membungkusnya dengan rapi menggunakan plastik bening yang sudah di peruntukan untuk membungkus bunga.

"Buat suami mbak??" Jenny terus membuntuti Aleta.

"Jangan mulai deh Jenn keponyaa." Aleta merasa kesal dengan Jenny yang terus menanyainya seperti tersangka sajaa...

"Hehe maaf mbak Leta, kelepasan..." Jenny melengang pergi meninggalkan Aleta, takut jika Aleta sudah berkata seperti itu, bukan apa-apa Aleta memang baik, tapi jika sudah terganggu ia akan mengomel panjang lebar, dan Jenny malas mendengarkannya, jadi ia lebih memilih kabur saja.

Sekedar info, Jenny ini masih duduk di bangku SMA, dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya, karna ibunya sudah tiada dan ia adalah anak tunggal. Biasanya kalau sedang sekolah ia akan mulai bekerja di sore hingga malam hari, namun karna ini masih libur sekolah, maka ia bekerja sift full karna Lara pun tak masuk.

Love Is Covered In Black Clouds  >{Slow Update}<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang