1. Tak Terlalu Buruk

51 5 0
                                    

Aleta turun dari lamborghini merahnya dan melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu masuk mansion keluarga Edward.

Ia dengan sabar menunggu setelah memencet bel.

Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya mengenakan pakaian Maid.

"Pasti nona Aleta kan??" Tanyanya dengan senyuman tulus.

"Benar saya Aleta." Katanya sopan.

"Mari nona sudah ditunggu oleh tuan Mark dan putra tunggalnya den Bryan." Ia mempersilahkan Aleta.

Perkataan maid tersebut membuat langkah Aleta terhenti.
"Putra?!" Sedikit terkejut dengan kenyataannya, Aleta sama sekali tak diberitahu jikalau Mark adalah duda beranak satu.

"Benar nona mari saya antar." Maid tesebut mengajak Aleta dengan sangat sopan, lantas Aleta kembali mengikuti langkahnya.

Apa-apaan ini?!  Dalam hati ia berteriak marah pada kedua orang tuanya yang tak memberitahukan apa-apa padanya. Ia seperti orang bodoh saat ini, dalam waktu 3 minggu ia akan menyandang nama Nyonya Edward demi mimpinya menjadi seorang dokter spesialis jantung yang sangat ia inginkan. Tapi nyatanya ia sama sekali tak mengetahui apa-apa tentang calon suaminya. Akan jadi seperti apa pernikahan ini??

"Itu tuan Mark dan den Bryan nona, saya permisi dulu." Perkataan maid tersebut menghentikan lamunan dan langkahnya. Matanya tertuju pada satu orang yang berada tepat didepanya tengah duduk, dan orang yang ditatap sama seperti dirinya, mereka saling menatap tanpa menghiraukan sekitar, bahkan mengabaikan Bryan yang sedang duduk disebelahnya.

"Hemzt... Jangan maen tatap-tatapan, kayak abg aja!!" Kata Bryan dengan kesal.

"Jaga ucapanmu Bryan dia adalah calom mamamu!!" Katanya dengan tegas.

"Yayaya cuman calon kan? Belom jadi juga kan daddy, udah ahh males mending maen PS yang asikk, disini panas ada nenek sihir." Bryan melengos begitu saja.

"Bryan!!!" teriakan dari orang yang dipanggilnya daddy itu sama sekali tak digubris olehnya.

Saat Mark akan menyusul Bryan Aleta menghentikannya.

"Pak Mark." Aleta mencekal lengan kiri Mark.

Mark menuntut penjelasan dari Aleta.

"Maaf saya tidak bermaksud..." Aleta melepaskan cekalannya dengan perasaan malu.

"Tak apa, tapi mengapa kau menghentikan saya?" Tanya Mark bingung.

"Bukan seperti itu cara mendidik anak pak Mark, dia kelihatannya mempunyai sifat yang sangat keras sepertimu. Mungkin saya sok tau, tapi jika melihatnya dan kau tadi kalian sama-sama keras, jadi takkan ada yang bisa mengalah." Aleta mengambil jeda sedikit.

Sedangkan Mark masih setia berdiri didepan Aleta dengan rasa ingin tahu yang sangat besar.

"Maka hadapilah anakmu dengan kasih sayang dan kelembutan, maka dia akan berbalik menyayangimu. Dan jangan terlalu sibuk mencari uang, karna kebahagiaan anak yang sesungguhnya adalah kasih sayang utuh dari keluarganya." Aleta tersenyum tulus.

Mark menatap kagum wanita yang baru ditemuinya ini.

"Memang kemana perginya mommy Bryan??" Aleta menanyakan itu dengan sangat hati-hati.

"Mommynya meninggal saat melahirkan dia, jangankan kasih sayang darinya, bahkan ia belun sempat merasakan yang namanya ASI." Raut kesedihan terlihat jelas diwajah pria dihadapan Aleta ini.

"Mmm.. Sabar pak Mark." Dengan ragu Aleta mengusap pelan lengan Mark, sedangkan Mark sendiri merasakan sengatan listrik ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Aleta.

Love Is Covered In Black Clouds  >{Slow Update}<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang