2. weekend yang sempurna

11 2 0
                                    

Reyna turun dari lantai dua menuju dapur untuk sarapan mengisi perutnya.

"Pada kemana bi?" Reyna mengeluarkan roti dan minuman yang dia ambil dari lemari makanan.

"Di ruang tamu non!" jawab bi Uti lantas melanjutkan kembali pekerjaannya.

Reyna berjalan menuju meja makan yang jaraknya dekat dengan dapur, lantas memakan makanan yang ia ambil tadi.

Tok tok tok
Suara pintu di ketuk, awalnya Reyna malas membukanya tapi karena tidak ada yang membukanya terpaksa dia harus membukanya.

Reyna menggambil penutup wajah (masker) lantas memakainya dan meletakan ponsel nya di atas meja ruang tengah.

Reyna membuka pintu, lantas bertanya.

"Ya mau cari siapa?" tanya Reyna lembut pada keluarga yang datang bertamu ke rumahnya.

Reihan, salah satu anak yang berkunjung kerumah nya melihat penampilan Reyna heran, mungkin dalam benaknya masa pembantu pakaianya mewah.

"Mau cari pak Hans, sama bu Harley nya ada?" tanya pria yang cukup tua, yang menyangka Reyna adalah salah satu pembantu disana.

Reyna tersenyum tipis di balik maskernya lantas menunjukan jalan menuju tujuan mereka.

"Mari!"

Entah apa yang mereka bicarakan Reyna tidak peduli mungkin hanya masalah bisnis biasa.

Reyna hendak menggambil ponselnya yang ia letakan di atas meja ruang tengah, tapi betapa terkejutnya dia ketika Reihan yang sedang duduk di sana mencoba memainkan ponselnya.

Dengan cepat Reyna berlari lantas merebut ponselnya dari tangan Reihan.

Reihan hanya memandang Reyna aneh, mungkin pikirnya kalo Reyna itu anak salah satu pembantu disini trus kenapa bisa punya ponsel mahal.

"Aneh?" Reihan bertanya, Reyna yang tahu pertanyaan itu langsung membalasnya.

Reyna membuka masker nya.
"Gue bukan pembantu, jangan pandang aneh!"

"Lagian kalo namu harus sopan!" lanjutnya hendak pergi namun niatnya terhenti ketika Reihan meraih tangan nya dari belakang lantas membuatnya duduk.

"Temenin gue, bosen kalo sendiri!" pinta nya yang kini tengah duduk di sofa yang sama dengan Reyna namun dengan jarak yang cukup jauh.

Tidak ada yang mau berbicara mengeluarkan suara mereka masing masing mereka hanya sibuk dengan ponsel mreaka, namun suara Reihan membuat Reyna terkejut.

"Jalan yuk?" ajak Reihan membuat Reyna berbalik padanya dan kini ia tengah di pandang olehnya.

"Ijin dulu!" jawab Reyna lantas pergi keruang tamu untuk ijin pergi.

Reyna mengetuk pintu lantas membukanya.

"Boleh jalan gak dad?" tanya Reyna yang mau tidak mau jalan dengan Reihan.

Sebenarnya Reyna tidak mau jalan dengan Reihan namun kalo ditolak ntar terjadi apa apa.

"Sama siapa?" tanya balik nya

"Sama aku om, boleh kan!" jawab dan tanya Reihan penuh harapan.

Kini hati Reyna sedang memohon untuk tidak diijinkan.

"Yaudah boleh, tapi jangan jauh sama kelamaan!" Jawabnya membuat Reihan tersenyum lantas berterimakasih, sedangkan Reyna dia mengendus kecewa.

                                 ∆∆∆
Mereka sampai di sebuah bioskop yang cukup ramai pengunjung. Reihan memengang tangan Reyna tanpa alasan.

Reihan memilih kursi atas yang sepi setelah membeli tiket agar bisa berduaan dengan Reyna.

"Lo suka film horor kan?" tanya nya saat duduk dan cerita hendak di mulai.

"Ya!" jawab Reyna singkat.

Mereka menonton film itu dengan sunyi, tapi tidak dengan tangan Reihan yang kadang duka iseng.

Dia merangkulkan tangannya pada bahu Reyna, respon Reyna yang tidak suka langsung melepasnya.

                               ∆∆∆
Mereka sampai di rumah Reyna beberapa waktu kemudian. Mereka masuk kedalam rumah. Reyna hendak pergi lagi lagi niat nya terhalang oleh Reihan karena tangannya ia pegang.

"Jangan dulu pergi temenin gue disini!" mereka kembali duduk di sofa yang empuk.

Dan jarak nya tidak jauh seperti tadi kini jarak mereka dekat, bahkan akan sangat dekat ketika Reihan mendekatkan posisi duduknya lebih dekat pada Reyna.

Reyna yang sudah ada di ujung sofa tidak bisa berbuat apa apa lagi, dia hanya memainkan ponselnya melihat  beberapa karakter anime cowok yang cute dan tampan banget.

Reihan yang melihatnya langsung mengambil ponsel Reyna lantas meletakannya di sebelah samping pipinya.

"Gue juga bisa!" Reihan menirukan gaya raut wajah dari tokoh anime yang Reyna lihat tadi.

Kini Reyna tersenyum pada Reihan meski senyumnya terlihat senyum jijik dan aneh tapi Reihan tetap menyukainya.

"Gak bakat!" ucapnya langsung mengambil kembali ponselnya.

"Tapi kan masih ganteng gue!"

"Ihh, geer. Jelas ganteng dia donk!" Reyna membuat Reihan mengucapkan hal yang seharusnya tidak diucapkan.

"Gue cium lo!" ancam nya.

"Cium aja gue gak takut, lagian kalo ada yang ngancem kayak gitu pasti gak berani aslinya!"

Reihan memajukan wajahnya lantas memejamkan matanya.Kini Reyna yang merasa takut dengan tingkah Reihan.

"Mau ngapain?" tanyanya khawatir.

"Kan mau cium lo!"

Reyna berdiri cepat menajuh dari Reihan, tangannya lagi lagi di pengannya Reyna di balikan oleh Reihan yang kini menjadi menghadapnya.

"Gue kan becanda!"

"Tapi gue pengen asli!" paksa nya

"Jangan pliss!"

"Come on !"

"No!" Reyna menutupi mulutnya menggunakan tangannya.

Reihan mendekat lantas menempelkan wajahnya tepatnya pipi dengan pipi kanan Reyna.

"Gue itu kalo ngancem seriusan!" membuat Reyna membulatkan matanya.

Reihan kembali mundur dan memandang Reyna

"Lo mau gak jadi pacar gue?" pertanyaannya membuat Reyna terkejut.

"Gue gak suka tolakan, jadi mulai selarang lo jadi milik gue!" ucapnya lantas mengelus pipi Reyna dan pergi meninggalkannya di ruang tengah sendirian.

Gimana cerita kali ini? Seru gak? Kalo gak seru gue minta maaf.

Tapi jangan lupa tinggalin jejak kalian ya (like/ coment) 😁

My solitude girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang