6th Shoot

1.3K 23 10
                                    

Akhirnya selesai juga chapter ini ~ Maaf kalau bahasanya kurang enak dibaca. hehehe abis ceritanya baru kelar tadi pagi. belum sempet di edit lebih lanjut lagi... hahaha

selamat membaca! ^^~

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Perasaan tertekan yang beberapa jam lalu menghantui Zaxia menguap begitu saja digantikan perasaan terpana saat menginjakkan kakinya di ruang latihan menembak. Ruangan latihan itu jauh lebih bagus dan lebih luas dari tempat latihannya di rumah. Dengan replika gedung dan reruntuhan sungguhan dan musuh berupa hologram 4 dimensi yang membuatnya terkesiap karena kemiripannya dengan manusia sungguhan.

" Apa aku akan menembaki mereka?" Tanya Zaxia menggebu - gebu. Menembaki hologram jelas lebih baik dari pada harus menembak binatang hidup - hidup. Zaxia mengernyit mengingat masa latihannya kala itu.

" Ya. Tapi tempat itu hanya digunakan untuk latihan beregu. Kalau hanya latihan mencoba senjata tidak perlu menggunakan hologram ini. Ayo, jangan melantur kesana." Kievan menarik tangan Zaxia pelan ke sebuah kubikel khusus di pinggir tempat simulasi beregu yang menakjubkan.

Kubikel berwarna putih itu hanya berukuran 5 X 5 meter persegi. Namun, begitu mereka masuk ke dalam, ternyata ruangan itu cukup besar dengan kira - kira ada 20 orang di dalamnya dengan papan tembak masing - masing. Zaxia masih terpana menatap ke luar sampai tidak menyadari semua orang di dalam kubikel itu terkesiap saat menatap Zaxia yang masuk dengan tangan ditarik Kievan yang disebut – sebut sebagai pangeran kampus.

Hanya keadaan sunyi yang membuat Zaxia tersadar kalau sedari tadi dia ditatapi oleh semua orang. Orang - orang menatapnya dengan cara yang berbeda. Dari tersenyum hangat, datar, sinis (dengan alasan yang Zaxia tidak mengerti), sampai tatapan menyeringai mengejek dari si kribo tengik.

Bibir Zaxia yang tadinya menekuk ke atas, perlahan berubah menjadi sebuah garis lurus saat melihat si kribo tengik. Ingatan saat cowok itu mengejeknya kembali terputar di kepalanya. Suasana hatinya kembali memburuk dengan ingatan akan ejekan si tengik itu (terutama yang berhubungan dengan keluarganya) dan kejadian beberapa jam yang lalu saat menerima telepon dari kakaknya.

“ Nah, ini pistol yang akan kau coba.” Perkataan Kievan membuyarkan niat Zaxia untuk berlari ke seberang kubikel lalu menonjok cowok yang masih memandangnya dengan senyum mengejek.

Zaxia mendongak menatap Kievan yang sudah mengacungkan sebuah pistol revolver jenis lama namun warnanya sepenuhnya tembaga dengan kulit hitam mengkilat untuk pegangannya. Dengan antusias Zaxia mengambil pistol itu dari tangan Kievan. Akhirnya setelah sekian lama aku kembali memegang pistol! Seru Zaxia bahagia dalam hati sambil meneliti setiap bagian dari pistol itu. Namun, tangannya segera berhenti ketika menyentuh bagian yang seharusnya tempat menyimpan peluru.

“ Kenapa bagian ini tidak bisa di buka? Darimana aku bisa memasukan pelurunya kalau tabung ini menyatu dengan batang pistolnya?” Tanya Zaxia dengan dahi berkerut sambil kembali memandang Kievan yang membalasnya dengan pandangan geli. “ Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Zaxia dengan tangan yang langsung terangkat ke wajahnya. Memeriksa apakah ada krim lainnya yang menempel di wajahnya.

“ Makanya dengarkan dulu penjelasanku. Jangan langsung main ambil saja pistolnya. Sini berikan padaku.” Gumam Kievan dengan tangan yang sudah menadah. Zaxia ragu - ragu. Dia belum mau melepaskan pistol yang baru dipegangnya lagi sejak 2 minggu yang lalu. “Kau benar – benar seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Cepat berikan padaku. Aku berjanji akan segera mengembalikannya padamu.”

Zaxia sekali lagi menatapnya ragu – ragu sebelum akhirnya dia menaruh pistol itu diatas tangan Kievan. Kievan langsung menggenggam pistol itu dengan mantap dan menembakkan beberapa peluru ke papan tembak. Zaxia melihat peluru – peluru itu bersarang hanya di satu titik. Dia hanya mendengus karena mengira kalau tutornya itu ingin membanggakan dirinya. Namun, intuisinya meleset saat tembakan sudah lebih dari 6 kali. Dimana itu jumlah peluru maksimal yang bisa dimasukan ke pistol revolver.

Hitwoman?! ( On Holds)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang