5th Shoot

1.3K 23 6
                                    

Seminggu telah berlalu sejak tutor di mulai. Zaxia sudah mencoba untuk mengikuti apa yang Kievan ajarkan. Meskipun, waktu merangkai bom-atau-apa-pun-itu, jari - jari Kievan bergerak terlalu cepat untuk diikuti orang amatiran sepertinya. Zaxia mencoba untuk diam dan mempertajam matanya waktu memperhatikan Kievan. Namun, jari Kievan memang terlewat cepat untuk diikuti. Jadi, tentu saja dia melakukan suatu kesalahan yang berbuah omelan frustasi Kievan.

Zaxia sudah merasakan frustasi tutornya ini sejak hari pertama mereka mulai tutor menyebalkan ini. Sejak itu pula, Zaxia tidak pernah melihat tatapan mata yang di bilang hangat itu sama sekali. Kievan juga tidak pernah tersenyum selain waktu dia menyapukan krim dari bibir Zaxia. Hari di mana dia melakukan hal terbodoh untuk ditertawakan tutornya itu.

Parahnya, minggu ini, sesi tutor ini sudah berubah dari menyebalkan menjadi neraka kecil. Kenapa? Karena Zaxia tidak diperbolehkan memegang – atau lebih tepatnya disita - pistol apapun sampai dia menguasai tetek bengek bom ini oleh tutor gaynya itu. Sebenarnya Zaxia tahu kalau Kievan bukan gay. Tapi, karena terlalu kesal pistolnya ditahan, akhirnya dia menjuluki tutornya gay. Tentu saja tanpa sepengetahuan cowok itu. Kalau sampai ketahuan, pistolnya bisa ditahan selamanya lagi.

" Kapan pastinya kau akan mengembalikan pistolku? Dan kenapa aku harus mempelajari ini semua?" Tanya Zaxia frustasi di sela - sela penjelasan Kievan mengenai ranjau yang tidak dimengerti Zaxia sama sekali.

Kievan menengadah sebentar hanya untuk memutar bola matanya di hadapan Zaxia sebelum kembali menatap rangkaian ranjau yang dia coba rangkai. Kali ini, Zaxia bersumpah kalau tutor gaynya ini tidak menjawab pertanyaannya (seperti yang sering dilakukannya), dia akan mencekiknya. Dia tidak punya pilihan lain selain mencekik mengingat pistolnya sedang ditawan. Sangat rendah memang dengan statusnya sebagai hitman. Yah, apa mau dikata. Zaxia tidak punya pilihan lain.

Namun, harapan untuk mendapatkan kesempatan mencekik tutornya sirna ketika Kievan berguman tanpa mengalihkan pandangannya dari ranjau di tangannya.

" Kau akan tahu nanti setelah kembali menjalankan misi. Dan untuk pistolmu, aku akan mengembalikannya setelah kau berhasil menjinakkan ranjau ini tanpa ada kesalahan apa pun." Gumamnya pelan sambil menyodorkan benda-gulungan-kabel-yang-disebutnya-ranjau-itu.

Zaxia melongo mentap gulungan entah apa itu. Apa tutornya memang tidak berniat mengembalikan pistol? Kievan harusnya tahu, untuk menjinakan bom sederhana saja, Zaxia perlu usaha keras untuk menemukan kabel yang tepat untuk di potong. Dan sekarang dia menyodorkan buntelan kabel tidak jelas kepadanya.

" Kau tidak sedang mencoba untuk mempermainkanku, bukan?"

" Menurutmu, apa aku orang yang seperti itu? Lagipula, kau mau pistolmu kembali atau tidak?" Kievan balas bertanya dengan satu alis terangkat.

" Mungkin saja kau memang orang yang suka mempermainkan orang lain." Gurau Zaxia.

Kievan kali ini benar - benar memandang Zaxia tanpa berkedip. Kilasan kesal bermain di matanya. " Zia.." Geramnya.

Zaxia menggit pelan bibir bawahnya. Sepertinya dia sudah kelewatan. Mati deh! Bye – bye pistol!

Sebelum Kievan bisa berkata lebih lanjut, mereka berdua diinterupsi oleh nada dering telepon genggam Zaxia yang berisik setengah mati. Zaxia panik mencari keberadaan telepon genggamnya diantara kabel – kabel di hadapannya. Dia berhasil menemukannya di balik gulungan kabel berwarna hitam di pojok meja.

Zaxia terpekur menatap nama yang muncul di layar telepon genggamnya. Kak Maranzano. Kakak keduanya. Orang yang hampir tidak pernah menelponnya. Dia juga merupakan orang yang memvonisnya 10 tahun lalu dengan alasan yang tidak Zaxia mengerti. Saat ini pikiran Zaxia sedang melayang – layang ke waktu dimana vonisnya dijatuhkan dan tidak menyadari tangan Kievan yang tiba – tiba saja bergetar hebat.

Hitwoman?! ( On Holds)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang