4. putus

8 2 0
                                    

"Emang ya, pacaran itu gak enak!" ucap Reyna yang sedang melamun di kursi kelasnya sendiri.

Respon para sahabatnya langsung memandang Reyna aneh. Isma yang dekat dengannya langsung menepuk bahu kanan Reyna.

"Rey, ada Reihan di pintu!" Ucapnya lantas menunjuk Reihan yang berdiri di ambang pintu kelas.

Dengan respon terkejut Reyna membulatkan matanya, ok lebay. Reihan masuk ke dalam kelas Reyna lantas berdiri di hadapannya, seraya membungkukkan sebagian tubuhnya agar sesuai dengan posisi Reyna yang sedang duduk dan menggengam ponsel mewahnya.

"Kamu gak suka sama aku? Atau belum bisa nerima?" tanya Reihan membuat Reyna meliriknya sebentar lantas fokus lagi pada ponselnya.

"Dua - duanya!" jawabnya cuek, respon cepat Reihan langsung mengambil ponsel Reyna, dan mengamankannya.

"Kamu kenapa slalu cuek sih?" tanyanya sedikit mulai kesal pada tingkah laku ceweknya.

"Jangan debat disini pliss!" mohon Reyna pada Reihan, karena jika sudah debat akan malu.

Reihan pergi membawa ponsel Reyna, dengan cepat Reyna mengejarnya lantas memintanya untuk mengembalikan ponsel miliknya.

"Rei, kembaliin!" pinta nya sedikit khawatir.

Reihan berbalik dan mendekat pada Reyna.
"Gak, aku rampas sampai pulang sekolah. Biar kamu gak cuek lagi sama aku!" ucapnya lantas mengelus kepala Reyna membuat rambutnya sedikit berantakan.

                               ∆∆∆
Istirahat ini Reihan tidak datang ke kelas Reyna, awalnya Reyna merasa senang tapi saat salah seorang siswi atau lebih tepatnya adik kelas datang dan memberikan ponsel Reyna padanya.

"Ini kak, dari kak Reihan!"

"Reihan nya dimana?" tanya Reyna penasaran karena para siswi lainnya tengah bergosip dan yang ia dengar sepintas ada nama Reyna, dan Reihan.

"Kak Reihan ada di taman belakang... Sama perempuan!" jelasnya sedikit gugup karena takut.

"Oh, makasih!" balas Reyna lantas pergi menjauh dari nya dan menuju taman belakang bersama para sahabatnya yang lain.

Reyna terkejut ketika melihat Reihan dan seorang siswi tengah duduk di taman belakang yang sepi. Reyna lebih terkejut lagi ketika melihat tangan Reihan mengelus pipi siswi itu. Tapi Reyna tidak cemburu dia bahkan tersenyum tipis. Sedangkan para sahabatnya membulatkan mata mereka, respon lebay.

"Heh!" teriak para sahabat Reyna kompak, lansung mengejutkan Reihan dan siswi itu yang membuatnya berbalik menghadap pada mereka.

Reihan berdiri begitu juga dengan siswi tadi. Mereka memasang ekpresi terkejut pada mukanya. Sedangkan Reyna dia hanya tersenyum melihatnya mungkin hatinya berniat lain.

"Reihan, kamu kan udah punya pasangan lain nih, jadi kita putus kan!" ucap Reyna tersenyum puas dan berharap.

"No!" jawabnya respon sangat terkejut.

"Kenapa? Kita pacaran slalu debat, lagian kan kamu dah punya dia!" Reyna menunjuk pada siswi yang sedang berada di belakang Reihan.

"Jadi menurutku kita harus putus!"

"Reyna!" panggilnya saat Reyna hendak berbalik dan meraih tangan Reyna.

"Pliss!" Reyna memohon padanya agar terlepas dari nya.

Reyna melepaskan gengaman tangan Reihan tadi lantas pergi menuju kantin mengisi perutnya.

Reyna dan sahabatnya yang lain langsung memesan makanan lantas pergi duduk menuju kursi kosong dan menghabiskan makanan mereka. Tidak lama bel masuk berbunyi, lantas mereka kembali masuk kelas dan menunggu bel pulang.
 
                              ∆∆∆
Dilapang dekat lapang basket Reyna menghentikan langkahnya melihat Reihan yang tengah berbain basket, lantas duduk dan istirahat untuk minum sebentar.

Awalnya Reyna acuh tak acuh tapi pandangannya terus tertuju pada Reihan ketika siswi yang tadi bersama Reihan di belakang kini jadi penyemangat untuk Reihan, bahkan dia memberikan sebuah air minum, dan mengelap keringat yang bercururan di kening Reihan menggunakan handuk kecil.

"Reyna!" pangil Reza saraya berteriak karena jaraknya cukup jauh.

"Gue numpang ya!" pinta Reza pada Reyna yang kebetulan mereka bertetangga.

"Lo gak bawa motor?" tanya Reyna heran

"Motor gue dirampas bokap!" jawabnya sedikit kecewa.

Reyna tertawa melihat wajah Reza yang menunjukan penyesalan.

"Makanya jangan balapan liar mulu!" ejeknya membuat Reza mencubit pipi Reyna.

"Ahh, sakit!"

"Mau yang sebelah kanan?" ancamnya yang merangkulkan tangannya berharap agar dapat mencubit pipi Reyna.

Reihan yang melihat itu langsung merasa kesal, dia langsung menghampiri mereka.

Reyna yang melihat kedatangan Reihan itu langsung membenarkan tangan Reza lantas menarik tangan Reza dan mengajaknya berlari menuju jemputan.

Reihan terhenti melihat sikap Reyna yang seperti itu. Dia tidak menyangka bahwa Reyna memang tidak menyukainya sejak awal.

Diperjalanan pulang Reza menanyakan sesuatu pada Reyna, yang membuat Reyna harus menjawabnya lewat bisikan.

"Kenapa tiba tiba narik?"

"Ada Reihan!"

"Emang kenapa?"

"Gue gak mau lo kena tonjokan dia!"

Karena rumah Reza tepat berada di depan rumah Reyna jadi saat sampai di gerbang rumah Reyna, Reza langsung turun menuju rumahnya.

Di kamar, Reyna terus berfikir tentang kajadian yang barusan dia lihat, hatinya tidak menentu dia senang karena putus dan terbebas dari Reihan, tapi dia juga sedih.

"Gue udah mulai suka sama lo Reihan, kenapa lo kayak gini!" ucap Reyna pelan dikamarnya.

Jangan lupa tinggalin jejak 😀

My solitude girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang